Hujan turun perlahan. Rintik -rintik kecil membasahi kaca jendela balkon, menciptakan irama lembut yang menenangkan. Meira berdiri di sana, mengenakan kaus longgar milik Igo dan celana pendek, rambutnya diikat seadanya. Wajahnya tampak lelah, tapi ada damai yang tak bisa disembunyikan. Tak lama, Igo masuk ke ruang utama, melepas jas dan dasinya, lalu berdiri di belakang Meira. Tangan hangatnya melingkari pinggang istrinya, menarik tubuh Meira mendekat. Hidungnya menyentuh bahu Meira yang basah sedikit oleh udara dingin. "Kamu dingin?" bisiknya. Meira menggeleng. "Aku cuma lagi... mikir soal hari ini. Tesnya berat, ya?" Igo mengangguk. "Berat. Tapi kita berdua ada di sana. Sama -sama." Ia mencium bahu Meira perlahan, hangat, penuh ketulusan. Meira menutup matanya sejenak, membiarkan pe