Nayla tidak salah pilih tempat untuk menenangkan diri. Di sini, dia bisa menjadi apa adanya dirinya. Aroma bawang tumis merebak memenuhi dapur sederhana di sisi timur bangunan panti, dapur terbuka tempo dulu. Asap tipis mengepul dari wajan besar tempat sayur lodeh mendidih. Nayla sengaja mengetuk panci hingga terdengar suara denting spatula—menggoda juru masak lain. “Heiii …! sorak ibu-ibu, terkejut. Ada pula yang latah membuat semua tertawa lepas. Nayla yang berdiri dengan celemek lusuh melilit pinggangnya tertawa puas. Meski wajahnya sedikit berkeringat, tapi matanya berbinar. Setiap hari, Nayla memilih tenggelam dalam aktivitas dapur membantu juru masak panti. Tangannya cekatan menyiapkan bahan, meracik bumbu, bahkan tidak sungkan membantu mencuci peralatan makan dan masak. Tepatnya

