E L E V E N T H ; In The Same World

1761 Kata
“Kenapa kalian tak mengatakan jika kalian mempunyai pakaian ini.” Ujarku sembari menatap cermin yang menampilkan seluruh tubuhku. Kini aku menggunakan sebuah baju berwarna biru yang panjang lengannya sampai siku tanganku dan rok sepanjang kaki berwarna merah muda. Aku tersenyum. Aku terlihat seperti seorang gadis desa sekarang. Aku berjalan menuju meja rias dan membiarkan Ra dan Ri meriasku. Ra merias wajahku, dan Ri menghias rambutku lalu menggunakan bunga-bunga kecil dan diselipkannya pada rambutku yang sudah ditatanya. “Bunga itu asli kan? Apa bunga itu tidak akan layu saat aku menggunakannya seharian?” “Bunga-bunga ini tidak mudah layu seperti bunga lainnya, Putri.” Aku mengangguk pelan sambil mematap Ra yang kini membantu Ri menyisir rambutku. Setelah menyelesaikannya, Ra dan Ri mundur perlahan. Aku melihat rambutku yang ditata oleh Ri. Sangat sederhana dan tak ada hiasan lainnya selain bunga. Aku bangun lalu berdiri didepan jendela. Menatap langit yang sangat cerah. Aku tersenyum dengan jantung yang kembali berdesir. “Aku sungguh tak sabar menantinya lagi.” Aku berbalik, “Kalian tahu? Aku akhirnya bisa berjalan jauh dari istana. Apa diluar sana sangat indah seperti disini?” “Benar Putri. Diluar sangat indah.” Mendengar perkataan Ra membuatku semakin tersenyum lebar. “Baiklah. Ayo kita keluar.” Kataku lalu berjalan menuju pintu. Ri membukakan pintu. Seiringnya pintu yang terbuka, terlihat seseorang yang sedang bersandar pada dinding didepan pintu kamarku. Menatapku tanpa ekspresi lalu menatapku dari bawah sampai atas. Mengabaikan wajahnya yang terlihat datar, aku melangkah melewati pintu kamarku. “Sudah menunggu lama?” Kendrick menggeleng pelan lalu berjalan mendekat. “Kenapa memakai pakaian seperti ini?” katanya sambil menatap Ra dan Ri yang berada dibelakangku. Aku mengikuti arah pandangnya dan kini melihat Ra dan Ri yang menunduk dalam. Pasti mereka ketakutan karena ditatap datar oleh Kendrick. “Aku yang memintanya. Kau tak berpikir aku akan menggunakan gaun-gaun mewah itu untuk berjalan-jalan bukan? Jangan menyalahkan mereka. Mereka hanya mengikuti perkataanku.” Aku tersenyum hangat pada Ra dan Ri yang masih menunduk. “Kalian bekerja dengan baik. Kalian boleh pergi sekarang.” Ra dan Ri mengangguk sambil mengucapkan terima kasih lalu pergi, menyisakan aku dan Kendrick didepan ruang kamarku. Aku menatapnya yang juga sedang menatapku, “Ingin pergi sekarang?” tanyanya. Aku mengangguk sambil tersenyum senang. “Tentu saja.” Kendrick melangkah semakin mendekatiku dan berdiri tepat didepanku. Ia mengulurkan kedua tangannya melewati leherku membuatku menatapnya dengan tatapan heran. Ia menarik dua tali kain melewati leherku lalu mengikatnya. “Apa yang sedang kau lakukan?” Kendrick menunduk menatapku. “Memakaikanmu jubah.” Mendengar itu aku menunduk dan meraba bagian belakangku. Ada sebuah kain yang sangat lembut. Aku menariknya agar bisa kulihat. Dan ternyata benar, ini sebuah jubah panjang yang terbuat dari kain sutera berwarna putih. Beberapa sisi disulam dengan gambar ranting dan daun yang gugur. Aku tersenyum. “Kau menyiapkan ini? Dan, ah... kau juga memakainya?” Kataku sambil melihat pakaiannya yang serba hitam. Bahkan jubahnya pun berwarna hitam polos. Ia mengangguk, “Ayo.” Melihat Kendrick yang sudah berjalan dahulu membuatku mengerucutkan bibir lalu berjalan mengejarnya. Beberapa pengawal yang berjaga tak jauh dari kamarku menunduk hormat yang dibalas olehku dengan senyuman. Sedangkan Kendrick hanya melewati tanpa menoleh sedikitpun. Cih, dia sangat datar. Kami sudah berada dihalaman istana. Aku menatap Kendrick yang memunggungiku. Dia berbalik lalu menatapku. “Kau ingin kita pergi menggunakan apa?” Aku mengerutkan kening. Mendengar pertanyaannya membuatku heran. “Jalan kaki?” Kendrick tersenyum. “Perjalanan sangat jauh. Kau yakin tak akan lelah ditengah perjalanan?” “Mm.... Kuda? Apa di dunia ini ada kuda?” Kendrick mengangguk membuatku tersenyum