Berhak

1233 Kata
Sandra terbangun karena dering handphonenya yang sangat ribut. Dengan mata yang masih tertutup gadis itu meraba-raba bagian samping ranjang yang masih ia tiduri untuk menemukan handphonenya. "Sandra!!!" panggilan keras dari seberang hanya berhasil membuat mata gadis berambut pendek itu terbuka separuhnya. "Hm..," hanya deheman yang keluar dari bibir tipis gadis itu. "Kamu kabur dari rumah?" "Kabur? Kabur gimana?" "Terus sekarang kamu dimana Orina Sandra!?" Akhirnya Sandra terduduk dan melihat ke sekitar, ia baru ingat kalau semalam ia pergi dari rumah secara diam-diam, bahkan sejak semalam ia tidak ingin mengangkat telpon dari mamanya, tapi dengan bodohnya sekarang ia mengangkat panggilan tersebut. "San!? Kamu dimana!?" tanya mama lagi mulai kesal. "Enggak, aku nggak kabur kok. Semalam lagi suntuk aja terus ngide nginep di hotel buat ganti suasana." "Terus kenapa ga angkat telfon dari semalam? Bahkan ini udah mau siang." "Ya maaf, namanya juga lagi pengen refreshing sendiri." elak Sandra padahal sudah jelas-jelas ia dalam keadaan kabur dari rumah namun berakhir gagal. "Papa kamu udah marah sampai ngeblokir beberapa kartu kredit kamu karena berpikir kamu kabur karena ga mau dijodohin ama Farel." "APA!? Jadi papa serius?? Ga ngancem doang?" Sandra kaget bukan main. "Ya kamu lihat sendiri kan semalem, kamu sih pakai acara mancing emosi si papa." Sandra menggaruk gusar tengkuknya sembari kesal, "ish ribet! Ini belum semua diblokir kan? Nanti gimana aku bayar hotel coba!?" "Yaudah yang penting kamu ga kabur kan? Habis ini mama bilang ke papa. Kamu pulang kapan?" "Habis ini aku pulang deh," Sandra sudah terdengar putus asa. "Baguslah, kamu harus ketemu Farel." "Ngapain!?" "Ngapain?? Ya buat ngobrol biar deket lah, apalagi? Kamu bisa beneran ditendang dari rumah tanpa bawa apa-apa sama papa kamu kalau masih aja ngeyel." mama memperingatkan. "Yaudah kita bahas nanti di rumah aja, masih pagi udah bikin pusing aja." "Ini udah siang tuan Putri!!!" *** Setelah perdebatan panjang dengan mama papanya, malam ini berakhirlah Sandra duduk di sebuah restoran demi bertemu dengan Farel, pria yang akan di jodohkan dengannya. Sandra melihat ke sekitar sambil berdecak karena Farel masih belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. "Ni orang mana sih? Jadi apa enggak ketemuannya!?" Sandra berdecak malas walaupun belum lama menunggu, tapi memang sejak dari rumah ia sudah kesal duluan. Wanita itu kini bergerak mengambil ponselnya dan mengirim pesan, ia baru saja ingat kalau ia belum memberi kabar pada Dika perihal pertemuannya dengan Farel malam ini. . . Kepada: Dika Sayang, maaf telat ngabarin Aku lagi di restoran nunggu Farel Papa maksa buat ketemu dia . Dari: Dika Oh gitu Oke Semoga lancar Eh Ga usah lancar deh Semoga kacau Wkwkwk . Kepada: Dika Hahaha Kamu lagi dimana? Ngapain? . Dari: Dika Di rumah nih Ada yang lagi aku kerjain Masalah usaha kita juga kok . Kepada: Dika Wah, semangat kalau gitu Thanks ya sayang Kalau gitu aku ga mau ganggu . Dari: Dika Iya sayang Nanti kalau ada apa-apa kabarin aja . Kepada: Dika Oke sayangku I love you . Dari: Dika Love you too . . Sandra tersenyum-senyum kini melihat layar ponselnya saat ia masih berbalas pesan saling sayang satu sama lain dengan sang kekasih, bahkan sampai tidak sadar kalau ada seseorang sudah hadir di depannya memperhatikan. "Selamat malam, dengan Sandra kan?" seorang pria berkulit cerah dengan setelan rapi tersenyum menyapa Sandra. Sandra yang mendengar itu meletakkan handphonenya lalu melihat tanpa membalas senyum sedikitpun, ia hanya menunjukkan ekspresi datar. Namun itu tampaknya sama sekali tidak menghilangkan senyum di wajah Farel yang baru saja datang dan yakin sekali kalau ini memang lah Sandra, seseorang yang harus ia temui malam ini dan sebelumnya juga sudah pernah bertemu, "aku duduk ya? Kamu sudah menunggu lama? Aku sedikit ada keperluan tadi." Sandra masih saja tidak merubah raut wajahnya, ia terang-terangan memperlihatkan kalau ia sama sekali tidak tertarik dengan pertemuan ini. "Belum pesan kan? Ayo kita pesan makanan sekarang," Farel inisiatif memanggil salah satu karyawan restoran untuk memesan makanan. Begitupun dengan Sandra yang baru saja bersuara untuk memesan makanan, ia belum mengeluarkan suara untuk Farel secara khusus. Meja kembali hening setelah karyawan restoran meninggalkan mereka untuk mengurus pesanan, suasana memang terasa canggung, namun Farel tetap tersenyum melihat kepada Sandra yang bahkan tidak melihat ke arahnya. "Hm, jadi harus dari mana kita mulai berbincang? Aku tahu ini akan sedikit canggung tapi itu bukan masalah," Farel bicara santai. Sandra menarik napas karena jujur saja sejak melihat kehadiran Farel rasa kesalnya menjadi meningkat bukan main, "udahlah ga usah basa-basi, langsung to the point aja." Farel sedikit terkejut dengan kalimat Sandra yang terdengar sangat tidak bersahabat, ia mengangkat alisnya bingung, "apa maksudnya?" "Lo jangan belagak polos deh, dengan apa yang udah terjadi ke gue sebelumnya, lo pikir gue mau nerima perjodohan ini? Lo pikir gue udah lupa? Lagian lo kenapa pakai setuju sih sama ide gila ini? Oh, lo masih mau permainin gue ya!? Sumpah lo orang paling jahat yang pernah gue kenal selama hidup gue! Kek orang ga ada kerjaan." Sandra tak bisa menahannya, ia meluapkan kekesalannya begitu saja. Farel terperangah, baru saja bertemu ia langsung menerima kemarahan dari Sandra, "maaf, tapi gue ga ngerti lo ngomong apa. Kita baru aja ketemu dan lo udah ngomong macem-macem tentang gue?" "Sandra! Orina Sandra Tanaya! Lo ga inget murid pindahan yang dibully satu sekolah gara-gara lo? Ini gue, cewek yang masa remajanya hancur karena elo, Farel Nanda Kaili!" ingin saja rasanya Sandra menggebrak meja tapi ia tidak ingin mencuri perhatian orang-orang yang ada di restoran malam ini. Farel terdiam sejenak memperhatikan Sandra coba mencerna semua ucapan gadis di hadapannya ini, "hah??" Sandra tertawa lelah, "atau lo udah lupa? Ya wajar lah ya, anak paling hits satu sekolahan mah ga akan peduli sama anak lainnya. Tapi sayang banget, gue masih ingat semuanya secara detail, lo adalah orang yang paling gue benci di hidup gue." Farel menggelengkan kepalanya, "lo yakin? Maaf banget, tapi gue ga begitu ingat sama sekali." "Terus apa yang cuma lo ingat? Pacar lo yang paling hits dan cantik si Meisya itu?" "Lo kenal Meisya?" Sandra dibuat geleng kepala melihat respon Farel yang seolah tidak tahu apa-apa setelah semua yang telah ia perbuat pada kehidupan Sandra. "Lo bener-bener bikin gue muak dengan sikap sok nggak tahu lo ini. Lo sengaja bikin image lo baik dan sangat sempurna ya? Demi apa gue mual denger orang tua kita pada muji lo waktu acara pernikahan kemarin." Farel dibuat tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya diam dengan banyak pemikiran yang kini berputar di otaknya, "Sandra, gue minta maaf kalau emang gue udah banyak bikin salah ke lo sebelumnya," akhirnya kata-kata itu keluar dari bibir Farel. Sandra menggeleng, "lo tahu nggak kalau permintaan maaf lo itu pantes apa nggak?" Farel kini menarik napas lalu menghembuskannya perlahan, "okey, sepertinya pertemuan ini emang nggak bisa dilanjutkan. Gue minta maaf atas semua yang buat lo kelihatan semarah ini ke gue. Tenang aja gue akan bilang ke orang tua gue dan juga orang tua lo kalau ini ga perlu di lanjut. Kalau lo mau balik sekarang juga ga masalah, silahkan. Biar gue yang selesain semuanya termasuk makanan dan minuman yang udah kita pesan. Sekali lagi gue minta maaf." "Lo ngusir gue!?" "Bukan, gue cuma nggak mau lo makin marah, gue tahu lo benci sama semuanya, nggak ada yang bisa gue lakuin selain ini. Lihat muka gue aja lo kelihatan murka banget, gue minta maaf juga malah bikin lo makin marah. Emang seharusnya kita ga perlu bertemu kalau malah menambah masalah." Sandra menggeleng, "gue yang berhak bikin keputusan disini, bukan lo." Farel menatap Sandra bingung, "apa maksudnya?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN