Selasa (00.28), 01 Juni 2021
----------------------
“Kenapa, Nesh?” Mark bertanya, menyadari Nesha membeku dengan mata mengarah pada sesuatu. Dia bahkan masih diam di tempat sementara Gavin dan Mark bersalaman dengan Presiden dan orang yang berdiri di sebelahnya.
Nesha belum sanggup berpaling. Pandangannya mengarah lurus pada pemilik mata amber yang juga tengah menatapnya dengan senyum sopan di bibir. b******k! Dirinya yakin tidak salah ingat. Itu memang dia. Lelaki kurang ajar yang telah melecehkannya. Lelaki yang—mau tidak mau Nesha akui—telah menyelamatkannya dari insiden tiga tahun lalu.
“Nesh!”
Kali ini Gavin yang menegur Nesha seraya menyikut lengan wanita itu. Kemudian dia tersenyum minta maaf pada Presiden dan Senator Adlan Leighton yang menjadi pusat perhatian Nesha. Bahkan sang Senator sampai mengangkat salah satu alis karena bingung akan tingkah Nesha.
“Ada apa denganmu?” bisik Gavin.
“Eh—” Menyadari apa yang telah ia lakukan, Nesha buru-buru minta maaf pada Presiden Walker. “Maaf. Saya hanya merasa familiar dengan—” Nesha kembali menoleh pada lelaki jangkung pemilik mata tajam layaknya mata serigala itu.
Di luar dugaan, Presiden tertawa lalu diikuti Mark. Sementara Gavin meringis dan sang Senator hanya tersenyum.
Kali ini giliran Nesha yang tampak bingung. “Apa ada yang lucu?”
“Kau yang lucu,” komentar Presiden. “Tentu saja kau familiar dengan wajah Senator Adlan Leighton. Dia memang sering muncul di TV. Selain tampan, Senator Leighton juga banyak berjasa pada negara ini. Beberapa idenya berhasil mengurangi dampak kerugian akibat bencana alam dan kecelakaan lalu lintas. Saat ini, dia adalah salah satu kandidat Presiden Amerika selanjutnya.”
Nesha ternganga. Dia—dia Senator yang itu?! Yang saat ini sedang dielu-elukan masyarakat? Tapi—
“Kau benar-benar tidak tahu Senator Leighton?” bisik Mark.
Nesha balas berbisik. “Aku pernah dengar namanya. Tapi kau tahu sendiri aku tidak terlalu menaruh perhatian pada para petinggi negara. Itu tugasmu dan Gavin.” Lalu Nesha kembali berbicara pada Presiden dan—sang Senator. “Maaf mengenai hal ini. Senator Leighton yang asli jauh berbeda dari fotonya.” Nesha tersenyum ragu seraya melirik Senator Leighton yang masih menampilkan senyum sopan.
Presiden kembali tertawa. “Ya, memang. Tentu lebih tampan aslinya daripada di foto. Dia pasti akan jadi Presiden kesayangan masyarakat, terutama oleh kaum wanita.”
“Anda terlalu memuji, Mr. Presiden.” Senator Leighton tersenyum malu.
“Nah, seperti itulah dia. Selalu merendah.” Seolah baru teringat, Presiden menunjuk meja makan untuk mempersilakan tamunya duduk. “Sebaiknya kita lanjutkan sambil duduk dan menikmati makan malam.”
Tanpa kata lagi, keempat orang itu mengikuti Presiden menuju meja berbentuk persegi panjang berkapasitas lima puluh orang. Sang Presiden memilih duduk di kursi tunggal dan Senator Leighton di sisi kanannya. Sementara itu Mark menempati sisi kiri sang Presiden berhadapan dengan sang Senator. Nesha mengekor Mark lalu duduk di kirinya dan Gavin di kiri Nesha. Seperti biasa, mengapit wanita itu di antara dirinya dan Mark.
“Sebelum menikmati makan malam, aku ingin memperkenalkan kalian bertiga pada Senator Leighton. Bagaimanapun, roda pemerintahan harus terus berputar dan aku tidak bisa selamanya menjabat sebagai Presiden. Karena itu aku menunjuk Senator Leighton untuk menjadi penghubung antara kalian yang bekerja di balik layar dengan dunia politik—”
“Hah?” Nesha refleks menunjukkan kekagetannya. Begitu sadar dirinya telah lancang memotong penjelasan Presiden, buru-buru dia berkata, “Ah, maaf. Saya hanya sedikit kaget. Tapi bukankah Senator Leighton belum resmi menjadi kepala negara ini? Dan bukankah sudah diputuskan bahwa keberadaan kami akan menjadi rahasia dewan keamanan PBB?”
