Pukul sepuluh malam, Nayla sudah terlelap di atas ranjang–tepatnya ketiduran. Tubuhnya terbaring menyamping, satu tangan melingkari tubuh kecil Bhanu yang sama lelapnya. Sesaat ia tersadar ketika ponsel di meja sisi ranjang tiba-tiba bergetar disusul suara dering lirih yang memecah keheningan malam. Nayla tersentak membuka matanya. Ponselnya menampilkan nama yang membuat detak jantungnya meningkat, Raivan. Dengan cepat ia mengulurkan tangan, meraih ponsel itu. Jemarinya bergetar menekan tombol hijau. “Halo?” suaranya serak. “Nay ... Maaf, aku baru bisa telepon sekarang,” terdengar suara Raivan di seberang. Suaranya rendah. Terdengar nada lelah yang terselip di setiap jeda napasnya. Nayla bangkit perlahan dari tidurnya, duduk di ranjang sambil melirik Bhanu yang masih tertidur tenang

