Home sweet home. Kalimat itu tak pernah terasa sekuat hari ini bagi Raivan. Baru saja langkahnya menjejak lantai rumah, ia disambut wangi khas rumah ini. Aroma khas rumah yang hangat—yang tak pernah ia sadari begitu ia rindukan. Ia berdiri melihat punggung Nayla menjauh. Wanita itu kini sedikit membungkuk, merentangkan tangan ke arah Bhanu yang duduk di pangkuan Bunda Zara di sofa ruang tamu. Anak itu melonjak girang, tubuhnya bergerak antusias penuh semangat seolah tak tertahan saat melihat siapa yang datang. “Sayang Bunda … hmmphh rindu sekali,” ucap Nayla mencium pipi gembul anaknya. “Ganteng banget, sih.” Nayla menoleh ke belakang dan mendapati Raivan berdiri tepat di belakangnya, matanya tak berkedip memandangi mereka. Senyuman Nayla mengembang lembut. “Papa,” panggil Nayla sambil

