Navia sudah di pindah ke ruang rawat khusus ibu dan anak. Dia belum sadar, tetapi wajahnya masih pucat. Hiro duduk di samping tempat tidur sang istri sambil menggenggam tangaannya. Lelaki itu memandang lekat-lekat wajah Navia yang kini tampak kurus. Hiro yakin berat badan wanitanya itu sudah berkurang beberapa kilo. "Kak, sejak kapan Navia tidak mau makan?" tanya Hiro pada Niko yang juga ada di ruangan itu. "Hampir satu minggu ini. Dia hanya minum teh hangat di pagi hari, selebihnya, dia jarang makan nasi. Sebenarnya, Navia merindukanmu, dia membutuhkanmu di sisinya, hanya saja, dia tidak mampu untuk mengakui itu." kalimat yang di ucapkan oleh Niko membuat mata Hiro membulat. Ia menitikkan air mata, Hiro merasa dirinya adalah penyebab dari semua hal yang terjadi pada Navia saat ini.

