Selasa (00.37), 01 Juni 2021
--------------------
“Kau kenapa, Nesh?” tanya Mark begitu mereka bertiga kembali ke mobil dan sudah lepas dari pengawalan. Gavin yang menyetir mobil juga tampak menunggu jawaban Nesha yang duduk di kursi tengah.
Dengan kesal Nesha melempar ponsel ke jok di sampingnya. Sedari tadi ia mencoba meretas semua akun media sosial milik Senator Adlan Leighton. Tapi terbatasnya kemampuan ponsel dibanding PC membuat Nesha kesal sendiri.
“Hei, kau dengar aku, kan?” desak Mark karena Nesha tak kunjung menjawab pertanyaannya.
Setelah menghela napas, Nesha menoleh pada Mark. “Apa kalian percaya jika aku mengatakan bahwa Senator Adlan Leighton adalah b******n yang melecehkanku tiga tahun lalu?”
Ciiitttt!
“s**t!”
Mark mengumpat bersamaan dengan ban mobil yang berdecit karena Gavin menginjak rem tiba-tiba. Untung saja jalanan yang mereka lalui saat ini tidak terlalu ramai.
“Jangan bercanda, Nesh!” seru Gavin seraya menormalkan laju mobil kembali.
“Itu tuduhan yang serius. Kau bisa dipenjara jika hal ini sampai terdengar para pendukung Senator Leighton.” Mark berkata sungguh-sungguh.
“Selamat, Mark!” ejek Nesha. “Kau orang kedua yang sudah mengatakan hal itu padaku.”
“Maksudmu? Kau sudah mengatakan tuduhan ini pada orang lain?” tanya Gavin dengan nada meninggi.
“Hanya pada si Senator penipu itu. Lagipula aku tidak menuduh. Memang dia pelakunya!”
“Demi Tuhan, Nesha! Apa kau sudah gila?!” Mark meradang. “Walau Senator Adlan Leighton memiliki mata amber seperti lelaki yang telah melecehkanmu tiga tahun lalu, tapi banyak orang yang memilikinya juga. Kenapa harus dia yang kau jadikan sasaran tuduhan dan bukannya lelaki lain yang hidupnya tidak berhubungan dengan aparat negara?”
“Berhenti berkata bahwa aku menuduh!” Kemarahan Nesha mulai tersulut. “Aku tidak mungkin lupa mata, hidung, rahang, dan bibir lelaki tiga tahun lalu. Bahkan suaranya juga. Dan kalian tahu apa yang dikatakan si Senator b******n itu yang membuatku semakin yakin bahwa memang dia pelakunya?”
“Memangnya apa yang dikatakan Senator Leighton?” tanya Gavin hati-hati, sadar suasana dalam mobil kian memanas.
“Dia bilang bokongku kelihatan lebih besar dari terakhir dia menyentuh!” Nesha nyaris berteriak. “Jadi, apa kalian masih akan berpikir bahwa aku menuduh padahal—lagi-lagi—dia melecehkanku meski kali ini hanya kata-kata?”
Mendadak suasana menjadi hening. Mark dan Gavin saling pandang, bingung harus mengatakan apa.
“Apa—Senator Leighton benar-benar berkata seperti itu?” Akhirnya Mark buka suara.
“Jadi sekarang kau menuduhku mengarang cerita?” tanya Nesha jengkel.
“Bukan, hanya saja—” Mark menelan ludah lalu menoleh pada Gavin yang juga tampak diliputi kengerian yang sama.
“Kalau itu benar,” Gavin melanjutkan kalimat Mark yang terpotong. “berarti kita dalam masalah besar.”
***
“Aku akan mengumpulkan informasi mengenai latar belakang Senator Leighton,” putus Gavin begitu mereka sampai di rumah.
Tanpa berhenti untuk sekedar istirahat setelah melakukan perjalanan jauh, ketiganya menuju bagian belakang rumah lalu membuka lemari di sudut ruangan yang sebenarnya adalah sebuah pintu menuju ruang bawah tanah.
“Kalau begitu aku yang akan meretas akun media sosial milik Senator Leighton.” Lalu Mark beralih pada Nesha yang berjalan di sampingnya sambil mengutak-atik ponsel. “Kau sudah dapatkan nomor ponselnya, kan?”
“Sudah. Aku akan meretas ponselnya langsung.”
Mark mengangguk setuju.
Dalam ruangan itu, ada enam personal computer yang ditata di tengah ruangan. Di sisi-sisi ruangan, terdapat meja-meja yang menyimpan tumpukan berkas. Banyak berkas terutama data-data penting termasuk kode-kode komputer yang perlu mereka acak atau gabungkan untuk membentuk serangan tertentu.
