“Aku memang berencana ikut lain waktu. Atau kalau perlu, selama masa imunisasi Bhanu masih berjalan, aku akan temani kalian,” ujar Raivan penuh penekanan. Nayla justru tersenyum senang mendengar niat Raivan itu. “Serius? Wah, aku senang banget kalau kamu bisa ikut.” Senyum Nayla yang begitu tulus justru membuat hati Raivan kian rumit. Ia ingin kesal, tapi ketulusan wajah Nayla meluluhkan sebagian dari kekesalannya. Tak ingin memperpanjang suasana yang kaku, Raivan berusaha menenangkan diri. Nayla kembali mengambil sumpitnya dan menyuapi Raivan dengan tempura udang yang tinggal beberapa potong, tapi lelaki itu menggeleng pelan. “Loh, masih ada ini,” ucap Nayla sambil menatap piring yang masih setengah penuh. Raivan kembali menggeleng. “Kenyang. Kamu saja yang habiskan.” Nayla mengeru

