Sora masih menatap mata Seowoo sesaat sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengangkat panggilan dari Rei dengan membelakangi Seowoo, sedangkan Seowoo hanya menunggu.
“Kau sudah selesai?” , tanya Sora langsung sesaat setelah ia mengangkat panggilan.
“Aku baru keluar dari ruang musik.” , jawab Rei di seberang sana sambil menutup pintu ruang musik.
“Mau ku jemput tidak?” , tambah Rei.
“Tidak perlu. Kita bertemu di rumah saja.”
“Kenapa? Memangnya kau sedang ada dimana sekarang?”
“Tidak jauh dari rumah. Sudah ya, sampai nanti.” , dan Sora pun menutup panggilannya secara sepihak.
Seowoo tersenyum miris, “Sepertinya kau sudah mau pergi.” , Sora mengangguk dengan canggung karena merasa tidak enak.
Sora pun menanggalkan gaunnya dan memakai kembali seragam sekolahnya. Seowoo dengan sabar menunggu hingga Sora selesai mengganti pakaiannya. Setelah selesai, Sora meminta Seowoo untuk mengantarkan dirinya pada ibu Seowoo, karena ia ingin berpamitan dan berterima kasih sebelum pergi.
***
“Terima kasih banyak sunbae, ini menyenangkan.” , Sora berterima kasih setelah mereka berdua sudah berada di luar butik. Seowoo hanya memberikan senyumnya sebagai balasan.
Sora tahu betul bahwa Seowoo memiliki senyum yang menawan hingga membuat banyak para siswi di sekolah tergila–gila padanya, tetapi menurutnya, Seowoo terlalu banyak tersenyum. Hal itu membuat Sora agak kurang nyaman berada di dekat Seowoo.
“Kemarikan ponselmu.” , minta Seowoo.
Sora mengernyit, “Kenapa?”
“Aku ingin memberikan nomor ponselku agar kita bisa lebih sering berkomunikasi. Oh iya aku juga akan mengirimkan foto yang tadi.” , jelas Seowoo percaya diri.
Sora mau tidak mau memberikan ponselnya. Ia merasa tidak enak jika menolak tepat di depan butik ibunya. Itu membuatnya merasa buruk teringat pengalaman baru yang sudah ia alami berkat Seowoo.Setelah mengetik nomor ponsel dan nama untuk kontaknya, Seowoo menelpon singkat nomornya agar nomor Sora masuk ke ponselnya dan ia tinggal menyimpannya. Tak lupa diam–diam ia mengirimkan foto Sora dengan gaun pengantin tadi ke ponselnya lalu menghapus riwayatnya agar Sora tidak tahu.
“Telpon saja kapanpun kau butuh aku. Jangan sungkan.” , ucap Seowoo sambil mengembalikan ponsel Sora kepada pemiliknya.
Sora yang mendengar itu hanya bisa tersenyum tidak nyaman, “Kalau begitu aku pulang dulu sunbae.” , pamit Sora sambil sedikit membungkukkan badan menunjukkan rasa hormatnya pada seniornya.
Seowoo melambaikan tangannya sambil memperhatikan Sora yang menjauh pergi. Ia mengambil ponselnya dan membuka satu pesan masuk berisi foto Sora dari ponsel Sora yang ia sendiri kirimkan pada ponselnya. Bibirnya tertarik keatas membentuk sebuah simpul senyum melihatnya.
***
“Cepatlah Sora, aku sudah lapar.” , rengek Rei yang rebahan malas di sofa putih yang berada di ruang tengah rumah Sora, pada Sora yang sudah dengan celemek terpasang di badannya mengaduk rapokki yang sedang mendidih dengan sausnya di teflon.
Rapokki adalah makanan kesukaan Rei dan Sora. Dengan menggabungkan ramyeon kesukaan Sora dan teokpokki kesukaan Rei, jadilah rapokki.
“Kalau mau cepat kenapa tidak membeli di jalan saja tadi!” , omel Sora sambil memukul pinggiran teflon dengan sendok pengaduk. Rei yang sudah biasa mendengar omelan Sora sama sekali tidak takut mendengarnya.
“Kan sudah kubilang aku sedang ingin teokpokki buatanmu. Rasanya lebih enak dibanding membeli di luar.” , balas Rei.
Sora tidak terpengaruh dengan perkataan manis Rei, ia tahu betul alasan sebenarnya. “Bilang saja kau ingin makan teokpokki dengan puas tanpa mengeluarkan uang sedikitpun! Siapa yang kau bodohi? Aku sudah mengenalmu lebih dari tiga tahun, aku bahkan hafal betul bau kentutmu.” , omel Sora sambil menghampiri Rei dan menodongkan sendok yang ia gunakan untuk mengaduk teokpokki pada Rei.
“Hehehe.” , kekeh Rei tanpa merasa bersalah ataupun malu sedikitpun karena niatnya yang sebenarnya ketahuan oleh Sora.
Saat Sora masih sibuk di dapur, ponsel Sora berbunyi saat ada satu pesan masuk ke ponselnya. Melihat pop up pesan masuk dari kontak dengan nama My Seowoo muncul, membuat Rei penasaran. Ia pun membuka ponsel Sora dan membuka pesannya. Rei terkejut saat melihat isi pesannya adalah foto selfie Seowoo dengan Sora yang memakai gaun pengantin. Raut wajahnya terlihat tidak senang.
“Sora, siapa My Seowoo?” , tanya Rei pada akhirnya.
Sora mengernyitkan dahinya, “My Seowoo?” , tanyanya memastikan.
“Ada sebuah pesan masuk dari seseorang dengan nama My Seowoo. Dia mengirimkan sebuah foto.” , jelas Rei. Sora yang mendengar hal itu sontak langsung berlari dan merebut ponselnya dari tangan Rei. Ia tidak ingin Rei melihat foto itu.
“Apa itu Seowoo tuan populer? Itu foto kapan? Sejak kapan kau mulai pergi keluar dengannya? Dan apa yang kau pakai tadi?” , tanya Seowoo beruntutan.
Sora tidak tahu harus menjawab yang mana lebih dulu, ia akhirnya hanya menggeleng–gelengkan kepanya menolak menjawab dan kembali ke dapur dengan membawa ponselnya.
“Jadi kau benar–benar pergi keluar dengannya?” , tanya Rei lagi, kali ini ia meninggikan nada bicaranya.
“Tidak!” , jawab Sora tak mau kalah, ia juga meninggikan nada bicaranya.
“Lalu tadi itu apa?” , tanya Rei menuntut penjelasan. Sora tidak suka jika Rei sudah mulai penasaran akan suatu hal. Ia akan benar–benar menggalinya sampai mendapatkan kebenarannya.
Rei tidak tahan karena Sora tidak mau menjawab pertanyaannya. Ia pun ke dapur menghampiri Sora untuk menanyakannya lebih lanjut, atau lebih tepatnya mengintimidasinya.
“Sejak kapan? Kenapa tidak bilang padaku? Apa itu gaun pengantin? Kenapa kau memakainya? Apa kau berencana menikah dengannya? Apa kalian sudah sejauh itu?! Ya ampun Sora.. Aku tidak menyangka.” , Sora yang mendengar semua ocehan Rei yang hanya berisikan omong kosong dan persangkaan bodohnya semata hanya bisa menarik nafas panjang sambil memejamkan matanya berusaha menahan dirinya untuk tidak memukul kepala Rei dengan sendok pengaduk yang sedang dipegang olehnya.
“Cepat siapkan alas, lalu ambil sendok dan sumpit.” , perintah Sora sambil mematikan kompor dan bersiap mengangkat teflon panas dari atas kompor.
Rei yang menghalangi jalan Sora masih berdiri di tempat menuntut jawaban atas semua pertanyaannya tadi. “Hei jawab dulu pertanyaanku.” , rengek Rei semakin menjadi.
“INI PANAS!” , bentak Sora sambil menyodorkan teflon panas berisikan penuh rapokki yang masih mengeluarkan uap panas karena baru diangkat dari kompor.
Rei terkejut dengan respon Sora dan menyingkir memberikan jalan. Ia masih diam di tempat sambil memperhatikan Sora yang berjalan dengan hati–hati membawa rapokki yang baru matang ke meja depan sofa yang ia tiduri tadi.
“MANA ALASNYA?!” , bentak Sora lagi membuat Rei kembali sadar dari keterjutannya.
***
Rei dan Sora sudah selesai dengan makanan mereka beberapa saat yang lalu dan sekarang mereka berbaring bermalas–malasan di sofa sambil menonton tayangan televisi yang membosankan dan tidak menarik perhatian mereka sama sekali. Mereka menyandarkan kepala mereka masing–masing di ujung sofa dengan kaki mereka yang bertemu di tengah–tengah sofa. Hanya ada suara dari televisi dan notifikasi pesan masuk ke ponsel Sora yang terdengar di ruangan itu.
Sora tadinya tidak berniat membalas pesan dari Seowoo, tetapi karena Seowoo mengirimkan pesan lagi dan lagi, terpaksa ia membalasnya.
Sora?
Masih bersama Rei?
Maaf sunbae, aku sedang memasak tadi.
Kau suka fotonya?
Tidak terlalu. Aku tidak terlalu suka diriku dalam foto.
Oh begitu,
Kapan kita bisa bermain basket bersama?
Aku terkadang bermain basket di malam hari.
Kalau begitu bagaimana malam ini?
Aku ada banyak tugas sekolah yang harus aku selesaikan, mungkin lain kali sunbae. Maaf.
Tidak apa , semangat ya.
Rei yang merasa terusik dengan bunyi notifikasi yang terus masuk ke ponsel Sora membuatnya bangun dan tidak tahan untuk membuka suara.
“Jujurlah padaku, Itu Seowoo yang itu kan? Si tuan populer?” , Sora hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Rei.
Rei menyipitkan matanya. Masih ada segudang pertanyaan yang ingin Rei tanyakan pada Sora. “Kalian pergi keluar bersama tadi?” , lagi – lagi Sora hanya mengangguk malas menjawabnya. Sejujurnya ia tidak suka pembicaraan tentang Seowoo. Membuatnya merasa tidak nyaman.
“Kalian sudah berpacaran? Secepat itu?”
Sora menghela nafas berusaha menahan dirinya untuk menjawabnya dengan santai , “Tidak, bukan seperti itu.” , jelasnya sambil bangun dan mengubah posisinya duduk menghadap televisi, sedangkan di sebelahnya Rei duduk menghadap dirinya.
“Tidak? Bukan seperti itu? Lalu kenapa nama kontaknya begitu? Dan foto tadi? Apa maksudnya?” , tanya Rei tidak sabar. Ia tidak tahan lagi untuk menanyakannya satu per satu.
Sora menghela nafas panjang dan menatap Rei yang masih menunggu jawaban darinya. “Ada tiga hal yang harus kau ketahui Rei. Pertama, aku tidak berpacaran dengan Seowoo sunbae dan kami hanya tidak sengaja bertemu di jalan tadi. Kedua, dia sendiri yang memberi nama kontaknya seperti itu dan aku baru tahu tadi setelah kau beritahu. Dan yang ketiga, aku tidak sengaja bertemu dengan Seowoo sunbae tepat di depan butik milik ibunya dan aku diperbolehkan mencoba gaun yang ada disana. Itulah sebabnya bisa ada foto itu. Ada lagi yang mengganggu pikiranmu, Saito Rei?” , jelas Sora panjang lebar sambil menekankan nada bicaranya saat menyebut nama lengkap Rei.
Rei mengangguk mengiyakan membuat Sora melemparkan badannya bersandar ke Sofa. “Kenapa kau mengijinkan dia untuk menamai kontaknya? Kenapa juga kau mau mencoba gaunnya? Apa kau sedang mencoba untuk pamer?”
Sora tidak habis pikir dengan Rei. Sebenarnya apa yang Rei pikirkan tentangnya. “Ada apa denganmu hari ini, Rei? Kau begitu menyebalkan. Menyebalkan dua kali lipat dari biasanya. Sungguh.” , keluh Sora. Namun Rei tetap menunggu jawaban atas pertanyaannya.
“Ya!! Haruskah kita meributkan hal ini sekarang? Ada banyak tugas sekolah yang belum aku selesaikan. Apa kau berniat untuk menginap disini walaupun rumahmu tepat di sebelah rumahku?” , Sora mengalihkan pembicaraan sambil berjalan pergi ke arah kamar mandi.
Rei menunggu Sora benar–benar masuk ke dalam kamar mandi. Menunggu beberapa saat setelah pintu kamar mandi tertutup, Rei pun mengambil ponsel Sora yang Sora tinggalkan di atas meja rendah yang ada tepat di depan sofa.
Langkah pertama yang Rei ambil adalah membuka galeri foto. Ia yakin pasti Sora juga mengambil beberapa foto lainnya dengan ponselnya. Dan benar saja, ia menemukan satu foto saat Sora memakai gaun dan hal itu membuat pipinya merona tanpa sadar dan matanya berkedip canggung seperti sedang melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat. Reaksinya sama persis ketika ia pertama kali melihat video dewasa.
Rei pun mengirim foto tersebut ke kontaknya dan tak lupa ia menghapus riwayatnya agar Sora tidak tahu dan langsung menaruh kembali ponselnya. Ia pun kembali duduk namun kali ini dengan sedikit senyum terlihat di wajahnya.
Tiba–tiba ia teringat sesuatu dan kembali mengambil ponsel Sora, mencari sesuatu dan mengetikan sesuatu sebelum ia menaruhnya kembali ke meja dan kembali duduk. Kali ini dari wajahnya terlihat jelas bahwa ia sedang senang.
Sora keluar dari kamar mandi dan menatap aneh Rei yang terlihat tertawa menonton tayangan televisi di depannya.
“Jadi kau benar–benar berencana menginap disini?” , tanya Sora yang sudah berkacak pinggang menatap Rei.
“Iya iya. Aku hanya menunggumu keluar dari kamar mandi.” , jawab Rei dengan ketus dan pergi ke pintu depan. Sora mengikutinya dari belakang dan menunggu di pintu depan.
Rei berbalik dan bertanya, “Apa kau mau mengantarku sampai depan rumahku?” , Sora pun tertawa kosong sambil membuang muka.
“Kau mau aku lempar langsung ke kamarmu seperti bola?” , balas Sora yang membuat Rei tertawa mendengarnya.
Setelah Rei menutup pintu gerbang depan, barulah Sora menutup pintunya dan ke dapur sebentar untuk menyiapkan makan malam untuk ayahnya, jadi ketika ayahnya pulang, ia tidak harus bangun menyiapkan makan malam untuk ayahnya. Sebenarnya ia yakin ayahnya sudah makan diluar, tetapi ia senang bisa menyiapkan makan malam untuk ayahnya.
Selesai dengan makan malam, ia pun naik ke atas menuju kamarnya bersiap untuk mengerjakan tugas sekolah untuk besok. Jendela kamarnya yang menghadap langsung ke kamar Rei sengaja ia biarkan terbuka agar ia bisa melihat Rei. Sora mengambil buku dari dalam tasnya dan meletakkannya di atas meja belajarnya yang tepat berada di belakang jendela, sambil menunggu Rei masuk ke dalam kamarnya.
Dan benar saja, tak lama Rei pun sudah masuk ke dalam kamarnya. Seperti biasa, ia akan mengelus–elus piano kesayangannya dan mengajaknya bicara. Sora tersenyum geli melihatnya. Walaupun hal itu adalah hal yang sudah sering Rei lakukan dan Sora pun sudah melihat hal itu ratusan kali, tetap saja ia masih merasa geli.
Setelah selesai berbicara dengan piano kesayangannya, Rei beralih ke meja belajarnya untuk mengambil ponselnya. Saat ia berjalan ke meja belajarnya, ia menengok ke jendala dan bisa langsung melihat Sora yang sudah duduk nyaman di kursi belajarnya.
Sora yang tadinya sudah nyaman memperhatikan Rei langsung berpura–pura fokus mengerjakan soal di bukunya saat tiba–tiba Rei melihat ke luar jendela atau lebih tepatnya melihat kearahnya.
Rei masih menatap Sora yang terlihat fokus sekali belajarnya, ia pun memanggil Sora dengan bersiul membunyikan nada Sol La yang terdengar seperti nama Sora. Dan benar saja, Sora langsung mengalihkan pandangannya padanya. Rei pun segera mengambil buku miliknya dan memperlihatkan pada Sora sambil menunjukkan wajah memelasnya. sora paham betul itu adalah kode dari Rei yang memintanya untuk mengerjakan tugas miliknya juga.
Sora memberikan tatapan datar dan langsung menutup jendela serta menyibakkan tirai jendelanya tanda menolak permintaan Rei. Padahal, Sora terkekeh kecil di balik tirainya. Ia senang melakukan hal seperti ini dengan Rei. Sesekali ia mencoba mengintip sedikit dengan membuka tirai jendelanya sedikit untuk melihat reaksi Rei. Ternyata Rei meletakkan kembali bukunya di meja dan duduk dengan lesu karena ia harus mengerjakan tugasnya dengan terpaksa. Sora hanya terkekeh melihatnya. Ia pun perlahan membuka kembali tirai dan jendelanya agar ia bisa terlihat jelas oleh Rei dan ia pun bisa melihat Rei dengan jelas.
Dengan memakai headset di telinganya, ia mengerjakan tugas sekolahnya dengan riang sambil mendengarkan musik di iPodnya yang berisikan rekaman suara permainan piano Rei yang selama ini ia selalu rekam secara diam–diam. Sedangkan Rei asyik menatap foto Sora yang ia kirimkan tadi di sela–sela belajarnya.
DI kamarnya, Seowoo melihat lekat–lekat fotonya dengan Sora sambil berbaring di kasurnya dengan tangan kanannya ia jadikan bantalan kepalanya. Ia tersenyum.
***
Sekitar pukul setengah dua belas malam, ayahnya Sora keluar dari mobilnya untuk membuka gerbang agar mobilnya bisa masuk dan memarkirkannya di dalam garasi. Sesaat setelah ia masuk ke dalam melalui pintu samping, ayahnya Sora melihat makan malam yang sudah Sora siapkan tertutup tudung saji. Ia pun segera meletakkan tasnya, melepas jaketnya, dan tak lupa mencuci tangannya sebelum duduk dan melahap makan malam yang sudah Sora siapkan.