Tentu saja, input dan output device lain seperti printer, scanner, LCD proyektor, maupun mouse dan keyboard cadangan juga memenuhi sebagian besar meja, membuat ruangan itu benar-benar terlihat seperti sarang bagi para peretas yang bekerja di balik layar.
Ketiganya langsung duduk di depan PC masing-masing. Memang untuk urusan pekerjaan sebagai tim keamanan, mereka lebih menyukai PC daripada laptop karena mereka bisa dengan mudah mengganti hardware sesuai kebutuhan. Tapi mau tidak mau mereka tetap harus menggunakan laptop jika pekerjaan mengharuskan mereka keluar dari markas.
Sekitar satu jam kemudian, mereka menghentikan pengintaian.
“Perlu waktu untuk menyalin panggilan telepon beserta pesan masuk dan pesan keluar yang sudah dilakukan Senator Leighton.” Nesha memberitahu hasil pengintaiannya. “Dan saat ini belum ada aktivitas apapun yang dilakukan si Senator selain membalas beberapa pesan w******p dari tim suksesnya. Tidak ada yang mencurigakan, hanya pembicaraan seputar politik.”
Giliran Mark yang memberitahu hasil pekerjaannya. “Aku juga perlu waktu untuk menyalin semua aktivitas yang sudah dilakukan Senator Leighton di semua akun media sosialnya. Aktivitas terakhir dilakukan kemarin siang. Hanya membalas pesan pribadi dari rekan sesama politisi.”
“Sepertinya dia sangat sibuk mengurus kegiatan politik,” komentar Nesha. “Lalu bagaimana dengan keluarganya?”
Mark dan Nesha menoleh ke arah Gavin yang belum mengalihkan perhatian dari layar monitor.
“Menurut catatan, Senator Leighton tidak memiliki keluarga. Dia besar di panti asuhan, lalu saat usianya menginjak delapan tahun dia diadopsi seorang Kakek kaya yang juga tidak memiliki keluarga dan hanya butuh seorang anak untuk menjadi penerus kekayaannya.”
“Wow, beruntung sekali.” Mark bersiul.
“Bagaimana keadaan si Kakek sekarang?” tanya Nesha penasaran.
“Dia meninggal beberapa hari setelah upacara kelulusan Senator Leighton dari Senior High School.”
“Tidak ada catatan buruk?” desak Nesha, tidak percaya hanya seperti itu saja masa lalu si Senator sinting itu.
Gavin menggeleng. “Hanya seperti itu. Selanjutnya dia sangat aktif mengikuti kegiatan organisasi di kampus, yang menjadi awal ketertarikannya dalam dunia politik.”
“Maaf membuatmu kecewa, Gave,” sela Mark. “Tapi itu adalah informasi umum yang diketahui semua warga Amerika kecuali Nesha.”
“Kecuali aku?” tanya Nesha bingung.
“Ya, tentu saja. Memangnya kau tahu mengenai hal itu?” sindir Mark.
“Hmm, tidak. Haruskah aku tahu?”
“Ya, seharusnya kau tahu karena semua orang tahu mengenai Senator Adlan Leighton, terutama perihal masa lalunya. Tapi bahkan wajahnya saja kau tidak tahu.”
“Sudah kubilang aku tidak tertarik dengan dunia politik. Aku hanya fokus pada urusan keamanan jaringan dan pemburuan antek-antek New World,” sungut Nesha.
“Berarti aku benar. Semua orang tahu mengenai Senator Leighton kecuali dirimu.”
Bibir Nesha mengerucut kesal lalu ia beralih kembali pada Gavin. “Jadi, hanya itu yang kau dapatkan?”
“Ya, hanya itu.” Untuk pertama kali sejak masuk ke ruangan itu satu jam lalu, Gavin mengalihkan perhatian dari layar monitor lalu menatap kedua rekannya. “Sama sekali tidak ada cacat. Masa lalu yang sempurna. Tapi, terlalu sempurna hingga membuatku curiga bahwa itu hanya karangan saja.”
Seketika Nesha menegakkan tubuh, siap mendengar penjelasan Gavin selanjutnya. Sementara Mark tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, “Apa ada bagian masa lalunya yang sengaja disembunyikan?”
“Sebenarnya bukan bagian. Aku curiga bahwa keseluruhan cerita itu hanya karangan. Mungkin Senator Leighton tidak pernah tinggal di panti asuhan. Mungkin juga tidak pernah ada Kakek kaya raya yang mengadopsinya.”
“Tapi, jika itu benar, tentunya sudah ada wartawan atau semacamnya yang berusaha mencari tahu. Saat ini dia menjadi sorotan publik. Semua orang pasti penasaran dengan masa lalunya.” Mark berpendapat.
“Ya, di situ masalahnya.” Gavin mengerutkan kening. “Banyak surat kabar, majalah atau media lainnya yang menampilkan hasil wawancara dengan orang-orang yang mengaku teman atau tetangga Senator Leighton saat masih remaja.”
“Bagaimana dengan panti asuhan tempat Senator Leighton pernah dibesarkan?” Nesha masih berusaha menemukan kejanggalan dari masa lalu si Senator b******n itu.
“Masalahnya, panti asuhan itu sudah terbakar habis sekitar dua tahun setelah Senator Leighton diadopsi. Kejadian itu sempat menjadi berita utama. Apalagi dikabarkan tidak ada yang selamat karena kebakaran terjadi saat dini hari dan para penghuni sedang terlelap.”
Nesha dan Mark saling pandang lalu keduanya kembali menatap Gavin.
“Terlalu kebetulan,” gumam Nesha.
“Oke, dengar!” Mendadak Mark berseru pelan. “Kita memang mencurigai Senator Leighton karena keterangan Nesha. Tapi dalam penyelidikan, cobalah untuk mengesampingkan kecurigaan kita. Jujur saja, sedari tadi aku mendengarkan penjelasan Gavin, tidak ada yang aneh dengan masa lalu Senator Leighton. Aku malah berpikir bahwa kau merasa ada yang janggal karena bertekad membenarkan kecurigaan Nesha.”
Gavin terdiam, mencoba menelaah perasaannya sendiri. “Tidak, Mark. Ini tidak ada hubungannya dengan kecurigaan Nesha. Perasaan janggal terhadap masa lalu Senator Leighton muncul begitu saja saat aku sedang menyelidikinya.”
“Bisa kau jelaskan lebih detail alasan mengapa kau merasa janggal?” desak Mark.
“Aku tidak bisa menjelaskannya dengan detail. Tapi aku merasa—” Gavin terdiam, mencoba mengingat kembali saat dirinya sedang berkutat menggali masa lalu Senator Adlan Leighton. “aku merasa seolah ada sesuatu, atau seseorang, yang mengarahkanku.”
“Maksudnya?” kali ini Nesha yang bertanya.
“Bayangkan aku sedang mencari rumah seseorang. Lalu ada kekuatan tak terlihat yang berusaha mengarahkanku. Aku dituntun menuju jalan Z padahal harusnya aku melalui jalan A. Dan di jalan Z itu, juga ada rumah yang kucari. Namun itu hanya tiruannya.”
“Jadi dugaanmu,” kening Mark berkerut, mencoba melihat dari sudut pandang Gavin. “Masa lalu Senator Leighton yang diketahui semua orang hanya karangan saja. Dan saat ada seseorang yang mencoba menyelidikinya, orang itu tetap diarahkan pada informasi palsu itu. Sementara masa lalu Senator Leighton yang sebenarnya tersembunyi dengan aman. Begitukah?”
Gavin mengangguk membenarkan.
“Jika Senator sialan itu benar-benar bagian dari anggota kelompok New World, maka hal itu bukan mustahil untuk dilakukan.”
Selesai Nesha bicara, mendadak suasana hening. Ketiganya hanya saling pandang dengan jantung yang mendadak memacu dengan cepat.
“Baiklah, kesampingkan bagian terburuknya dulu.” Mark mengusulkan. “Sekarang kita coba fokus untuk mencari tahu masa lalu Senator Leighton yang sebenarnya dan mengawasi pergerakannya. Sedikit saja ada tanda-tanda mencurigakan, kita bisa menghubungi Dewan Keamanan PBB untuk melakukan penyelidikan terang-terangan di markas pusat.”
Gavin mengangguk setuju sementara Nesha malah tampak ragu.
“Ada hal lain yang mengganggumu, Nesh?” tanya Gavin.
“Entah mengapa, aku jadi ragu bahwa kita akan berhasil menemukan sesuatu.”
“Kenapa?” kali ini Mark yang bertanya.
“Si Leighton sudah tahu bahwa kita adalah pemimpin The Hackers. Seharusnya dia jadi lebih hati-hati di depan kita tapi malah dengan santainya mengaku secara tersirat bahwa dia adalah orang yang sudah meremas bokongku tiga tahun lalu. Bukankah itu berarti, dia sangat yakin kita tidak akan menemukan apapun untuk menyeretnya ke penjara?”
Menyadari kebenaran kata-kata Nesha, Mark menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sementara Gavin menggosok wajahnya dengan kedua tangan.
“Yah, Nesha benar.” Akhirnya Gavin bersuara. “Tapi tidak ada yang bisa kita lakukan selain mencoba. Mungkin keberuntungan sedang ada di pihak kita dan kita berhasil menemukan sesuatu.”
Mark dan Nesha mengangguk setuju. Meski mustahil, memang tidak ada salahnya mencoba.
-------------------
♥ Aya Emily ♥