Alone

1395 Kata
Sandra menutup sebuah pertemuan diskusi secara online di laptopnya dengan senyuman dan bergerak meregangkan tubuhnya. Diskusi selama lebih kurang 2 jam itu cukup membuatnya pegal. Tangan Sandra kini beralih pada buku catatannya, ia telah menulis segala hal yang ia kira penting dan sebuah senyuman puas hadir di wajahnya. Gadis itu merapikan apapun yang ada di atas mejanya lalu bergerak berpindah ke ranjangnya, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang kamarnya itu sambil membuka handphone. Setelah membuat sebuah panggilan ia menempelkan handphonenya ke telinga kiri. "Hai sayang!" Sapa Sandra dengan semangat mendengar panggilannya sudah di angkat oleh Dika. "Hei, kenapa?" "Bukan apa-apa, aku hanya ingin menghubungimu. Kamu lagi apa?" "Aku masih di kantor," Mendengar jawaban Dika membuat mata Sandra langsung mengarah pada jam dinding kamarnya, "kamu masih di kantor?" "Ya, begitulah." "Belum mau pulang?" "Tampaknya aku bisa pulang sekarang." Senyuman langsung hadir kembali di wajah Sandra, "mau bertemu? Ayo malam ini!" gadis itu mengajak dengan sangat semangat. "Maaf, sepertinya ga bisa deh sayang." "Kenapa?" "Aku sudah ada janji dengan temanku, ini aku udah telat bangrt karena masih di kantor, kerjaanku baru aja kelar." Dahi Sandra langsung berkerut, "kemana?" "Futsal." "Ga bisa cancel dulu? Aku mau ngobrol sama kamu." "Sorry sayang, tapi ini aku udah janji." "Tapi ini penting, aku tadi baru diskusi sama dokter yang mau aku ajak kerja sama dengan bisnis kita. Aku mau sharing sama kamu, lagian kita udah lama ga ketemu." "Besok aja, hari ini aku mau ke futsal dulu." "Dika, kamu bisa liat mana yang penting dulu ga sih? Ini kita belum jalan sama sekali masalah bisnis!" nada bicara Sandra tanpa sadar menaik karena kesal. "Kamu marah?" "Gimana aku ga marah?!" Jelas sekali Sandra menunjukkan kekesalannya pada Dika. "Aku itu lagi capek, kerjaan di kantor udah bikin stres, aku mau refreshing bentar aja sama kamu ga boleh?" "Bukannya ga boleh, tapi ini kita ud..." "Kamu enak San, ga ngapa-ngapain, ga capek seharian. Lagian aku udah mau bahas ini dari sebelum-sebelumnya, tapi siapa yang selalu ga bisa? Terus kamu sekarang desak aku kaya gini!" Tangan Sandra langsung mengepal kuat mendengar ucapan Dika, "kamu bilang aku ga ngapa-ngapain? Aku disini juga lagi usaha buat bisnis kita nyari info sana sini sendirian, diskusi kian kemari biar yang kali ini mateng dan ga gagal lagi karena aku tahu kamu sibuk sama kerjaan kamu. Aku cuma diskusi bentar sama kamu karena kita mau bangun ini bareng kan!? Lagian aku minta waktunya sambil kita bisa habisin waktu bareng sebagai pasangan!" "Oh jadi sekarang kamu lagi nekan aku? Mau bilang aku ga ada kontribusi dalam bangun usaha ini?" "Lah? Kok kamu nangkep nya gitu sih?" "Inget ga minggu kemarin kita mau diskusi, aku udah reservasi tempat segala tapi mendadak kamu batalin gitu aja? Aku marah marah kayak kamu sekarang ga? Jangan egois gini dong!" Sandra langsung bergerak memijat pangkal hidungnya sambil menghembuskan napas kasar, "kan kamu tahu jelas apa alasan aku, ga mungkin aku tetap ketemu sama kamu disaat di rumah lagi ada acara dan papaku masih sensitif banget perkara kamu. Aku tahu kamu paham." "Kamu juga coba paham dong San, aku lagi capek banget dan mau refreshing. Aku ga ngelak, aku cuma minta waktunya bukan sekarang. Besok aku bakal ketemu sama kamu, kita diskusi." "Tapi aku bisanya sekarang, selagi papa ga lagi di rumah aku bisa bebas ketemu kamu. Aku ga yakin kalau besok papa masih di luar kota." Sandra coba menjelaskan dengan nada yang ditahan agar bisa terdengar lebih tenang dan tidak menyulut pertengkaran. "Moodku sudah buruk. Hari ini kacau." "Kamu bisa obrolin ke aku, itu gunanya pasangan kan?" Umbuk Sandra coba melembut mendengar nada bicara Dika yang sepertinya memang sudah sangat lelah. "San, aku meminta dengan baik-baik, biarin aku refreshing malam ini, please... Aku yakin kalau ketemu kamu obrolan kita ujung-ujungnya berakhir pada permasalahan kita. Aku tidak mau itu semakin memburuk." Diam-diam Sandra menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan sembari mengangguk, "oke, have fun." "Thank you, i love you." "Love you too," balas Sandra pelan sambil memaksakan senyuman dan panggilan diakhiri dari arah Dika. Untuk sesaat Sandra mematung dengan handphone yang masih menempel di daun telinganya. Pikirannya kosong, menatap langit-langit kamar dengan mata sayu. Setelah beberapa saat, gadis itu membuyarkan lamunannya sambil bangkit dari posisi rebahannya dan berjalan keluar kamar. Keadaan rumahnya terkesan sangat sunyi. "Mam?? Mama??!" Sandra berjalan turun dan berulang kali coba memanggil siapapun yang mungkin ada di rumah sore ini. Namun ia tidak mendapatkan jawaban dari siapapun, ia memposisikan dirinya kini duduk di sofa ruang keluarga dan membuka layar ponselnya membuat panggilan telepon. "Mam?" Sandra berhasil menelpon mamanya. "Ya San, kenapa sayang?" Terdengar suara mama di seberang sana. "Mama belum pulang?" "Lah, kan mama udah bilang pulangnya besok." "Hah? Kapan mama bilang?" "Ya tuhan, yang tadi pagi kamu iyain itu apa hah? Makanya kalau orang ngomong itu dengerin. Kan tadi mama ajakin kamu join acara yayasan juga, tapi kamu bilangnya enggak mau." Sandra baru tersadar, ia ingat obrolannya tadi pagi dengan mamanya. Mamanya mengajak ikut acara sosial, tapi ia menolak karena berpikir ini malah kesempatan emas untuk bisa menghabiskan waktu bersama Dika karena semuanya sedang pergi, tapi sayang semuanya tidak semulus yang ia kira. "Tapi ini kok sepi banget sih rumah jadinya?" "Papa kamu sama Mas Gilang juga balik besok." "Iya aku tahu, tapi ini si mbak kok juga ga keliatan? Rumah jadi sepi banget, biasanya kedengeran lagi muter lagu dangdut dari kamar belakang, tapi ini ga ada sama sekali." "Oh iya, mama belum kasih tahu, tadi siang mbak izin pulang duluan karena ibu nya sakit." "Yaaaah, ini aku sendirian dong??" "Ada kok Pak Agus standby di depan. Lagian juga mau weekend, kamu jalan gih sana sama temen-temen kamu." Sandra memutar bola mata malas, "emang selama ini mama pernah liat aku main sama temen?" "Ya makanya punya temen, temen kuliah kek." "Aku kuliah di luar negeri kalau mama lupa, jadi orangnya kaga ada disini." "Teman SMA kek," "Ga punya." "Ck, bisa-bisanya ga punya temen, payah kamu. Kalau gitu ajakin Farel sana, kamu masih jalan ga sih sama Farel?" Sandra yang sudah keburu malas dengan arah obrolan mamanya memutuskan menyudahi saja, " udah deh ma, sampai jumpa besok, bai!" "Ga tau aja anaknya waktu SMA kaga ditemenin siapa-siapa," Sandra mengomel sendiri setelah mengakhiri panggilan dan menaruh sembarangan handphone nya di meja yang ada di hadapannya. Sandra kembali terdiam melihat kesekitar dan berakhir melamun, jujur saja selama ini ia sudah terbiasa untuk menyibukkan diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain dalam menghabiskan waktu. Ia sudah terbiasa tidak memiliki teman, tapi di beberapa waktu ia tidak bisa memungkiri dirinya merasa hampa. Itulah kenapa ia selalu bergantung pada Dika yang akan mengajaknya melakukan berbagai hal untuk menghabiskan waktu, tapi saat seperti sekarang juga sering terjadi, disaat Dika menghabiskan waktu dengan hal lain tanpa mengajaknya. Ada perasaan sedih dan bingung diwaktu bersamaan. Lamunan Sandra terpecahkan mendengar notifikasi pesan, ia kembali meraih ponselnya dan membuka pesan terbaru. Dari: Farel dijodohin Lagi dimana? Sibuk ga? Kepada: Farel dijodohin Ngapain? Dari: Farel dijodohin Pertanyaan itu dijawab, bukan balik nanya lagi Kepada: Farel dijodohin Emang si manusia paling ribet. Lagi di rumah Kenapa? Dari: Farel dijodohin Lagi ada kesibukan ga? Kepada: Farel dijodohin Enggaa Kamu mau ajakin aku ketemu? Mama kamu nanyain ya? Dari: Farel dijodohin Mama ga nanya kok Mamaku santai Kalau emang ga ada, mau keluar ga? Kepada: Farel dijodohin Boleh deh Dari: Farel dijodohin Tapi bukan aku Kepada: Farel dijodohin Hah? Siapa? Dari: Farel dijodohin Inget Dimas ga? Temen SMA kita Kepada: Farel dijodohin Dimas? Dimas temen kamu? Dimas Kalingga bukan? Dari: Farel dijodohin Dimas temen kamu juga Kepada: Farel dijodohin Ngapaiin?? Engga ah Dari: Farel dijodohin Why?? Biasa aja kan ketemu teman lama? Kepada: Farel dijodohin Emang dia inget aku? Aku ga tau mau ngapain kalau ketemu dia Dari: Farel dijodohin Hei, biasa ajaaa Dia bilang dia mau ketemu kamu Artinya dia inget kamu Udah lama ga ketemu kan? Tenang aja dia baik kok Aku yakin kamu juga tau Kepada: Farel dijodohin Tapi ngapain? Dari: Farel dijodohin Dimas nanya rumah kamu masih yang dulu kan? Aku ga tau soalnya rumah kamu yang dulu apa sama ama yang sekarang Kepada: Farel dijodohin Emang dia inget? Dari: Farel dijodohin Okey, itu artinya sama kan? Kamu siap-siap, sekitar 1 jam lagi mungkin Dimas udah nyampe sana Kepada: Farel dijodohin Tapi aku bakalan canggung bangeeet Dari: Farel dijodohin Siap-siap sana Lagian di rumah sendiri kan? Kepada: Farel dijodohin Tahu dari mana!? Dari: Farel dijodohin Dimas mau jalan ya Kepada: Farel dijodohin Heeeeh??
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN