Cara yang Baik

1580 Kata
Sandra baru saja turun dari kamarnya yang berada di lantai dua rumah terkejut melihat mamanya masuk dengan banyak tentengan di tangannya menuju dapur bersama satu orang asisten rumah tangga yang juga tak kalah banyak membawa belanjaan. "Widih, ada apa nih? Mau ngadain hajatan?" tanya Sandra mengekori mamanya ke dapur untuk melihat apa yang akan mamanya lakukan siang ini. "Kamu lupa hari ini anniversary pernikahan papa mama?" jawab mama mengeluarkan belanjaan dari kantong satu persatu di atas meja tanpa melirik anak gadisnya itu. Mata gadis itu langsung membelalak kaget, ia benar-benar melupakan salah satu hari paling penting di keluarganya yaitu peringatan hari pernikahan orang tuanya yang pasti tiap tahun diperingati dengan spesial bagi mereka. "Oh god, sorry maaam, happy anniversary mamaaaaa," Sandra langsung bergerak memeluk mamanya itu dari belakang. Mama memutar bola matanya malas, "kamu yang paling terakhir mengucapkannya hari ini." Sandra terkekeh malu sambil kini basa-basi ikut membantu mamanya mengeluarkan belanjaan dari kantong belanja, "emang Mas Gilang udah?" "Udah waktu sarapan, waktu kamu masih molor di kamar. Heran banget punya anak perawan bangunnya siang mulu." "Ya sorry mam, kan manusia juga kadang bisa lupa dan khilaf." "Kayak yang paling sibuk, emang apa yang dipikirin? Perasaan kamu manusia paling santai di rumah ini. Dah lah, mama males. Sana ah, minggiran, kamu belom mandi, bau!" Mama melepaskan anak bungsunya yang masih bergelayutan manja padanya yang membuat pergerakannya terhalang. Sandra menghela napas panjang, "itu doang marah, tenang aja hadiahnya ada kok." "Yang bener? Kamu aja lupa sekarang hari anniversary papa mama." "Nanti aku beli, hehe." Gadis itu cengengesan seolah tanpa dosa. Mama hanya bisa geleng kepala, "udah lah ga usah." "Dih, mama ngambek nih ceritanya?" "Enggak, pokoknya malam ini kita makan malam spesial, itu aja udah cukup kok. Kehadiran dan kepedulian kalian adalah hadiah terbesar bagi mama dan juga bagi papa." "Eh??? Makan malam spesialnya hari ini!?" Sandra terkaget. "Ya iya lah, kan biasanya juga gitu. Ga liat nih mama udah belanja banyak? Lupa mulu deh, heran." "Tt, tapi aku udah ada janji." Sandra bicara dengan tergagap. Ia tahu ini pasti akan menyulut emosi mamanya lagi, tapi apa boleh buah? "Janji apa?" "Janji bicarain rencana bisnis aku sama temen, udah reservasi tempat." Mama mengerutkan dahinya menatap Sanra, "kamu bicarain bisnis sama siapa pakai reservasi tempat segala?" "Iya ada lah pokoknya," "Jangan bilang sama Dika!?" Tatapan mama sudah menelisik curiga. Sandra menggigit bibir bawahnya sekilas karena tebakan mamanya memang benar, ia dan Dika sudah merencanakan kencan malam ini sedemikian rupa, dan dia tentu sangat tidak sabar. Dan tentang bisnis, mereka juga pasti akan membahasnya walaupun sedikit. Melihat Sandra yang diam membuat mamanya yakin sekali kalau tebakannya memang benar, "kamu masih jalan sama dia!? Kamu bener-bener ga mau ya dengerin papa sama mama? Kamu ga ingat ucapan papa? Kalau papa tahu, habis kamu San." "Bukan gitu, tapi kan aku sama Dika dari awal emang lagi bangun bisnis, dia yang bantuin aku, ga bisa lah aku ga kontakan sama dia sama sekali. Rencana bisnis aku gimana dong? Lagian ini juga ketemu setelah sekian lama, cuma obrolin bisnis doang, asli maa..," Sandra tentu langsung membela diri. "Mau gagal yang gimana lagi sih yang pengen kamu coba bareng sama Dika? Kenapa nggak ada kapoknya?" Sandra menghembuskan napas kesal, "ma, aku sangat serius kali ini, kenapa pada suka banget sih ngeremehin aku? Lagian dari setiap kegagalan kita selalu ambil pelajaran, aku yakin yang kali ini berhasil." "Kita sama sekali nggak ngeremehin, tapi kita greget banget liat kamu yang selalu aja terkesan ceroboh dan tergesa-gesa, Dika sama sekali ga keliatan bantu tiap kamu ngerintis sesuatu." "Nggak ada yang tahu tentang semua usaha Dika yang emang ga perlu aku jelasin ke semua orang. Sebelumnya kita memang lagi ga beruntung aja, jadi aku mohon untuk ga terus-terusan menilai buruk tentang usaha kami." Mama mengusap sekilas pelipisnya mendengar Sandra yang selalu saja sulit untuk diperingatkan, "kamu masih ingat jelas tentang peringatan papa kamu mengenai Dika kan, Sandra?" Sandra mengangguk, "aku dan Dika hanya berhubungan sebatas rekan bisnis, mama tahu sendiri aku jalan sama Farel, kan?" "Oh ya? Bagaimana kalau malam ini ajak Farel makan malam disini bareng kita?" "Hah??" Sandra terkejut dengan permintaan tiba-tiba mamanya. "Yups, perasaan mama nggak pernah tuh lihat kamu jalan lagi sama Farel, memang nggak seharusnya juga sih kamu perlihatkan secara terang-terangan, tapi boleh dong kamu buktiin kalau kamu sama Farel emang jalan dan hubungan kamu sama Dika cuma sebatas rekan bisnis?" tantang mama pada Sandra dengan senyum. Sandra terdiam karena sudah lama sekali ia tidak berkomunikasi dengan Farel. Sejak pertama kali pertemuan mereka di restoran, mereka tidak pernah bertemu lagi, bahkan untuk mengirim pesan sekalipun benar-benar tidak pernah. "Gimana? Bisa kan? Atau perlu banget kita bicarakan hal ini lagi dengan papa kamu?" mama bertanya lagi membuyarkan lamunan Sandra. Dengan cepat Sandra menggeleng, "baiklah, aku akan batalkan pertemuanku dengan Dika dan Farel akan makan malam disini malam ini bersama kita." Mama langsung tersenyum, "baguslah, mama sudah tidak sabar melihat kalian berdua secara langsung." *** Sandra kini tengah duduk di halaman belakang menghindari lebih banyak bicara dengan mamanya karena yang ada ia dibuat makin stres. Gadis itu menyisir ke belakang rambutnya sambil menatap layar handphone, memastikan kehadiran Farel nanti malam adalah hal yang terpenting saat ini, syukurlah ia sudah sempat meminta kontak lelaki itu. . . Kepada: Farel Dijodohin Nanti malam lo ke rumah gue Ada acara makan malam Anniversary pernikahan bokap nyokap Dateng aja jam 7 an Lo diundang . Dari: Farel Dijodohin Ini dengan siapa? . Kepada: Farel Dijodohin Lo ga nyimpen nomor gue!? Kan udah gue suruh waktu itu? Sandra, 'calon isteri' lo . Dari: Farel Dijodohin Oh . Kepada: Farel Dijodohin Datengnya jangan telat Terus lo nanti jangan mencurigakan Hubungan kita harus keliatan baik . Dari: Farel Dijodohin Yang bilang gue bakal datang siapa? . Kepada: Farel Dijodohin Anj... Lo jangan bikin gue ngomong kasar Jangan main-main . Dari: Farel Dijodohin Lo punya hak apa nyuruh-nyuruh gue begini? Lo pikir lo siapa? Harus gue nurut? . Kepada: Farel Dijodohin Gue minta tolong baik-baik ya Lo jangan bikin ribet deh . Dari: Farel Dijodohin Tolong lo scroll lagi chat kita yang belum seberapa ini Lo ada ngomong tolong ga? Lo nyuruh gue secara baik ga? Bahkan lo udah ngomong kasar Harus gue bantuin lo? Mohon lebih bijak Jangan seenaknya . Kepada: Farel Dijodohin Sumpah lo emang ribet ya ternyata Harus emangnya gue ngomong baik-baik ke lo? . Dari: Farel Dijodohin Dan harus banget gue bantuin lo? . Kepada: Farel Dijodohin Gue harap lo belum lupa kesepakatan kita malam itu . Dari: Farel Dijodohin Kesepakatan kita? Maksudnya yang lo ngancem gue? . Kepada: Farel Dijodohin Gue cuma minta lo datang malam ini, ga lebih Gue belum minta bantu lo apa-apa setelah kesepakatan kita Lo bisa diajak kerja sama apa enggak sih? Lo paham apa yang kita bicarain waktu itu kan? . Dari: Farel Dijodohin Oke gue udah setuju walau gue ngerasa diancam dan dipaksa Tapi gue harap cara lo bisa lebih baik Terlebih kalau lo bilang lo mau minta bantuan gue Gue tahu lo pasti paham cara minta tolong dengan baik . Kepada: Farel Dijodohin Sumpah lo emang nyebelin Gue akan berlaku baik ke orang yang pantas Dan gue rasa lo bukan termasuk golongan itu . Dari: Farel Dijodohin Terserah kalau lo mau gue bantu atau enggak Gue udah pikirin semuanya lagi Lo ga bisa ngancem gue karena ngerasa pernah ngebully lo . Kepada: Farel Dijodohin Lo ga bakal bisa ngehilangin fakta kalau lo ga sebaik yang orang lain pikir Gue adalah saksi hidup kejahatan lo . Dari: Farel Dijodohin Baca baik-baik, Gue mau ngebantu Tapi gue ga suka cara lo, Sandra. Gue ga tahu apa masalah antara lo, orang tua lo dan pacar lo, tapi intinya gue yang paling bisa bantu lo kan? Secara ga langsung, lo yang butuh banget bantuan gue sekarang. Terserah lo mau ikut cara gue atau tetep sama cara lo . Kepada: Farel Dijodohin Lo ga punya hak ngatur gue Jangan ngerasa paling penting Makin kesini makin benci gue liat lo . . Sandra mendecak kesal sambil meletakkan handphonenya secara kasar di atas meja kecil disampingnya menahan amarah karena Farel. Pria itu berhasil membuat Sandra semakin panik dan marah di waktu bersamaan. Walaupun tidak terima, tapi setelah dipikirkan sejenak, ucapan Farel memang benar adanya, Sandra lah yang sangat butuh bantuan dari Farel saat ini dan seharusnya ia tidak bisa berlaku seenaknya. Gadis itu kini memijat pelipisnya sambil coba berpikir dengan tenang apa yang harus ia lakukan sekarang, ia tidak bisa terus mengikuti egonya, ia harus bertindak rasional saat ini. Perjalanan hidupnya bergantung pada keputusannya saat ini. Setelah menarik napas dalam, gadis itu kembali menjangkau handphonenya untuk melihat pesannya dan Farel, sudah ada balasan baru dari pria itu. . . Dari: Farel Dijodohin Gue akan bantu kalau lo mau dengerin gue dan gak berlagak seolah lo bisa nyuruh gue apapun dengan cara seenak lo Apa apa itu harus ada aturannya . Kepada: Farel Dijodohin Oke, gue minta maaf Sorry kalau cara gue tadi salah Sorry udah ngegas duluan Gue minta tolong sama lo ya Please datang ke rumah gue malam ini di acara annive pernikahan papa mama gue karena ini penting banget buat gue Lo mau bantu gue kan? . . Cukup lama Sandra menatap layar handphonenya menunggu jawaban dari Farel, namun tak ada balasan apapun dari lelaki itu, bahkan hingga Sandra memutuskan menelfon beberapa kali ia tidak kunjung mendapatkan respon. Gadis itu sudah menghela napas keras karena ia kembali merasa marah sekaligus panik. "Ah udahlah, terserah dia mau datang apa enggak, kalau kacau ya kacau deh, pikirin nanti aja, bisa gila gue lama-lama!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN