Regan memutuskan pulang setelah mengantar Siti di kediaman rumah Bara. Otaknya masih berpencar liar terbayang saat bibir mungil Siti tanpa perzinan menempel pada bibirnya.
Tidak tidak! Regan tidak boleh terlalut dengan pemikirannya sendiri. Ia buru-buru membasuh wajahnya. Agar bayangan sialan itu bisa menghilang dari otaknya.
Tatapan Regan tertuju ke arah cermin di wastafel. Menghembuskan napas kembali. Meraih sikat gigi sekalian mencuci bibirnya, ia harus bisa menghilangkan jejak bocah sialan itu. Regan tidak boleh membiarkan Siti betah bermain terlalu dalam, berani sekali gadis bocah itu merayunya dengan sebuah ciuman.
Dan dia juga mengatakan akan memberikan bibirnya jika ia setuju menjadi sugar daddy. Apakah itu waras?
Ting tong
Suara nyaring dari bel pintu membuyarkan gerutuan gaib Regan. Ia terdiam sejenak. Masih melakukan aktivitas menggosok giginya sampai bersih. Keningnya mengernyit. Siapa yang bertamu malam-malam begini?
Menyudahi kegiatan malamnya, Regan bergegas menuju pintu utama untuk melihat siapa yang datang.
Ketika pintu terbuka sempurna bisa Regan lihat ibunya tengah terdiam dengan wajah kecut di ambang pintu.
Hah!
Pasti ada sesuatu yang salah lagi sehingga wanita paruh baya ini datang ke sini ditengah keadaan sudah memasuki waktu malam
"Ma, kenapa ke sini?" tanya Regan tak mengerti. Setahunya waktu sudah memasuki angka 10 malam. Waktu yang bagus untuk meringkuk di dalam selimut.
"Mama lagi kesal. Papamu itu sangat menyebalkan. Biarkan Mama masuk dulu."
Lagi-lagi Regan hanya bisa menghembuskan napas kesalnya ketika tubuh ibunya menyelonong masuk begitu saja ke dalam apartemen. Sudah cukup ia merasa frustrasi dengan ulah tak tahu malu Siti. Haruskah ibunya juga ikut-ikutan.
Regan mengikuti langkah ibunya.
"Memangnya kenapa dengan Papa?"
Ibu Devi mendudukan tubuhnya di sofa ruang tengah, lalu menetralkan napasnya yang memburu, wajah tersinggungnya sangat terlihat.
"Mama tadi mengusulkan untuk menjodohkanmu dengan anak teman Mama, tapi Papamu tidak setuju katanya jaman sekarang bukan lagi jaman Siti Nurbaya. Papamu bahkan mengungkit lagi kisah kami karena dia menikahi wanita miskin sepertiku hanya agar tidak dijodohkan. Papamu sangat benci acara perjodohan. Entah apa yang terjadi dengan otaknya. Mama gak bisa diem aja. Kamu sekarang udah masuk usia 38 dan belum nikah-nikah. Kamu anak Mama satu-satunya, Mama hanya ingin liat kamu cepat nikah, dan berikan cucu untuk Mama itu saja. Kenapa Papamu tidak setuju! Mengesalkan."
Regan melongo saat mendengar ucapan ibunya. Jangan kan ayahnya ia pun tidak sudi jika harus menikah karena perjodohan.
"Ma! Aku juga gak setuju lah. Bener kata Papa, ini bukan jamannya Siti Nurbaya. Kuno sekali jika harus menikah karena perjodohan keluarga."
"Mama gak punya pilihan. Mama malu terus ditanya kapan punya mantu dan cucu, kamu gak kasian sama Mama!"
"Ma, aku sudah bilang kan aku belum mau nikah."
"Kenapa? Mama tidak punya pertanyaan lain selain kenapa? Usia kamu sudah bangkotan tapi masih belum kepikiran untuk menikah. Coba kasih penjelasan kenapa kamu belum siap nikah?"
Regan langsung terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. Jika jujur alasannya karena ia memang tidak suka berkomitmen dengan ikatan apapun lebih suka bebas meniduri banyak wanita mungkin ibunya akan memenggal kepalanya detik ini juga.
"Karena... " otak cepat berpikir. "Karena..."
"Karena apa?" suara ibunya terdengar tidak sabaran.
"Karena aku menyukai seseorang Ma."
"Hah?" kening ibu Devi berkerut penuh keheranan. "Bukannya Bagus kamu menyukai seseorang. Bisa langsung ajak dia nikah."
"Masalahnya seseorang itu masih kecil untuk menikah. Aku tidak bisa memaksa, jadi aku memilih mundur dan hidup sendirian tanpa ikatan pernikahan Ma. Yang penting dia bahagia bisa menggapai cita-citanya setinggi langit."
Kening Bu Devi semakin berkerut. "Jadi selama ini kamu menyukai anak kecil makannya gak nikah-nikah?"
Regan memejamkan matanya. Terpaksa ia harus memilih jalan kebohongan ini agar ibunya tidak terus mencerca ia dengan perjodohan konyol ataupun merengek meminta ia segera memberikan cucu.
"Iya, aku menyukai anak kecil, soal aku yang sering gonta-ganti cewek itu hanya sekedar pelampiasan Ma."
"Siapa gadis yang kamu sukai? Mama gak ridho kalau kamu jadi p*****l Regan!"
Dengan satu napas ragu Regan pun menjawab.
"Aku suka Siti Ma."
"Apa?"
Bagus! Ibunya pasti tidak akan setuju ia mempunyai perasaan pada bocah udik sialan itu. Terlebih lagi gadis itu juga tidak sederajat dengan keluarganya. Kemungkinan ibunya pun akan menganut sikap ibu-ibu sinetron seperti ibunya Bara terhadap kisah percintaan si kaya dan si miskin.
Meskipun ibunya juga tak jauh beda dengan kisah itu sendiri. Tetapi menilik dari gaya sosialita ibunya sekarang pasti sifatnya juga tidak akan jauh beda dengan sifat ibu-ibu sosialita.
Bagus juga ia membawa Siti dalam permasalahan ini.
Pasti setelah ini ibunya tidak akan lagi mengganggu ia dengan petuah antah berantah dan ceramahnya yang sangat menyakiti gendang telinga.
Regan merasa ini adalah alasan yang paling bagus dan terlalu sempurna untuk keluar dari situasi amat tidak menguntungkan seperti ini.
Kenapa ia tidak kepikiran untuk memilih jalan keluar ini dari dulu.
***
Tetapi nyatanya pikiran Regan salah. Beberapa detik kemudian ia bisa melihat wajah bahagia ibunya terdengar menjerit senang.
"Ya ampun jadi kamu suka Siti adik Ratna."
Regan terpaku saat melihat reaksi berbeda dari ibunya, wanita itu bahkan langsung berdiri dari duduknya, menyentuh wajah Regan dengan penuh semangat.
"Nak denger Mama." Regan melotot kaget saat ibunya menatap wajah tampannya dengan tatapan serius. "Jangan menyerah, perjuangkan cinta kamu. Siti sekarang sudah berusia 18 tahun, usianya sudah legal untuk menikah. Mama dukung kamu 100%. Jangan menyerah dan memilih jadi playboy. Mama malah lebih seneng kalau kamu perjuangin Siti buat jadi milik kamu."
Kenapa jadi seperti ini? Dengan gerakan cepat Regan menyingkirkan tangan ibunya dari wajahnya. Tatapan Regan menampilkan wajah tak terima. Tubuh Regan mundur selangkah ke belakang.
"Siti gadis kampung, bodoh, ceroboh dan dia juga matre Ma. Mama tidak akan setuju punya mantu bocah tengik seperti itu kan?"
Senyuman ibunya terlihat semakin membuat Regan merasa ada yang salah dengan jalan kebohongan yang telah ia ambil ini.
"Mama tidak masalah dengan beberapa kekurangan Siti yang kamu katakan. Selagi kamu menyukainya Mama akan dukung. Toh Siti juga gadis baik-baik, adiknya Ratna, anak teman Mama di desa. Kenapa Mama harus tidak setuju?"
Mampus! Regan lupa meskipun ibunya sekarang menjadi wanita sosialita. Wanita ini tetaplah gadis desa yang dulunya begitu beruntung bisa menjadi cinderella dengan menikahi lelaki kaya. Bodoh!
"Ma, sekarang Regan udah pasrah. Siti bentar lagi masuk perguruan tinggi. Regan mana mungkin menikahinya. Udah jadi gini aja seumur hidup."
"Maksudmu dengan menjadi playboy dan bergonta-ganti wanita untuk ditiduri! Tanpa ikatan pernikahan seumur hidup!"
Glek!
Air liur Regan terasa tercekat di tenggorokan. Sepertinya Regan benar-benar salah memilih kebohongan. Ibunya malah terlihat marah saat ia berkata menyerah, sebaliknya wanita tua itu sangat setuju jika ia menyukai Siti, lebih parah mendukungnya untuk menikahi bocah tengik itu.
Sialan!
Regan tidak mau menikah apalagi dengan gadis kecil seperti Siti.
"Jika kamu tidak segera membawa Siti menjadi menantu Mama..."
Tatapan ibunya terjatuh tepat ke arah s**********n Regan membuat lelaki itu refleks menutupi pustakanya dengan kedua tangan.
"Siap-siap jadi impoten sekarang!"
---
Lanjutan cerita Om Regan bisa di baca full di playbook.