Yura sudah selesai memasak, ia sedikit lebih tenang saat tak ada Oca dengan suara delapan oktafnya. Sungguh melelahkan menjadi seorang pembantu dengan majikan super duper menyebalkan dan cempereng macam Oca. Yura menyeka keringatnya, lalu berjalan ke ujung dapur untuk menggantungkan celemek. Setelah itu kembali ke ruang makan, duduk sejenak di sana sambil membuka ponselnya. Banyak notifikasi dari sekretaris dan karyawannya, menanyakan kepastian nasib mereka atas ditutupnya butik Ayura untuk sementara waktu. Yura kembali mengabaikan deretan pesan tersebut, ia memijit pelipisnya dan sungguh rasanya ini sangat memusingkan ditambah kondisi kehamilannya membuat dirinya kian tersiksa lahir dan batin. "b******k!" umpat Yura sambil menggebrak meja, tatkala matanya tanpa sengaja melihat story