"Aurora, ayo kita ke ruang teh. Mom ingin banyak berbincang denganmu," ujar Luna Sandra dengan antusias.
Aurora diam, sedang berpikir. Apakah ia harus mengikuti ajakan Luna Sandra?
Aurora menarik napas pelan, kemudian ia mengangguk dan berdiri.
Luna Sandra yang melihat Aurora berdiri pun ikut berdiri dan berjalan, tak lupa ia menarik tangan Aurora agar mengikutinya.
Tak lama kemudian mereka sampai di ruangan teh, Aurora dan Luna Sandra duduk berhadapan di sofa yang ada di ruangan itu.
"Aurora, Mom ingin bertanya padamu." Luna Sandra menjeda kalimatnya.
"Panggil Ara saja Mom, terlalu panjang jika memanggilku Aurora," ujar Aurora dengan nada suara tidak enak.
Luna Sandra mengangguk, tidak keberatan. "Hm, apa kau tidak merasa takut pada Xander? Kalian berdua berbeda," ujar dan tanya Luna Sandra sedikit khawatir.
"Awalnya Ara takut apalagi saat melihat Xander berubah menjadi Serigala di depan Ara sendiri. Tapi Xander bilang ia tidak akan menyakitiku, jadi aku percaya dan tidak takut padanya," jawab Aurora jujur.
Luna Sandra mengangguk mengerti. "Mom senang kau tak takut padanya, dan Mom senang dia mendapatkan mate seperti dirimu. Mom harap kau tidak meninggalkan putraku," ujar Luna Sandra.
Aurora hanya diam tidak tau harus berkata seperti apalagi.
"Hm, apa kau memiliki keluarga di dunia manusia sana? Mom khawatir kedua orangtuamu mencari mu," uja Luna Sandra.
Aurora menggeleng. "Kedua orangtuaku sudah tiada, Mom." Aurora membalas.
Luna Sandra tampak terkejut. "Ah maafkan Mom, Mom tidak tau."
"Tidak apa."
"Apa kau senang tinggal di sini?" tanya Luna Sandra lagi.
Aurora mengangguk. "Sangat suka, Mom. Tempat ini sangat bagus walaupun ini di hutan."
Luna Sandra dan Aurora terus saja berbicara dan bercerita banyak hal.
Aurora sudah tidak merasa canggung lagi dengan ibu Xander.
***
"Mulai saat ini kau harus mulai berhati-hati, Xander. Klan Vampire sudah mulai menampakkan diri mereka, dan Daddy yakin mereka pasti akan keluar dan menyerang kita," ujar Alpha Diego.
Xander mengangguk setuju dengan ucapan Daddynya, sehari sebelum ia menemukan Aurora Xander menemukan satu orang Vampire wanita yang hendak menyusup ke daerah kekuasaannya. Dan wanita itu bernama Eliana, dan Eliana sudah Xander tempatkan di ruang bawah tanah.
"Aku tau, Dad." Xander membalas.
Raut wajah Diego semakin serius. "Darimana kau tau?"
"Sehari sebelum aku menemukan Aurora satu Vampire wanita mencoba menerobos wilayah ini, Dad," jawab Xander.
Alpha Diego terdengar menghela napas berat. "Sebentar lagi sepertinya mereka akan bergerak," ujarnya.
Xander mengangguk. "Tapi, Dad, bisakah kau menceritakan masalah ini? Maksudku kenapa klan Vampire sangat dendam pada pack kita? Apa dulu terjadi sesuatu?" tanya Xander.
Alpha Diego menghela napas lagi, kemudian mengangguk. "Akan Daddy ceritakan."
Xander menunggu kalimat yang akan di ucapkan oleh Daddy.
"Dulu, sekitar 20 puluh tahun yang lalu sebelum kau lahir..."
Flashback...
"Alpha, klan Vampire yang dipimpin Lord Darius menyerang pack wilayah utara," lapor Leon, Beta Redmoon Pack.
Alpha Diego mengurut pelipis nya, kepalanya terasa sangat pusing.
"Vampire-vampire itu selalu buat masalah! Atasi itu, kalau mereka masih tidak menyerah siapkan warrior dan kita akan berperang melawan mereka," titah Alpha Diego.
Leon mengangguk dan pamit pergi meninggalkan ruangan Alpha Diego.
"Karena batu merah itu mereka jadi mengincar pack ini, di mana lagi aku harus menyimpan batu ini?" gumam Alpha Diego pada dirinya sendiri.
Batu merah, salah satu batu yang menyimpan kekuatan luar biasa yang terdapat di pack Redmoon. Moon Goddess mempercayakan batu merah itu kepada Redmoon Pack ratusan tahun lalu.
Dan sampai sekarang klan Vampire dan klan bangsa immortal lainnya masih mengejar batu itu. Tapi diantara semua makhluk immortal, hanya klan Vampire lah yang sangat berambisi memiliki batu merah itu.
Seminggu kemudian...
"Kita tidak bisa seperti ini terus, siapkan warrior dan kita serang dan habisi para Vampire itu," titah Alpha Diego pada Leon.
"Baik, Alpha, saya akan menyiapkan pasukan." Leon membalas dan kemudian ia pergi meninggalkan ruangan sang Alpha.
Alpha Diego berdiri, meninggalkan ruangan kerjanya, tujuannya kini adalah sang istri, Luna Sandra.
Cklek!
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Alpha Diego pada Luna Sandra.
Luna Sandra mengangguk dan tersenyum.
"Bagaimana dia?" tanya Alpha Diego, tangan nya bergerak mengelus perut buncit sang istri.
Wajah Luna Sandra berbinar cerah dan terdapat senyum lebar di wajah cantiknya itu.
"Dia baik-baik saja, kau jangan khawatir." Luna Sandra ikut mengelus perutnya sendiri.
"Besok aku akan menyerang klan Vampire, Darius sepertinya sangat berambisi memiliki batu merah itu," ujar Alpha Diego.
Senyum lebar yang ada di wajah Luna Sandra lenyap seketika.
"Jangan pergi," pintanya dengan nada pelan.
Alpha Diego tersenyum lembut. "Aku harus pergi, jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja," ujarnya menenangkan hati Luna Sandra yang diliputi kegelisahan.
Luna Sandra hanya bisa diam, sepertinya dia tidak bisa membujuk suaminya lagi.
"Baiklah, tetap baik-baik. Jangan sampai terluka, aku dan putra kota menunggumu," ujar Luna Sandra.
Alpha Diego mengangguk. "Aku pergi dulu, aku akan melihat persiapan yang disiapkan Leon." Luna Sandra mengangguk dan membiarkan suami alias matenya pergi.
Keesokan harinya...
"Apakah semua sudah siap, Leon?" tanya Alpha Diego.
Leon mengangguk. "Sudah, Alpha."
"Baiklah, perintahkan pada semuanya, kota berangkat sekarang." Leon mengangguk dan berlalu dari hadapan Alpha Diego.
"Berhati-hati lah, dan kembali dalam kondisi baik-baik saja," pesan Luna Sandra.
Alpha Diego mengangguk. "Jaga kesehatan mu, dan jangan terlalu banyak pikiran. Aku akan pulang segera," ujarnya.
Luna Sandra mengangguk, setelah itu Alpha Diego berlalu dan bersiap pergi. Semua pasukan sudah siap.
Di wilayah Utara Redmoon Pack...
"Well, well, well, lihat siapa yang datang," ujar Darius, Lord dari klan Vampire.
Alpha Diego hanya menatap Darius datar.
"Berhentilah mengganggu pack ku Darius!" Alpha Diego berseru lantang.
Darius terkekeh. "Aku akan berhenti jika kau memberikan Batu merah itu padaku," ujar Darius, menyeringai.
Alpha Diego menatap Darius tajam. "Tidak akan pernah."
"Kalau begitu bersiaplah." Darius menyeringai dan memberi isyarat pada pasukan nya untuk menyerang.
Alpha Diego langsung bergerak cepat dan menyuruh pasukannya melawan pasukan Darius.
"Bersiaplah akan kematian mu hari ini, Diego," gumam Darius.
Diego mendengar itu. "Jangan baca bicara! Bukan aku yang akan mati tapi kau!"
Setelah mengucapkan itu Alpha Diego langsung merubah wujudnya menjadi Serigala. Xavier, Serigala Alpha Diego langsung menyerang brutal Darius.
Darius tidak mau kalah, ia menggoreskan kuku panjangnya ke tubuh Xavier.
Xavier menggeram. Dan mengeluarkan kuku beracunnya ke d**a Darius.
Srettt...
Bugh...
***
Author note:
Jangan lupa tap love dan comments banyak²!