senang. “Ada. Tapi mereka sangat lamban. Aku tak suka.” Aku menatapnya sebal. “Yang aku tahu kuda adalah alternatif yang biasa di andalkan karena larinya sangat cepat. Lalu apa yang bisa kita gunakan?” Tanyaku membuat Kendrick menyeringai tipis. “Terbang.” “A-apa? Bagaimana bisa?” Tanyaku sedikit kaget. Terbang? Yang benar saja! “Tentu saja bisa.” Kendrick melepaskan jubahnya lalu menyuruhku memegangnya. Aku menurut lalu melihat apa yang sedang dia lakukan. Srett Bunyi baju yang tersobek terdengar diikuti sepasang sayap yang keluar dari balik punggung Kendrick. Aku mundur beberapa langkah sambil menatap sepasang sayap hitam kokoh yang sudah terbuka lebar. Kendrick melangkah mendekat, membuatku melangkah mundur. Mataku masih melebar melihat Kendrick yang dengan tenangnya terus berjalan mendekat. Tiba-tiba Kendrick menghilang dari hadapanku. Aku terdiam lalu menoleh kiri dan kanan. Dimana dia? Aku mendongak menatap langit, tetapi dia masih tidak ada. “Akh!” Seseorang menggendongku ala bridal syle membuatku menjerit kaget. Aku membuka mata dan melihat wajah Kendrick yang menatapku teduh. “Mencariku?” Pipiku terasa panas saat dia menanyakan itu dengan suara yang sangat rendah dan serak. Sekarang tubuhku telah berada di gendongannya. “Pegangan.” Katanya lalu sayap hitamnya mulai mengepak. Aku langsung melingkari tanganku pada lehernya dengan erat sambil menutup mata dan menyembunyikan wajahku pada dadanya. Aroma maskulin Kendrick pun tercium olehku. Membuatku semakin memperdalam wajahku ke dadanya. “Bukalah matamu.” Katanya yang langsung membuatku menggeleng. “Aku tak mau!” “Bukankah kau ingin melihat dunia ini? Bukalah matamu jika kau tak mau melewatkan kesempatan ini.” Perlahan aku membuka mataku. Satu hal yang kudapati adalah wajah Kendrick yang menunduk menatapku. “Lihatlah kebawah.” Aku menggeleng pelan. “Apakah tinggi?” Kendrick menggeleng membuatku memberanikan diri menoleh kebawah. Aku langsung terhenyak. Menatap hamparan tempat yang indah berwarna hijau. “Ini daerah kaum Fairy.” Jelas Kendrick. Aku menatap kagum. Ada beberapa makhluk yang kuketahui adalah kaum Fairy mengepakkan sayap bening mereka hilir mudik. Aku tersenyum. “Mereka sangat cantik.” Gumamku masih menatap daerah kaum Fairy yang sangat luas. “Apa itu?” Tanyaku sambil menatap bangunan besar yang berada ditengah-tengah daerah kaum Fairy. “Istana para kaum Fairy.” Ah, aku ingat. Kendrick pernah mengatakan bahwa setiap kaum mempunyai kerajaan dan pemimpinnya masing-masing. “Lalu apa itu?” Tak jauh dari kami, terlihat hutan yang gersang dan pohon berwarna hitam yang sudah tidak memiliki daunnya lagi. Bahkan batang pohon-pohon itu terlihat sudah mengering. “Hutan yang menandakan kalau sekarang kita sudah berada didaerah kaum Dracula.” Aku melebarkan mata. Dracula? Bukankah Dracula itu sejenis Vampire? Aku melihat-lihat tempat ini yang sangat sunyi dan seram. Auranya sangat membuatku tak betah walaupun berada diatasnya. Ada sebuah istana yang berada disebelah selatan dari hutan tadi. Bahkan istananya pun berwarna hitam pekat. Aku bergidik. Tempat ini sangat berbeda dengan tempat para kaum Fairy yang hijau dan indah. Setelah melewati daerah kaum Dracula, kini aku melihat hamparan lautan yang luas. Aku menatap penuh minat ketika melihat beberapa kaum Mermaid yang berada diatas sebuah batu besar yang tak jauh dari daratan. Ekor mereka yang berbeda warna sangat cantik. Mereka turun kembali kedalam laut dan berenang dengan ekornya. Aku tersenyum. Ini sangat mengagumkan. Tak jauh dari daerah Mermaid, ada sebuah daerah yang tempatnya dipenuhi dengan salju. Aku menatapnya berbinar, “Aku ingin turun disana.” Ujarku membuat Kendrick menuju tempat bersalju itu. Hamparan salju memenuhi mataku. Aku semakin mengembangkan senyuman tatkala sudah terlihat dekat dengan daratan. Sayap Kendrick mengepak dengan perlahan diiringi kaki Kendrick yang berpijak pada daratan. Aku perlahan turun dari gendongan Kendrick sambil menatap sekitar. Ah, sangat menakjubkan. Aku tak tahu