Bab 77 : Candu

1229 Kata

Ciuman itu tidak terburu-buru. Tidak pula menuntut apa pun, tapi perlahan membakar hasrat. Nayla mendorong pelan tubuh Raivan sedikit menjauh darinya hingga pandangan mereka bertemu—berkabut hasrat bersama napas tersengal. Raivan membelai lembut pipi Nayla, jemarinya menyusuri garis rahang wanita itu lalu mengusap bibir ranumnya. “Aku tidak terburu-buru, Nay,” bisiknya dalam jeda napas yang hangat. Nayla menundukkan pandangannya, menggigit bibir bawahnya sejenak, lalu berkata, “Aku … aku membawa gaun malam itu, Mas.” Raivan menatap Nayla tak percaya. Entah mengapa, ucapan Nayla barusan terasa seperti restu tak langsung—seolah isyarat halus bahwa dirinya diperkenankan melangkah lebih jauh menyentuh sang istri. “Tapi … tapi aku baru saja datang bulan,” lirih Nayla. Raivan terdiam sejenak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN