Selasa (02.31), 01 Juni 2021
---------------------
Tim The Hackers dibantu cyber security Amerika melakukan pelacakan besar-besaran untuk mencari tahu siapa saja orang tak bertanggung jawab yang telah menggunakan akun bank pengguna Online Shop yang diretas. Lalu informasi lengkap mengenai pelaku dan lokasinya diserahkan kepada Navy SEAL yang langsung bergerak cepat untuk menangkap.
Pekerjaan yang tergolong mudah karena para pelaku kebanyakan hanya masyarakat umum tanpa keahlian khusus. Bahkan tidak sedikit pula yang masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Namun pekerjaan ini jadi terasa melelahkan karena yang mereka hadapi bukan hanya puluhan orang, melainkan ratusan.
The Hackers juga berusaha mencari tahu siapa pelaku peretasan. Namun tidak ada jejak yang bisa diikuti, membuat mereka semakin yakin bahwa pelaku adalah salah seorang anggota kelompok New World.
Di sisi lain, ada Ezio yang belum berhasil menjatuhkan pilihan. Dia masih tidak tahu harus melangkah ke arah mana. Apa dia harus memilih membantu Nesha atau sang Kakak? Sebenarnya ada pilihan lain yang bisa Ezio tempuh. Mengabaikan semua itu dan pura-pura tidak tahu. Tapi dia bukan orang yang seperti itu. Dia tidak bisa hanya diam membiarkan dua orang yang dikasihinya berada dalam situasi harus saling membunuh.
Beban pikiran itu membuat Ezio jadi lebih tertutup dan tidak seceria biasa, bahkan di depan Nesha. Tapi karena fokus Nesha masih mengarah pada masalah yang tengah dihadapinya sekarang dan bagaimana mencegah masalah serupa agar tidak terulang, dia jadi tidak terlalu memperhatikan sikap Ezio meski mereka masih sering bertemu disela kesibukan keduanya.
Hari ini, empat pelaku terakhir sudah diringkus. Cyber Security Amerika mulai bisa bernapas lega. Tapi tidak dengan tim The Hackers dan Navy SEAL. Mereka masih harus bekerja sama di bawah komando Dewan Keamanan PBB untuk menangkap kelompok New World.
Setelah tugas mereka hari itu selesai, Johny Jarret yang ditunjuk untuk meminpin tim gabungan antara The Hackers dan Navy SEAL meminta kedua tim itu istirahat selama sehari sebelum memulai rapat untuk menentukan langkah mereka selanjutnya.
“Ini akan jadi pekerjaan berat. Karena itu kuharap kalian benar-benar memanfaatkan waktu istirahat yang hanya sebentar ini.”
“Yes, Sir!”
Semua anggota tim membubarkan diri hingga hanya tinggal para pemimpin The Hackers, Simon, Johny, dan Hans Alexander—pemimpin tim Navy SEAL. Perihal Simon, semua orang dalam tim gabungan itu sudah tahu bahwa Simon adalah kakak Nesha. Mereka juga sudah mendengar versi lengkapnya termasuk insiden tiga tahun lalu. Itu sebabnya tidak ada lagi yang heran jika melihat Simon sangat akrab dengan pemimpin The Hackers.
Ya, strategi sudah diubah. Tiga tahun tim The Hackers bekerja secara diam-diam namun hasil yang mereka dapat tidak memuaskan. Kini mereka sepakat untuk bertindak terang-terangan dalam memburu kelompok New World walau tetap memastikan keberadaan mereka tidak terendus media.
“Mengenai permintaan kalian untuk membebaskan pelaku pencurian dana itu, aku tidak bisa melakukannya.” Mendadak Johny berkata pada para pemimpin The Hackers. “Ternyata dia juga memiliki masalah kejiwaan. Emosinya tidak stabil dan aku tidak yakin dia bisa diajak bekerja sama untuk melakukan pekerjaan rahasia dan beresiko tinggi seperti ini.”
“Ah, sayang sekali,” desah Mark. “Padahal kemampuannya bisa menguntungkan kita.”
Gavin mengangguk setuju. “Sudahlah, kita fokus saja pada masalah di hadapan kita.”
“Kuharap besok kalian bisa memberikan gambaran detail mengenai kelompok yang akan kita buru ini,” Hans berkata.
Nesha menatap Mark dan Gavin meminta persetujuan dari sorot matanya. Kedua lelaki itu mengangguk pelan sebagai tanggapan. “Ehm, sebenarnya ada informasi yang kami duga berhubungan dengan kelompok New World. Tapi infomasi ini sangat sensitif dan mungkin akan membuat kita terkena masalah besar jika diungkap terang-terangan, walau hanya kepada tim kita. Karena itu sebelum rapat, bisakah kita mendiskusikan hal ini lebih dahulu?”
Johny, Simon, dan Hans saling pandang.
“Kalau menurut kalian begitu, kita bisa membicarakannya sekarang juga,” sahut Johny.
“Mungkin kita bisa cari tempat yang lebih pribadi,” usul Simon.
“Ide bagus,” Mark setuju.
“Kalau begitu ikut aku.” Johny langsung memimpin jalan. Yang lain segera mengikuti tanpa bantahan.
***
Johny membawa mereka berlima ke rumah peristirahatannya. Di rumah itu dia memiliki ruang kerja khusus yang kedap suara dan tidak pernah menerima tamu kecuali lima orang yang ia percayai itu hari ini.
Johny mempersilakan tamunya duduk di sofa dalam ruangan itu sebelum dia sendiri duduk di salah satu sofa tunggal. “Jadi, informasi apa yang ingin kalian bicarakan?” Johny langsung bertanya tanpa basa-basi.
“Kau saja yang menceritakannya, Mark.” Nesha yang duduk di antara Mark dan Gavin menyarankan.
Mark mengangguk. “Sebelumnya kukatakan bahwa informasi ini hanya didasari dugaan. Sejauh ini kami belum memiliki bukti. Tapi dugaan ini timbul akibat feeling yang kuat dan saksi mata. Karena itu kami tidak bisa mengabaikannya.” Mark berhenti sejenak untuk menghela napas lalu mengalihkan perhatian pada Johny. “John, kau ingat bagaimana kami bertiga selamat dari insiden tiga tahun lalu?”
Salah satu alis Johny terangkat. Dia tidak menduga bahwa hal itu yang akan dibahas. “Tentu saja. Ada seorang lelaki yang melecehkan Nesha lalu Nesha mengejarnya. Kalian berdua turut berlari untuk mengejar Nesha.”
“Dan kau juga sempat curiga bahwa lelaki itu sengaja membuat kita bertiga tidak naik pesawat.”
Johny mengangguk.
“Nesha pernah berkata bahwa kalian curiga lelaki itu adalah bagian dari kelompok New World,” celetuk Simon.
“Ya,” Johny membenarkan. “Kalau dia tahu pesawat akan meledak, tentu dia memiliki hubungan dengan para pelaku. Jika tidak, harusnya dia menyelamatkan semua orang bukannya memilih hanya menyelamatkan orang tertentu saja. Seolah dia memiliki rencana khusus untuk orang itu di masa depan.”
“Oke, kembali ke pokok bahasan kita,” Mark berusaha mengalihkan perhatian agar mereka tidak mengusut kasus tiga tahun lalu yang tidak akan menemukan titik terang. “Kami bertiga pernah bertemu seseorang yang Nesha yakini adalah pelaku pelecehan tiga tahun lalu.”
“Aku bukan hanya yakin! Aku tahu memang dia orangnya!” seru Nesha tak sabar.
“Kalau Nesha seyakin itu, seharusnya tidak sulit membawanya untuk dimintai keterangan. Kalau dia menyangkal, kita bisa membuat laporan palsu agar dia ditahan. Selama penahanan itu, kita kumpulkan bukti dan berusaha memancing teman-temannya.” Hans tampak semangat.
Gavin meringis. “Andai bisa semudah itu.”
“Memangnya kenapa? Kita tidak akan tahu sebelum mencobanya.” tanya Simon.
Mark berdehem. “Masalahnya orang itu memiliki kekuasaan yang jauh lebih besar dari kita. Bisa-bisa dia berbalik menuntut kita dan membuat kita dipenjara dalam waktu lama.”
“Siapa orang itu?” Johny tidak bisa menahan rasa penasaran.
Mark menoleh ke arah Nesha, memberi kesempatan pada wanita itu untuk menyebutkan nama.
“Senator Adlan Leighton,” Nesha berkata mantap.
Johny, Simon, dan Hans sama-sama terbelalak.
***
Josh Raul Ruphert, lelaki yang biasa dipanggil Kakek oleh Ozzie dan Ezio tampak murka setelah mendengar informasi yang baru disampaikan anak buahnya.
“Kau sudah memastikan kebenaran informasi itu, kan?”
“Ya, Ketua. Kami sudah memastikannya.” Yohan Jekc, lelaki yang menunduk hormat dengan posisi berdiri itu berkata mantap.
Jemari Ruphert mengepal. “Lalu Ozzie, apa dia tahu mengenai hal ini?”
“Sepertinya tidak.”
Ruphert terdiam. Otaknya berpikir keras lalu beberapa saat kemudian senyum licik muncul di bibirnya. “Harusnya aku tidak perlu kesal. Ini kesempatanku untuk menyingkirkan bocah tak berguna itu.”
“Maksud Anda?”
“Dari dulu Ezio adalah beban dalam kelompok kita. Dia juga selalu menghambat langkah Ozzie yang terus-menerus mengkhawatirkannya seperti induk ayam. Jika benar dia memang menjalin hubungan asmara dengan salah satu pemimpin The Hackers, itu artinya dia mengkhianati kita dan memberiku alasan untuk menghabisinya.”
Yohan merinding mendengar nada senang dalam kalimat pemimpinnya. Padahal Ezio adalah anak lelaki dari putri kandungnya. Tapi Ruphert dengan senang hati akan membunuhnya demi memuluskan jalan.
“Lalu apa yang akan Anda lakukan? Apa Anda akan mengumumkan tentang pengkhianatan Ezio dan menyuruh pasukan pembunuh kita menghabisinya?”
Ruphert diam sejenak, tampak berpikir. “Kurasa tidak. Sekedar menjalin hubungan asmara mungkin masih bisa ditolerir Ozzie dan itu membuatnya memiliki alasan untuk tetap melindungi Ezio. Kita harus membuat Ezio terang-terangan mengkhianati kelompok. Dengan begitu aku bisa memaksa Ozzie memilih antara adiknya yang tak berguna itu atau kelompok kita.”
“Bagaimana jika yang dipilih Ozzie adalah adiknya?”
“Itu tidak akan terjadi. Dia sudah bersumpah di depan makam orang tuanya dan para penduduk bahwa dia akan mengembalikan kejayaan kota kecil kita. Dia seorang lelaki yang selalu memegang ucapannya. Dia tidak akan mengorbankan banyak orang yang telah memercayakan hidup padanya demi seorang pengkhianat.”
Yohan mengangguk paham. “Jadi, apa rencana Anda untuk membuat Ezio terang-terangan mengkhianati kelompok?”
“Hmm, mungkin aku akan menculik wanita itu dan membiarkan Ezio berusaha keras membebaskannya.”
***
Raut tak percaya masih terlukis jelas di wajah tiga orang yang baru saja mendengar informasi bahwa Senator yang saat ini menjadi idola masyarakat dan digadang-gadang sebagai calon Jenderal PBB berikutnya, menurut dugaan adalah salah seorang anggota teroris.
Bahkan mereka bertiga masih tetap menampilkan raut yang sama meski Nesha, Gavin, dan Mark sudah menjelaskan secara rinci hasil penyelidikan mereka.
“Ini tuduhan yang serius,” gumam Simon seraya menggosok tengkuknya. “Bahkan kita bisa dipenjara hanya karena membicarakannya seperti ini.”
“Aku bukan menuduh, Kak. Tapi aku yakin memang dia orangnya,” Nesha berkata dengan nada kesal. “Bukan hanya karena aku ingat betul mata, hidung, dan bibir itu. Tapi dia juga terang-terangan berkata bahwa bokongku kelihatan lebih besar dari terakhir dia menyentuhnya.”
“Hmm, apa kau punya bukti saat Senator Leighton berkata seperti itu?” tanya Hans hati-hati, mengerti suasana hati Nesha yang tidak baik karena terus diragukan.
“Mata dan telingaku saksinya.”
“Tapi tanpa bukti, semua jadi sulit.”
Nesha melotot. “Kenapa sekarang kau berkata sulit padahal tadi kau dengan santai menyarankan untuk membuat laporan palsu sementara kita berusaha mengumpulkan bukti?”
Hans meringis. “Yah, itu sebelum aku tahu bahwa orang yang kita hadapi memiliki kekuasaan jauh di atas kita.”
“Selalu seperti itu. Harta dan kekuasaan adalah segalanya. Bisa membeli apapun yang kita mau,” ada nada sinis dalam kalimat Nesha.
Johny buru-buru menengahi. “Berarti satu-satunya orang dalam foto itu yang juga masih hidup tidak bisa dimintai keterangan karena menderita stroke?”
“Iya,” jawab Gavin.
“Kita seperti kembali ke titik awal lagi,” Mark menimpali.
“Apa kalian sudah bertanya tentang buku harian?” tiba-tiba Simon bertanya. “Yah, biasanya wanita suka membuat buku harian. Dan mungkin kita beruntung menemukan sesuatu di catatan tahun itu.”
“Aku tidak suka,” Nesha berkata.
“Memangnya kau wanita?” ejek Simon membuat Nesha merengut.
Mark berdecak sambil melirik Simon sinis. “Bukan wanita tapi kenapa—”
“Apa?” sergah Nesha, berpikir bahwa sindiran itu ditujukan padanya.
Mark hanya nyengir lalu angkat bahu.
“Oke, guys!” seru Johny. “Kurasa tidak ada salahnya mencoba saran Simon. Untuk saat ini, petunjuk paling kecil sekalipun sangat penting bagi kita.”
Yang lain mengangguk setuju.
“Tapi sebaiknya masalah ini hanya menjadi rahasia kita berenam sampai ada bukti jelas. Untuk rapat besok, kalian bisa ungkapkan semua mengenai kelompok New World kecuali yang melibatkan Senator Adlan Leighton.”
“Lalu kapan kita akan mendatangi kediaman wanita yang terserang penyakit stroke itu?” tanya Hans.
“Kurasa besok juga. Aku, Mark, Nesha, dan kau Hans pasti sudah cukup untuk memimpin rapat. Biar Gavin dan Simon yang mendatangi kediaman wanita itu.”
“Tentu.”
“Baik.”
Gavin dan Simon menyahut.
“Sekarang kita semua istirahat dulu karena besok adalah hari yang berat. Selanjutnya kita harus bergerak cepat karena kemungkinan besar kelompok New World sudah tahu bahwa kalian mencurigai sang Senator dan pasti akan menyiapkan masalah yang lebih besar dari sekedar kasus Online Shop kemarin.”
-----------------
♥ Aya Emily ♥