Nayla menyentuh dadanya, merasakan degup jantung yang belum juga tenang. Nafasnya masih tersengal setelah hampir saja Bhanu tertabrak skateboarder yang kini menjauh sambil berdecak kesal. Antara takut dan lega, dua rasa itu bercampur jadi satu di dadaanya. “Permisi,” ucapnya pelan, menatap punggung lelaki yang masih berdiri mematung, memeluk Bhanu dengan ekspresi penuh tanya. Lelaki itu membalikkan badan. Tatapan mereka bertemu. Keduanya sama-sama membulatkan mata, sama-sama terdiam. “Dokter Rafa?” kejut Nayla. “Nayla?” sahut Rafa, sama-sama terkejut. Sejenak waktu seolah diam. Lalu Nayla buru-buru meraih Bhanu dari pelukannya. “Anak saya …,” gumamnya pelan. “Maaf ... merepotkan.” Bhanu menoleh ke arah Nayla, lalu kembali memeluk leher Rafa erat-erat. “Mas, sini sama Bunda, yuk,” b