Mark dan Gavin terdiam, turut memikirkan pertanyaan Nesha. Sementara itu Senator Leighton tetap tersenyum sopan, membiarkan Presiden Walker menjawab.
“Pertanyaan bagus. Kau sangat tanggap.” Presiden Walker tersenyum. “Sebenarnya yang tidak diketahui masyarakat umum, Senator Leighton telah dipersiapkan untuk menjadi Jenderal PBB selanjutnya. Tentu hal ini dirahasiakan karena kalian tahu sendiri, keberadaan Jenderal PBB memang tidak pernah diekspos ke media. Dan selama masa penantian itu, pemerintah federal dan PBB setuju untuk mengikuti keinginan masyarakat, menjadikan Senator Leighton sebagai salah satu kandidat Presiden Amerika.”
DEG.
Nesha ternganga. Sementara Gavin dan Mark tersenyum lega karena Presiden Walker sudah mempertimbangkan banyak hal hingga mencapai keputusan untuk memperkenalkan sang Senator pada mereka bertiga.
“Pak Presiden sudah banyak bercerita mengenai kalian bertiga.” Untuk pertama kalinya sang Senator angkat bicara. “Saya mengerti pasti sulit bagi kalian menerima orang asing seperti saya mengetahui keberadaan kalian. Apalagi kalian sudah bersembunyi cukup lama. Jadi saya tidak akan merasa tersinggung jika kalian sedikit waspada terhadap saya.”
Rasa ngeri membuat bulu kuduk Nesha meremang. Terutama setelah beberapa kali dia harus beradu pandang dengan mata serigala Senator Leighton.
Apa-apaan ini?!
Apa Presiden sedang bercanda?
Lelaki itu, lelaki yang sudah melecehkan Nesha. Lelaki yang sempat dicurigai sebagai anggota dari kelompok New World, adalah kandidat Presiden selanjutnya. Dan yang lebih mengerikan lagi, lelaki itu telah dipersiapkan untuk memimpin PBB.
Tiba-tiba Nesha berdiri, membuat empat pasang mata menoleh bersamaan ke arahnya. Dengan memaksakan seulas senyum Nesha berkata, “Saya permisi ke toilet.”
Mark dan Gavin saling pandang, menyadari ada yang aneh dengan Nesha. Mereka yakin Nesha merasa terganggu karena sesuatu, namun keduanya memilih diam dan bertekad menginterogasi Nesha begitu tiba di rumah.
“Oh, silakan.” Presiden Walker menanggapi. “Pelayan akan mengantarmu.”
Setelah mengangguk singkat, Nesha bergegas keluar dari ruang makan. Seorang pelayan langsung mengikutinya dan dengan sopan menunjukkan arah toilet berada.
Di kamar mandi, Nesha menumpukan kedua tangan di sisi wastafel dengan pikiran berkecamuk dan wajah tertunduk. Napasnya terengah, lalu perlahan dia mendongak, menatap wajahnya di cermin besar.
Hei, itu mawarku! Kalau kau menginginkannya, kau bisa minta baik-baik.
Ingatan Nesha melayang pada hari itu. Saat pertemuan pertamanya dengan si mata amber. Dia bahkan masih ingat sempat terpesona dengan mata tajam sekaligus indah yang baru pertama kali ia lihat langsung. Tapi hanya beberapa detik, karena kemudian dengan tidak tahu malunya lelaki itu melecehkan dirinya dan berhasil mengundang amarahnya.
Memang pemilik mata amber—meski jarang—bukan hanya lelaki itu seorang. Tapi tetap saja, walau di kedua pertemuan mereka lelaki itu selalu mengenakan tudung jaket, Nesha tidak mungkin salah ingat perpaduan mata amber, rahang tegas dengan belahan dagu, bibir tipis yang seolah mengejek, dan hidung mancung itu.
Hanya merasa senang mengganggumu.
Brengsek! Bahkan suaranya juga sama persis dengan suara si Senator.
Tidak peduli sudah tiga tahun berlalu, Nesha tidak mungkin melupakan detail mengenai sosok itu. Setelah kejadian meledaknya pesawat di Bandara Internasional Changi, Nesha sempat diinterogasi mengenai lelaki yang telah melecehkannya. Semua orang menduga, kejadian itu bukan sekedar kebetulan. Ada kemungkinan lelaki itu berasal dari kelompok New World. Dan entah apa rencana mereka, kelompok itu pasti sengaja membuat beberapa calon anggota The Hackers selamat.
Hal itu sempat membuat para petinggi PBB menduga Nesha, Gavin, dan Mark memiliki hubungan tertentu dengan kelompok New World. Namun ketidaktahuan mereka tentang kelompok itu berhasil meyakinkan para petinggi PBB bahwa mereka bertiga bukanlah ancaman.
Pencarian besar-besaran sudah dilakukan. Bahkan semua CCTV di bandara dan area sekitarnya dikumpulkan untuk mencari tahu lelaki dengan ciri-ciri yang sudah Nesha sebutkan. Lebih dari tiga puluh orang dengan ciri-ciri yang sama dan berada di area bandara selama dua puluh empat jam sebelum dan setelah kejadian dipanggil ke kantor kepolisian.
Di antara orang-orang itu ada beberapa yang memiliki mata amber. Dari postur tubuhnya juga sesuai dengan ciri-ciri lelaki yang sudah melecehkan Nesha. Namun orang-orang itu memiliki alibi yang kuat dan ketika Nesha diminta melihat langsung, dia yakin memang tidak ada b******n itu di antara mereka.
Dan sekarang b******n itu ada di sini, menjadi orang kepercayaan bahkan hampir menempati posisi tertinggi. Dan kalau dugaan Johny Jaret bahwa kelompok New World ingin menciptakan dunia baru dengan mereka sebagai pemegang pemerintahan tunggal benar adanya, maka mereka sudah nyaris berhasil.
Sialan!
Mendadak tenggorokan Nesha terasa kering. Kengerian masih meliputi dirinya. Dengan gerakan kaku dia menyalakan kran lalu mencuci tangannya. Ini tidak bisa dibiarkan. Dirinya harus menghentikan lelaki itu. Tapi tentu saja, dia tidak bisa langsung menyatakan kecurigaannya di hadapan Presiden layaknya orang t***l. Nesha perlu bukti untuk menunjukkan bahwa Senator Adlan Leighton adalah seorang pengkhianat.
Setelah menenangkan diri sejenak, Nesha menghela napas lalu keluar dari toilet. Mendadak langkah Nesha membeku saat melihat Senator Leighton tampak berdiri di depan toilet, seolah tengah menunggu Nesha.
Senator Leighton tersenyum ramah. “Maaf membuat Anda kaget. Saya hendak menggunakan toilet juga.”
Jemari Nesha mengepal di kedua sisi tubuh. Dia berusaha menahan diri untuk tidak menghajar atau memaki-maki lelaki itu. Namun Nesha bukanlah orang yang pandai berpura-pura. Karena itu dia tidak sanggup mencegah dirinya menunjukkan perasaan sebenarnya pada sang Senator.
“Apa yang sebenarnya kau rencanakan?” tanya Nesha dengan nada menuduh yang kental.
Salah satu alis Senator Leighton terangkat. Bahkan sinar matanya juga menunjukkan kebingungan akan pertanyaan Nesha. “Maaf, saya tidak mengerti maksud Anda.”
Nesha mulai geram. “Kau bisa menunjukkan wajah tak berdosa itu di depan orang lain. Tapi jangan di depanku. Aku tidak akan mungkin lupa bahwa kaulah lelaki tiga tahun lalu, yang dengan kurang ajarnya telah melecehkanku. Tudung jaket itu tidak bisa menutupi wajahmu sepenuhnya.”
Kali ini kening sang Senator berkerut dan dia sedikit menelengkan kepala seolah berusaha mencerna kalimat Nesha. “Anda pasti mengira saya adalah orang lain.”
“Aku tidak mengira! Aku tahu memang kau orangnya!” seru Nesha geram, beruntung sanggup menahan diri untuk tidak berteriak. “Berhentilah berpura-pura. Tidak ada yang melihat aktingmu di sini dan aku jelas tidak percaya padamu.”
Bibir tipis sang Senator membentuk garis keras yang menunjukkan bahwa dirinya tersinggung. “Itu tuduhan yang serius, Nona. Anda bisa dipenjara.”
“Sebelum aku dipenjara, kau yang akan lebih dulu masuk ke penjara.”
“Saya akan menganggap pembicaraan ini tidak pernah terjadi,” putus Senator Leighton lalu dia hendak melewati Nesha yang masih membeku di tempat. Namun tepat di samping Nesha, sang Senator berhenti seraya berbisik, “Ngomong-ngomong, bokongmu kelihatan lebih besar dari terakhir aku menyentuhnya.”
DEG.
Nesha terbelalak. Begitu ia berbalik hendak menyemburkan makian pada sang Senator, lelaki itu sudah menutup pintu kamar mandi di belakangnya dan meninggalkan Nesha dengan segala u*****n dalam benaknya.
Brengsek!
-------------------
♥ Aya Emily ♥