Kaflin memijat pangkal hidungnya, pening sekali efek hampir dua malam tidak benar-benar bisa beristirahat. Baru ia dan Amira bisa melewati ujian besar kini kembali di uji dengan satu kehilangan yang tak di sangka. Di pelupuk matanya, bahkan Kaflin terus melihat bayangan yang terjadi nyata dua hari lalu. Jam tiga dini hari, Ayah mertuanya ia temukan telah tidak bernapas. Denyut nadi yang Kaflin cari tidak ditemukan lagi. Sekujur tubuh dingin dan kaku. Duka memeluk keluarga, terutama Ibu, Amira dan adik-adiknya. “Terima kasih Papah dan Kai sudah datang.” Kaflin mengantar Papah dan Kai sampai di dekat mobil yang akan mengantar mereka ke bandara, kembali ke Jakarta. Papah dan Kai mewakili keluarga Kaflin datang untuk menyampaikan bela sungkawa. Ikut menghadiri proses pemakaman yang dilak