Lagi-dan lagi aku menatap takjub pemandangan dibawahku. Sekarang Kendrick membawaku terbang untuk melihat daerah kaum Werewolf. Kukira daerah kaum Werewolf tak ada bedanya dengan kaum Dracula, tetapi perkiraanku itu salah. Daerah werewolf penuh dengan hutan yang lebat dan hijau. Terdapat air terjun di pegunungan yang sangat asri dan menyejukan mata.
Aku memandang Kendrick sambil tersenyum, "Apa daerah kaum Werewolf semuanya hutan?"
"Hm. Seperti yang kau lihat." Jawabnya membuatku memandang kembali kebawah.
Lalu saat tiba di daerah yang tak jauh dari daerah kaum Werewolf, sebuah tempat yang sangat hening dan mencekam menyambut penglihatanku. Walaupun penuh dengan berbagai hewan dan bebuahan yang tumbuh dari pepohonan didaerah tersebut. Aku mengernyit, menangkap sebuah bangunan besar yang warnanya di d******i oleh warna hitam dan merah.
"Daerah apa ini?" Tanyaku karena heran dengan daerah ini. Daerahnya sangat baik untuk makhluk hidup tetapi sebuah bangunan yang sangat menyeramkan terbangun diarah utara tempat ini.
"Vampire." Aku terbelalak lalu menoleh menatap Kendrick. Ragu dengan perkataannya.
"Benarkah? Kukira daerah kaum Vampire sama seperti daerah kaum Dracula." Kendrick mengangguk pelan lalu menunduk menatapku yang berada dalam gendongannya.
"Mereka harus membangun daerah yang strategis untuk keberlangsungan hidup mereka. Kau tahu makanan mereka apa?"
"Darah!" Jawabku cepat dan serius.
Kendrick tersenyum. "Mereka meminum darah hewan yang hidup didaerah mereka. Tetapi setiap setahun sekali mereka harus meminum darah kaum manusia untuk menjalankan hidup mereka secara normal."
"Kenapa harus minum darah manusia? Dan apa para Vampire itu akan masuk ke daerah kaum manusia untuk mencari mangsa mereka?" Aku menatap Kendrick penuh tanya. Kenapa harus manusia? Kenapa tidak kaum lainnya saja? Sebagai salah satu manusia aku kurang menyukai hal ini.
"Karena darah manusia tak mengalirkan kekuatan yang berlebihan. Sedangkan kaum lainnya, mereka mempunyai kekuatan masing-masing. Jika salah satu dari kaum lain yang meminum darah dari kaum lainnya, terjadi suatu penolakan dari tubuhnya, dan darah yang mereka minum akan menjadi racun untuk dirinya sendiri." Aku menatap kagum Kendrick. Bukan karena dia yang sangat mengetahui tentang kaum dan dunia ini, tetapi kalimatnya ini adalah kalimat terpanjang yang pernah ia lontarkan padaku. Walaupun sebenarnya dia hanya menjelaskan.
"Baiklah, aku mengerti. Lalu apa bedanya kaum Dracula dan kaum Vampire?"
"Kaum Dracula dan kaum Vampire memang terlihat sama namun berbeda. Mereka sama-sama membutuhkan darah karena darah adalah makanan pokok mereka." Kendrick tersenyum tipis. "Tetapi yang membuat mereka berbeda, kaum Dracula bisa terbang, sedangkan kaum Vampire tidak. Kaum Dracula bisa terbang tapi tidak bisa setinggi ini. Mereka hanya bisa terbang pada ketinggian yang sudah ditentukan. Kaum Dracula juga bisa mengubah dirinya menjadi kelelawar dan bisa mengendalikan binatang. Sedangkan kaum Vampire, mereka lebih mengandalkan kecepatan. Seperti melompat dan berlari."
"Ohh... jadi begitu? Lalu bagaimana kaum manusia menjaga diri mereka?" Tanyaku lagi dengan semangat yang menggebu-gebu. Sangat menyenangkan mengetahui tentang dunia ini lebih lanjut.
"Mereka memperkuat prajurit-prajurit mereka dan belajar menggunakan senjata-senjata." Aku mengangguk mengerti lalu menoleh kembali kebawah. Kini sebuah pemandangan yang luar biasa indahnya memenuhi penglihatanku.
Bagaimana tidak, daerah ini tak hanya mempunyai pepohonan yang daunnya berwarna hijau saja. Tetapi beberapa pohon memiliki daun yang berwarna putih dan merah muda. Bahkan warna batang pohonnya pun menyerupai daunnya.
Dan lagi, daerah ini penuh dengan berbagai jenis bunga yang berbeda warna turut memperindah daerah ini.
Tanpa kusadari Kendrick mengepakkan sayapnya turun, daratan yang sudah begitu dekat membuatku menatapnya begitu berbinar. Ini sungguh luar biasa indahnya.
Aku turun dari gendongan Kendrick, maju beberapa langkah sambil menatap sekitarku dengan tatapan yang sangat memuja.
"Kita sekarang ada di daerah kaum Witch." Kata Kendrick yang sudah berada disampingku.
Mendengar itu membuat pikiranku melayang tentang pertemuanku dengan Dileon yang juga seorang Witch. Perkataannya yang kini terngiang dipikiranku membuatku tak fokus sekarang. Aku menggelengkan pelan, berusaha untuk melupakan perkataannya itu.
"Ini tempat terindah yang pernah kulihat." Kataku pelan lalu mendekati sebuah bunga yang bunganya berbeda warna dalam satu pohon.
"Kaum Witch menggunakan sihir mereka untuk merubah sekitar mereka agar menjadi apa yang mereka inginkan." Kendrick meraih tanganku lalu menarikku lembut. Sedangkan aku hanya berjalan mengikutinya sambil menatap wajahnya yang sangat tenang.
"Lihatlah kedepan." Aku menaikkan satu alisku lalu mengikuti perkataannya.
Lagi-lagi aku terhenyak melihat pemandangan didepanku. Sebuah tempat luas yang dipenuhi dengan rerumputan. Ditengah padang ini terdapat danau kecil yang terlihat sangat jernih dari tempatku, sebuah pepohonan hijau yang agak jauh, dan langit diujung sana yang mulai berubah warna dan awan-awan yang turut menghiasi.
Senyuman terbit di bibirku. "Tempat yang sangat sempurna yang pernah kulihat." Gumamku.
Aku melangkah menembus rerumputan tinggi yang berbunga didepanku. Merentangkan tangan merasakan rumput-rumput tinggi itu menyapu tanganku. Aku tersenyum lebar merasakan perasaan bahagia yang begitu meluap dari diriku.
"Akh," Rintihku pelan sambil melihat telapak tanganku. Goresan tipis diikuti darahku yang keluar terlihat disana. Aku meringis pelan ketika merasakan perihnya luka ini. Padahal hanya goresan.
"Kau terluka." Tiba-tiba Kendrick menarik tanganku. Aku menatap wajahnya yang menunduk menatap telapak tanganku yang terluka. Tanpa sadar aku tersenyum melihat wajahnya yang tenang.
Kendrick semakin menunduk lalu mengecup telapak tanganku yang terluka, membuatku hendak menarik tanganku kaget tetapi ditahannya. Ia mengecupnya beberapa saat lalu kembali mengangkat wajah dengan tangannya yang masih memegang tanganku.
"Apa masih terasa sakit?" Aku menggeleng dengan tatapan yang masih menatapnya. Ia tersenyum lembut lalu mengelus rambut belakangku dengan tangan yang satunya masih memegang tanganku yang terluka. Ia melangkah mendekat lalu menaruh tanganku yang digenggamnya dibelakang lehernya.
Kendrick menunduk lalu kembali mengangkatku kedalam gendongannya. Membuat tanganku yang satunya ikut mengalung ke lehernya.
"Sebaiknya kita kembali. Hari sudah mulai gelap." Kata Kendrick dengan sayapnya yang kembali keluar. Aku hanya menatapnya dengan perasaan yang tak dapat kujelaskan.
Aku menenggelamkan wajahku pada d**a bidangnya, menghirup aromanya yang sangat menenangkan lalu tersenyum. "Ini adalah hari yang sangat indah dan bersejarah untukku."
"Kau akan mendapatkan hari-hari seperti hari ini jika terus bersamaku." Kata Kendrick sambil merunduk menatapku. Aku melebarkan senyuman lalu mengangguk.
"Ya. Maka dari itu tetaplah disisiku selalu. Dan aku akan selalu bersamamu." Lirihku dengan mata yang perlahan terasa berat. Aku tak dapat menahan rasa kantukku sekarang. Kurasa aku terlalu semangat untuk hari ini hingga semalam aku tak dapat tidur dengan nyenyak. Perlahan mataku terpejam dan kesadaranku yang perlahan hilang. Sebuah bisikkan terdengar saat kesadaranku hilang sepenuhnya.
"Selamanya aku selalu bersamamu, βασίλισσα."
***
"Jam berapa sekarang?" Gumamku dengan suara parau khas bangun tidur. Aku dengan malas menegakkan tubuhku dengan tangan yang mengucek mataku agar aku dapat melihat lebih jelas.
"Maaf Putri?" Sebuah suara yang sangat familiar terdengar.
"Apa aku bangun kesiangan?" Tanyaku lalu mengedarkan pandangan dan terhenti ketika mendapatkan sosok Ra dan Ri berdiri tak jauh dari tempat tidur.
"Sekarang sudah petang, Putri. Apa Putri ingin membersihkan diri sekarang?" Tanya Ra membuat kesadaranku kembali dengan cepat.
Aku melebarkan mata lalu turun dari tempat tidur dan lari menuju jendela. Aku menatap matahari yang perlahan tenggelam dengan langit yang sudah berubah warna.
Keningku mengerut samar. Mencoba mengingat-ngigat hal apa yang terjadi sebelum aku tertidur. Yang kuingat Kendrick menggendongku dan kami yang akan kembali ke istana karena hari sudah mulai petang. Teringat sesuatu aku langsung menunduk menatap telapak tanganku. Aneh. Tidak ada bekas luka goresan disini.
Aku berbalik, "Apa aku hanya tertidur beberapa jam?" Tanyaku hati-hati.
"Anda sudah tidur hampir seharian, Putri."
Aku menahan napasku kaget. Oh bagaimana bisa aku tidur selama itu? Sengantuk apapun itu, aku tak pernah tidur hingga seharian seperti ini.
"Ehm. Baiklah. Aku ingin membersihkan diriku sekarang." Kataku berusaha untuk tak gugup. Ini adalah hal yang sangat memalukan sepanjang hidupku. Pasti dibelakangku mereka mengatakan jika aku kebo karena tidur begitu lama. Aku menggeleng pelan, tak mungkin Ra dan Ri seperti itu. Aku terlalu berlebihan.
Setelah membersihkan diri dan memenuhi perutku tadi, kini aku kembali berjalan-jalan. Sekalian mencari keberadaan Kendrick.
Tapi kali ini aku tak sendiri berkeliling. Aku meminta Ra dan Ri untuk menemaniku karena hari sudah gelap dan aku sedang tak ingin sendirian.
Saat hendak berbelok kearah ruang utama di istana ini, aku mundur lalu bersembunyi di pintu dengan kepala yang sedikit menyembul. Melihat sosok Kendrick dan Alfred yang sedang berbicara. Jaraknya sangat jauh dari tempatku ini, membuatku tak mendengar apapun yang dikatakan mereka.
"Ada apa Puㅡ"
Aku berbalik kebelakang dengan jari telunjukku yang berada di bibirku. Menyuruh agar Ra dan Ri diam, lalu kembali memperhatikan dua orang itu.
Yang dapat kulihat sekarang Alfred yang menunduk hormat lalu pergi. Aku mengernyit. Bukankah Alfred mengatakan jika dia tak mengenali Kendrick? Lalu kenapa mereka begitu dekat sekarang? Dan kenapa Alfred sangat menghormati Kendrick? Ahk! Ini membuatku pusing.
Aku berbalik. Memutuskan untuk pergi sekarang. Tetapi saat hendak melangkah, sebuah suara menghentikan niatku.
"Salam untuk Putri." Aku berbalik dan menatap Alfred yang kini tengah menunduk hormat.
"Yah baiklah. Salam untukmu juga." Kataku asal.
"Apa Putri sedang berjalan-jalan?" Tanyanya membuatku mengangguk.
"Seperti yang kau lihat. Kau sendiri sedang apa?"
"Hamba tidak melakukan apa-apa Putri." Aku menatapnya aneh. Bukankah tadi dia berbicara dengan Kendrick dan sepertinya itu pembicaraan yang sangat serius. Aku kembali melirik ketempat Kendrick berada tadi. Tapi ternyata dia sudah pergi. Sepertinya Alfred sedang menyembunyikan sesuatu dariku.
Aku memilih mengangguk tak acuh. "Baiklah. Aku ingin melanjutkan kegiatanku yang tertunda tadi. Sampai jumpa." Kataku lalu beranjak pergi secepatnya.
Semakin lama aku tinggal disini, semakin banyak hal yang ingin kuketahui. Terlebih lagi dengan sosok Lord itu. Kenapa dia tak pernah menampakkan dirinya didalam istana ini? Bukankah dia juga tinggal disini? Atau mungkin, Lord itu sangat sibuk. Hingga dia tak bisa melangkah keluar dari tempatnya. Yah, ambil saja kesimpulan seperti itu.
Tetapi dari lubuk hatiku yang terdalam aku sangat bersyukur bisa mengetahui dan berada ditempat ini. Aku bisa lebih tahu segala hal disini. Di dunia yang cantik ini.
Tapi hal yang tak kuketahui tentang dunia ini masih belum terungkap. Dan hal apa yang akan menjemputku pun belum terlihat. Mungkin mereka ingin aku untuk menikmati hari-hariku disini terlebih dahulu sebelum hal yang besar terjadi.
Atau mungkin, dunia ini sangat sempurna dan tempat yang cocok untukku berada tanpa adanya masalah.
Dua kemungkinan itu yang aku pegang selama ini. Aku hanya harus mempercayai keduanya tanpa berani untuk memilih salah satunya.
Karena aku tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.