Dua Puluh Enam

1586 Kata
Selasa (02.27), 01 Juni 2021 ------------------------ Pagi itu Nesha bersama Simon langsung menuju rumah yang sudah Nesha tempati selama tiga tahun. Kedatangan mereka sudah ditunggu Gavin dan Mark yang langsung menodong dengan pertanyaan. “Siapa dia?” tanya Mark dengan sikapnya yang seperti seorang kakak. Nesha yang duduk di sofa seberang mereka sambil merangkul erat lengan Simon, berkata dengan wajah berbinar. “Dia Kak Simon. Kakak yang merawatku sejak kecil. Ternyata dia anggota Navy SEAL. Aku bertemu dengannya semalam.” “Ah, jadi itu alasannya kau mendadak menghilang semalam, dan bahkan sama sekali tidak sempat untuk sekedar mengabari kami.” Ada sindiran dalam nada suara Mark. Nesha meringis. “Itu—” “Itu salahku,” potong Simon. “Kami berbincang sepanjang malam hingga melupakan yang lain.” Mark tidak menyahut, hanya menatap tajam Simon dengan ekspresi menilai. Simon sama sekali tidak terintimidasi. Dengan santai dia membalas tatapan Mark. “Ehm,” Gavin berdehem untuk meredakan ketegangan yang mendadak timbul. “Kami senang akhirnya Nesha bisa bertemu kakaknya. Tapi kau tidak bisa membawanya dari rumah ini jika itu tujuanmu. Rumah ini adalah tempat tinggal khusus yang disediakan Dewan Keamanan PBB untuk kami. Jadi kami tidak bisa seenaknya pergi lalu tinggal di tempat lain.” Simon mengalihkan perhatian pada Gavin. “Kalau Nesha tidak bisa ikut denganku, maka aku yang akan tinggal di sini. Aku sudah berjanji padanya dan pada diriku sendiri bahwa kami tidak akan berpisah lagi.” Mark berdecak. “Ayolah, jangan bercanda. Memangnya kau akan terus membuntuti Nesha seperti induk ayam? Toh kau sudah tahu di mana Nesha tinggal. Kapan pun kau rindu, kau bisa menemuinya.” “Mark!” Nesha sama sekali tidak suka nada bicara Mark. Lelaki itu seperti ingin menjauhkan Simon darinya. “Itu kenyataannya, Nesh. Tidak peduli seberapa dekat kalian dulu, sekarang kalian punya kehidupan masing-masing.” Rahang Simon menegang. Dia marah sekarang dan rasanya ingin menghancurkan kepala lelaki bernama Mark itu. Apa haknya mengatur dirinya dan Nesha boleh atau tidak tinggal bersama? “Maaf karena aku harus bersikap tidak sopan dan terang-terangan. Tapi persetan denganmu. Aku tidak butuh izinmu untuk terus bersama Nesha.” Nesha membelai lengan Simon untuk menenangkan sang Kakak seraya melemparkan tatapan memohon ke arah Mark. Dia sungguh tidak mengerti ada apa dengan Mark hingga bersikap seperti ini. Seolah menganggap Simon adalah musuh. “Oke, begini,” Gavin kembali menyela. “Tentu saja kau boleh tinggal di rumah ini. Tapi masalahnya, tidak ada kamar kosong yang masih tersisa. Jadi—” “Kak Simon akan tidur di kamarku!” seru Nesha bersemangat. “Tidak boleh!” Mark tiba-tiba berdiri. Tidak terima, Nesha juga berdiri. “Sebenarnya ada apa denganmu, Mark? Selama ini kau tidak mempermasalahkan aku bersama siapa. Dia kakakku! Dia yang sudah merawatku sejak kecil dan sebelum aku memutuskan untuk mendaftar sebagai anggota tim The Hackers, aku sudah terbiasa tidur dalam pelukannya. Jadi apa masalahnya?!” Mark menatap Nesha lama, sedikit luluh melihat sorot terluka dalam mata wanita itu. “Baiklah. Tapi biarkan aku berbincang berdua dengannya dulu. Jika dia berhasil meyakinkanku, maka dia bisa tinggal di rumah ini.” Simon berdiri lalu mengangguk pelan pada Nesha diiringi senyuman. Melihat itu Mark langsung berbalik yang segera diikuti Simon. Mark berhenti saat mereka berada di halaman belakang rumah yang hanya disinari lampu taman, lalu berbalik menghadap Simon dengan sikap menantang. Tidak peduli bahwa dirinya tidak memiliki tubuh kekar dengan otot yang bisa membuat wanita menelan liur seperti Simon, dia sama sekali tidak takut jika memang harus berkelahi dengan lelaki itu. “Kau tahu kenapa aku tidak menyukaimu?” tanya Mark tanpa basa-basi. “Itu yang jadi pertanyaanku sekarang. Padahal kita tidak pernah bertemu sebelumnya.” “Aku tidak menyukaimu karena kau bermuka dua. Di depan kau bisa menampilkan wajah tanpa dosa seperti itu. Tapi di belakang—” “Apa maksudmu?!” Geram, Simon mencengkeram kerah kemeja Mark. “Apa kau mau bilang bahwa aku merencanakan hal buruk pada Nesha?” “Bukan hal buruk. Tapi aku tidak suka sikap pura-puramu.” Mark tidak berusaha melepaskan diri dari Simon. “Aku? Pura-pura?” “Kau berpura-pura menjadi Kakak yang baik di depan Nesha tapi memendam cinta. Cinta antara pria dan wanita pujaannya yang berusaha kau tutupi rapat-rapat. Cinta yang pasti berujung pada gairah.” Mark tersenyum tipis melihat Simon tertegun. “Jadi, mana mungkin kubiarkan adikku tidur bersama lelaki sepertimu?” *** Simon memandang lekat wajah Nesha yang semakin terlihat cantik di matanya. Lalu perhatiannya turun ke arah bibir Nesha yang terlihat lembut. Simon menelan ludah sejenak lalu mendekatkan wajahnya, berniat mengecup bibir Nesha. Seharusnya tidak apa-apa. Ini bukan ciuman pertama mereka. Nesha sering mengecup bibir Simon dan begitu pula sebaliknya. Jadi, apa bedanya dengan yang akan dia lakukan sekarang? Tentu saja berbeda! Seruan dalam kepalanya yang masih cukup waras membuat Simon buru-buru menjauhkan wajah lalu melepas rangkulannya di tubuh Nesha. Ia bergeser, mengubah posisi tidur yang sebelumnya menyamping jadi telentang menatap langit-langit kamar. Tidak peduli bagaimana perasaanku pada Nesha, aku tetaplah orang yang telah membesarkannya. Jadi tidak mungkin aku melakukan perbuatan c***l pada adikku—jika itu yang kau khawatirkan. Simon ingat kata-kata yang diucapkannya pada Mark. Dan itu membuat rasa bersalah menyusup di hatinya karena sekilas tadi dia sempat tergoda untuk mencium Nesha. Ciuman yang jelas bukan ditujukan seorang kakak pada adiknya. Huuffttt! Simon sendiri tidak tahu sejak kapan dia mencintai Nesha seperti ini. Cinta seorang pria pada wanita. Yang jelas dia baru menyadari perasaan ini begitu Nesha dinyatakan meninggal tiga tahun lalu. Saat itu dia merasa nyaris gila. Seolah paru-parunya direnggut, membuatnya tidak bisa bernapas. Seolah jantungnya ditikam, sakitnya terasa di tiap aliran darahnya. Bahkan Anwar dan Rico tidak tahu bahwa perasaan Simon pada Nesha sudah berkembang sejauh ini. Baiklah, jika kau seyakin itu. Aku percayakan Nesha padamu. Mengingat kau yang telah membesarkannya, aku yakin kau pasti bisa melindungi Nesha dari dirimu sendiri. Tapi jika ternyata sebaliknya, aku adalah orang pertama yang akan memenggal kepalamu. Sudut bibir Simon melengkung membentuk senyum sinis. Orang yang baru mengenal Nesha selama tiga tahun itu berani mengancamnya. Ingin sekali Simon mematahkan hidung mancung lelaki bermata biru itu. Tapi dia menahan diri. Bagaimanapun Simon tidak bisa menutup mata bahwa lelaki itu hanya ingin melindungi Nesha. Meski baru kenal, Mark benar-benar tulus menganggap Nesha sebagai adik. “Ngghh!” Erang lembut terdengar dari sela bibir Nesha. Wanita itu bergeser pelan, semakin mendekatkan diri ke arah Simon. Kini kepalanya menempel di pundak Simon sementara lengannya melingkari pinggang lelaki itu. Dan yang membuat Simon harus menahan napas, salah satu kaki jenjang Nesha bertumpu di atas pahanya, nyaris mengenai—hmm, itu! Sial! Simon berusaha tidak bergerak seperti patung selama satu menit. Benar-benar satu menit karena Simon menghitungnya dalam hati. Setelahnya dia memindahkan kaki dan lengan Nesha yang membelit tubuhnya perlahan lalu buru-buru turun dari ranjang. Tanpa menoleh lagi, Simon keluar kamar Nesha, bergegas turun menuju sofa depan tv. “Tiga jam empat puluh dua menit.” Suara itu membuat Simon membeku di tempat. Dia menoleh ke arah sofa yang hendak ia jadikan tempat tidurnya malam ini. Tampak Mark berbaring santai di sana sambil menatap serius layar ponsel dalam kegelapan. “Kau keluar lebih cepat dari perkiraanku. Padahal kupikir kau bisa bertahan paling tidak selama lima jam.” Mark mematikan ponsel seraya melemparkan senyum mengejek ke arah Simon. Sadar dirinya salah, Simon hanya mendengus lalu memilih berbaring di sofa panjang yang lain. Memang di depan tv itu terdapat tiga sofa panjang yang ditata mengelilingi meja kayu. Cukup nyaman untuk berbaring santai sambil menonton tv. “Sebaiknya kau temani Nesha tidur malam ini. dia sering bermimpi buruk saat tidur sendirian,” ujar Simon lirih. Berat meminta Mark melakukan itu karena Simon ingin dirinya sendiri yang berada di samping Nesha. Tapi jika itu demi kebaikan Nesha, maka Simon tidak bisa mencegah. “Tidak perlu. Beberapa hari ini dia sudah belajar mengatasi rasa takut yang membuatnya bermimpi buruk. Dan tampaknya sejauh ini cukup berhasil.” “Beberapa hari ini? Kalau begitu sebelumnya—” “Tentu saja aku menemaninya tidur.” Mark menyeringai, senang melihat kilat marah di mata Simon. Gigi Simon bergemeletuk. Pasti tidak sulit menghabisi makhluk berkulit putih yang berbaring tak jauh darinya itu. Tapi lagi-lagi dia harus menahan diri. “Persetan denganmu!” “Hei, kenapa kau marah? Tadi kau tidak keberatan memintaku menemani Nesha tidur malam ini.” “Tutup mulutmu sebelum kesabaranku habis.” “Baiklah, baiklah.” Mark angkat tangan tanda menyerah. Tapi dia belum puas memprovokasi Simon yang tampaknya gampang tersulut emosi. Apalagi jika itu berhubungan dengan Nesha. “Eh ngomong-ngomong, apa Nesha sudah bercerita tentang kekasihnya padamu?” Tubuh Simon menegang. Dia menoleh menatap Mark dengan kilat tajam di matanya yang seolah siap membunuh. “Kekasih apa?” “Jangan bilang kau tidak mengerti.” Mark terkekeh, mengabaikan aura membunuh yang menguar dari tubuh Simon. Mendadak Simon mengubah posisi menjadi duduk dengan gerakan kaku. “Siapa b******n itu?” Mark bercerita dengan semangat. “Namanya Agam. Tampaknya Nesha benar-benar menyukainya. Dia selalu berdandan dua kali lebih lama jika Agam datang. Tidak heran sih. Aku saja yang lelaki berani berkata bahwa Agam itu sangat tampan dan mata hazelnya cukup memikat. Dan bisa dibilang mereka berkencan tiap hari karena Agam tinggal di—” Mark sengaja menggantung kalimatnya. “Ehm, sudah waktunya aku tidur. Besok kita lanjutkan lagi.” Mark berdiri. Simon melotot. “Mau ke mana kau?” “Tidur!” “Cih! Aku mengerti kau hanya ingin membuatku marah, kan?” Mark hanya nyengir lalu begegas ke kamarnya. Meninggalkan Simon yang tengah berusaha meyakinkan diri bahwa ucapan Mark hanya bualan semata. ------------------- ♥ Aya Emily ♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN