Dua Puluh Tujuh

1071 Kata
Selasa (02.29), 01 Juni 2021 ----------------------- Untuk pertama kalinya, Mark benar-benar senang melihat Agam berdiri di depan rumah. Biasanya dia hanya tersenyum sopan. Tapi kali ini dia menyeringai seraya mempersilakan Agam masuk. “Kebetulan kau datang. Lebih baik ikut sarapan bersama.” Mark merangkul pundak Agam dengan penuh persahabatan. Ezio berusaha membalas senyum Mark seraya mengangguk sopan. Dia bingung apa yang terjadi dengan lelaki yang telah dianggap kakak oleh Nesha itu. Seolah dia memiliki maksud tersembunyi dengan sikap ramahnya kali ini. Mark ingat tadi melihat Simon menuju lantai dua. Sengaja dia berhenti di ruang tengah lalu berteriak lantang. “Nesh! Kekasihmu datang!” “Haruskah kau berteriak seperti itu?” Mark meringis melihat Gavin yang baru masuk dari halaman samping. Padahal dia bermaksud mengganggu Simon. Tapi Gavin tampaknya juga terkena imbasnya. “Aku hanya—” BRAK! Suara pintu kamar di lantai dua yang dibuka kasar mengalihkan perhatian tiga lelaki itu. serempak mereka menoleh ke arah lelaki yang baru turun dari tangga dengan seragam militer. Ezio yang juga melihat kedatangan orang itu tertegun. Bukan karena dia mengenali lelaki yang tampak menahan emosi itu. Dia langsung berpikir, sedang apa seorang anggota militer berada di atap yang sama dengan kelompok The Hackers? Hanya sekedar berkunjung layaknya teman, atau ada misi khusus? “Jadi kau yang bernama Agam?!” Simon berdiri angkuh di depan Agam dengan sikap bermusuhan yang kental. “Eh, iya. Saya belum pernah melihat Anda sebelumnya. Apa Anda kakak Nesha juga?” Ezio mengulurkan tangan dengan sopan. Simon hanya melirik sinis tangan Ezio dan tidak berniat menerima jabat tangannya. “Ya, aku kakak Nesha. Dan aku ingin kau segera mengakhiri hubungan dengan Nesha saat ini juga.” Ezio menarik tangannya kembali dengan ekspresi bingung. “Memangnya kenapa?” “Adikku tidak boleh memiliki kekasih!” Mark menahan tawa gelinya yang nyaris menyembur keluar sementara Gavin hanya berdiri bingung. Belum mengerti situasi. “Ah, mungkin karena kita belum saling mengenal jadi Anda pikir saya tidak baik untuk Nesha. Beri saya kesempatan dan akan saya buktikan—” “Aku tidak butuh bukti apapun! Nesha tidak boleh punya kekasih, titik!” “Kakak!” Nesha yang juga baru masuk melalui halaman samping berseru mendengar ucapan Simon. Buru-buru dia menghampiri Agam lalu memeluk salah satu lengannya. “Aku bukan lagi anak kecil yang bisa kakak larang untuk memiliki kekasih. Aku sudah besar dan berhak membuat pilihan sendiri.” Simon tertegun. Dadanya panas melihat Nesha memeluk lengan Agam dengan mesra dan adik kecilnya itu terang-terangan membela si b******n di hadapannya. “Tapi Nesh, tampaknya dia bukan lelaki yang tepat untukmu.” “Memangnya lelaki seperti apa yang tepat untuk Nesha?” celetuk Mark, semakin menambah gerah suasana. Simon melotot ke arah Mark hanya dibalas cengiran. “Saya akan membuktikan pada Anda bahwa saya pantas mendampingi Nesha,” sahut Agam sungguh-sungguh. “Nah, Kakak dengar sendiri, kan?” “Aku tidak mengerti masalah kalian. Sebaiknya aku menyiapkan diri untuk pekerjaan besar nanti.” Gavin berlalu dengan hati panas melihat betapa terang-terangannya Nesha membela sang kekasih. “Yah, kurasa aku harus membantu Gavin.” Mark menoleh ke arah Agam. “Maaf aku harus menarik kembali tawaranku tadi. Sepertinya kita sarapan bersama lain waktu saja. Aku lupa bahwa kami ada pekerjaan besar dan harus sarapan dalam perjalanan.” Mark menepuk bahu Agam pelan lalu segera menyusul Gavin. Pekerjaan besar? Ezio berusaha mencerna makna dibalik kalimat Mark. Apa itu berhubungan dengan kelompok New World atau hanya untuk menyelesaikan masalah yang saat ini sedang jadi berita utama? Tentang pembobolan puluhan website Online Shop? “Nesh—” “Kak. Kumohon Kakak coba mengerti. Aku tahu Kakak tulus mencintaiku layaknya seorang adik. Tapi sekarang aku sudah dewasa dan berhak menentukan jalanku sendiri.” Nesha tersenyum sayang. “Sama sepertiku dulu. Aku pasti akan marah dan cemburu jika kakak memiliki kekasih. Tapi lama kelamaan aku mulai membuka mata dan menerima kenyataan bahwa kakak memang harus melanjutkan hidup. Mencari pasangan, membangun rumah tangga. Hal-hal sederhana semacam itu.” Simon merasa tertohok. Kata-kata Nesha menyakitinya. Rasanya dia tidak sanggup menerima kenyataan bahwa hubungannya dengan Nesha hanya sebatas itu. Kakak adik. Selamanya. Simon menghelas napas, tidak ingin Nesha mengetahui perasaannya. Lalu dia memaksakan seulas senyum seraya mengacak puncak kepala Nesha. “Ya, kau benar. Meski sulit aku harus mulai membiarkanmu membuat pilihan.” Dia mengalihkan perhatian pada Agam. Raut wajahnya berubah garang kembali. “Aku belum mempercayaimu. Tapi aku menghargai pilihan Nesha. Awas kalau kau berani menyakitinya. Akan kubuat kau menyesal mendekati Nesha.” Ingin sekali Nesha menegur Simon tapi berusaha menahan diri. Setidaknya Simon sudah berusaha menerima dan tidak bersikap seperti kakak yang overprotective. “Jadi, dia kakakmu juga?” tanya Ezio setelah Simon kembali naik ke lantai dua. “Ya.” Nesha menjawab hati-hati sambil berharap Agam tidak bertanya lebih jauh. “Apa dia di sini juga untuk membantu pekerjaan besar yang tadi Mark katakan?” “Yah, begitulah.” “Sepertinya dia anggota militer.” “Navy SEAL.” “Pasti benar-benar pekerjaan besar sekaligus sulit hingga Navy SEAL harus turun tangan.” “Ah, tidak. Tidak ada hubungan dengan pekerjaan Kak Simon.” Nesha buru-buru menjelaskan. “Seperti yang dikatakan Mark tadi, aku juga tidak bisa menemanimu hari ini. Aku harus pergi bersama mereka.” Ezio tahu bahwa Nesha berusaha menutupi kenyataan karena pertanyaannya tadi tepat sasaran. “Sayang sekali padahal aku sudah sangat merindukanmu. Kau agak sibuk akhir-akhir ini.” “Iya, maafkan aku.” Permintaan maaf Nesha tulus. Dia berasa bersalah karena tidak bisa menjadi kekasih yang baik untuk Agam. Ezio mengulas senyum lembut, berusaha menenangkan. “Jangan terlalu dipikirkan. Fokus saja pada pekerjaanmu agar lekas selesai dan kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi. Aku sudah cukup senang bisa bertemu denganmu sebelum kau berangkat.” “Aku juga senang.” Nesha tersenyum lebar. “Kalau begitu, sebaiknya aku pamit sekarang.” Ezio mendekat, mengecup lembut kening Nesha. “Aku tidak bisa menciummu dengan benar walaupun ingin. Bisa-bisa aku ditembak oleh kakakmu yang anggota militer itu.” Nesha terkikik geli lalu mengantar Ezio keluar. Senyum Ezio masih bertahan saat ia melambaikan tangan seraya menjauh dari rumah Nesha. Tapi begitu mendekati rumahnya sendiri, perasaan kalut tampak jelas di wajahnya. Apa yang harus dirinya lakukan sekarang? Tampaknya Ozzie dalam masalah besar karena tim The Hackers sudah bekerja sama dengan angkatan bersenjata. Tapi jika dia menyampaikan hal ini pada Ozzie, maka Nesha yang akan berada dalam situasi berbahaya. Jadi, apa yang harus Ezio pilih? Kekasih atau keluarga? ------------------- ♥ Aya Emily ♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN