Ami mulai menghitung waktu yang ia punya untuk tetap bekerja di rumah Lais. Setelah pembicaraan beberapa waktu dengan Kaflin, ia tahu jika tak lagi bisa tetap sama untuk tetap bekerja di sana. Tak hanya Ami yang menghindar, Kaflin juga terlihat tak ingin bicara dengannya. “Kamu sakit?” tanya dari Fani, memerhatikan wajah Ami yang belakangan terlihat murung. Ami menggeleng kecil, “saya sehat, Bu.” Ami membantu menyisir rambut Fani, telah bersiap menghadiri acara perusahaan. Rambut Fani masih tetap panjang dan tebal meski sudah tampak beberapa uban. Fani selalu menolak untuk memotong rambutnya. Ami menyanggul sebisanya, lalu meletakan jepitan bunga mawar yang membuatnya terlihat anggun. Fani tersenyum melihat hasilnya. “Terima kasih, Ami.” Ami mengangguk. Tepat suami dari Fani me