“Bra merah muda.. astaga, ada-ada saja!” dia sampai menggeleng-gelengkan kepala. Kaflin berdiri di depan wastafel, membasahi wajahnya. Lalu meraih handuk dan mengusapnya. Kembali tegap, ia tatap dirinya yang terpantul dalam cermin. Tersadar jika belakangan wajahnya kerap di warnai dengan senyuman. Lebih-lebih itu karena kepolosan dan tingkah konyol gadis tersebut. “Amira Salvia..” Kaflin menyebutnya dan terkekeh sendiri saat mengingat wajah malu Ami tadi. “Polos sekali.” Saking polosnya yang kerap buat Kaflin cemas pada gadis itu, takut bila di jalan ada orang yang memanfaatkan lalu melakukan kejahatan padanya. ** Alarm ponsel yang di atur sebelum tidur tadi, berbunyi. Dering tersebut memaksa mata Kaflin yang berat untuk terbuka. “Hoam!” dia menguap, matanya perlahan berkedut se