dunia ini mempunyai daerah bersalju. Aku berbalik menatap Kendrick. Kedua sayapnya sudah hilang. Kendrick pun sudah menggunakan jubah hitamnya kembali. Kendrick tersenyum tipis, membuatku semakin melebarkan senyuman. “Ini daerah kaum apa?” “Perbatasan antara daerah kaum Mermaid dan kaum Manusia.” Aku melebarkan mataku. “Berarti tak jauh dari sini ada daerah manusia?” Kendrick mengangguk. Sedangkan aku kembali menatap sekitar. Aku berjalan menuju semak-semak yang tertutupi oleh salju. Berjongkok didekat semak itu lalu mengambil salju yang berada di atasnya dan meniupnya, membuat sensasi dingin di tanganku bertambah. Aku tertawa pelan lalu bangun dan berbalik. Tatapanku kini jatuh pada Kendrick yang menatapku. Aku tersenyum. Saat aku hendak melangkah mendekatinya, tiba-tiba Kendrick menghilang dari tempatnya dan seseorang langsung menarikku kesamping. Aku menoleh kaget. Kendrick kini setengah memelukku. Ia menggeram dengan wajahnya yang menahan amarah. “A-ada apa?” “Ada yang berusaha menyakitimu.” Katanya datar membuatku mengernyit. Aku mengikuti pandangannya dan mendapati sebuah panah yang tak jauh dari tempatku berada. Aku mematung. Kenapa ada yang ingin melukaiku? Kendrick memegang kedua bahuku agar aku menatapnya. “Tetaplah disini. Aku akan mencari siapa yang berusaha memanahmu itu.” “Ta-tapi....” Ucapanku terhenti ketika lagi-lagi Kendrick menghilang. Aku memeluk tubuhku sendiri sambil menatap sekiarku was-was. Beberapa menit Kendrick belum kembali. Aku menghela napas membuat kabut tipis keluar dari mulutku. Tak. Tak. Tak. Tak. Aku memandang sekitarku. Suara langkah terdengar mendekat. Lalu dari jauh, aku melihat seseorang yang sedang menunggangi kuda. Kuda itu mendekatiku lalu meringkik nyaring ketika orang yang menungganginya menarik tali pengekangnya, membuat kuda itu terhenti. Orang yang menunggangi kuda itu turun lalu berjalan mendekatiku setelah menelus kepala kudanya. “Siapa kau?” Tanyanya membuatku sedikit lega karena orang itu adalah wanita. “Aku Vionetta Cathalina Elica. Kamu siapa?” Tanyaku berusaha terlihat tenang dan ramah walaupun sekarang aku sedang ketakutan. Wanita itu tersenyum. “Aku Realixi Wirexttha. Apa yang kau lakukan disini?” Wanita bernama Realixi itu menatapku dari bawah sampai atas. Dan dari penampilannya membuatku merasa dia adalah orang yang baik. Dia menggunakan pakaian ala prajurit yang sedikit di desain lebih mewah yang berwarna putih. Wajahnya sangat cantik. Rambut sampingnya di ikat dan poninya yang panjang dibiarkan tergerai. Sebuah pedang yang ada disarungnya berada dipinggang kirinya. “Sebenarnya aku sedang berjalan-jalan dan sedang menunggu seseorang yang tadi pergi.” Kataku membuatnya mengangguk. “Dari mana kau berasal? Apa kaummu?” Tanyanya lagi. “Mm, sebenarnya aku kaum manusia.” Realixi mengernyit membuatku berpikir apakah yang kukatakan ini salah atau tidak. “Aku juga dari kaum manusia. Tapi kenapa kau terlihat sangat berbeda? Ah, aku pun tak merasa kau dari kaum lainnya. Tapi kau berbeda dari kaum manusiaku.” Ia menatapku datar tanpa senyuman seperti tadi. Ia memegang pedangnya dan menariknya sedikit menyebabkan gesekan antara pedang dan sarungnya terdengar, membuatku terserentak mundur. Dia terkekeh lalu kembali mendorong pedangnya kedalam sarungnya. “Tenanglah. Aku hanya bercanda. Entah kau dari kaum apa, aku pun tak tahu. Tapi berhati-hatilah. Disini biasanya tempat kaum werewolf mencari mangsa. Kau mau ikut denganku?” Aku menggeleng. “Aku masih menunggu seseorang.” Realixi mengangguk lalu mendekati kudanya dan naik. Ia memegang tali yang bisa kutebak untuk mengendalikan kuda itu. Ia menatapku lalu tersenyum tipis. “Aku mempunyai beberapa urusan. Berhati-hatilah disini. Sampai jumpa. Hiya!” Melihat dia dan kudanya yang semakin menjauh membuatku menghela napas. Dia sedikit menakutkan tadi dengan paras wajahnya yang cantik. Aku mengedarkan pandangan. Dimana Kendrick? Dia sudah pergi sangat lama. “Mencariku?” 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN