Chapter 6

1094 Kata
"Sudahlah, Anna. Jangan menangis lagi, Aurora pasti sudah tenang di alam sana dan bertemu dengan keluarganya," hibur Ethan pada Anna yang sejak kemarin mengurung diri di dalam tenda. Bahkan hanya seorang diri di dalan sana, tidak ingin di temani. Saat mereka ke jurang tempat Aurora terjatuh, Mr. William tiba-tiba menghentikan pencarian. Karena Mr. William yakin Aurora tidak selamat melihat jurang tersebut yang dalam dan curam sekali. Apalagi saat Mr. William mencoba menjatuhkan sebuah benda ke dalam jurang, benda itu terdengar lama sekali sampai ke tanah. "Aku salah! Harusnya aku tidak memaksanya pergi kemarin, hiks." Air mata Anna kembali keluar, ia sangat menyesali kebodohannya kemarin. "Tidak usah menangis. Sudah lah Anna, lebih baik sekarang kau kemasi barang-barang mu. Mr. William bilang kita akan pulang siang ini," ujar Ethan. Anna mendesah, "Baiklah." "Aku yakin Aurora pasti sudah bahagia dan bertemu dengan Ayah dan Ibunya," ujar Ethan yang diangguki oleh Anna. "Bersiap-siaplah, siang ini kita pulang," ujar Ethan. Anna mengangguk. "Baiklah." *** Aurora membuka matanya perlahan, sepertinya tidurnya sekrang sudah cukup. Sudah jam berapa ini? Entahlah Aurora tidak tau, karena di kamar ini tidak terdapat jam. Ah bahkan di seluruh istana ini tidak terdapat sebuah jam. Dan di mana Xander? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Sejenak Aurora berpikir, sudah berapa lama ia berada di sini? Apakah teman-temannya dan guru lainnya tidak mencari nya dan menganggap ia meninggal seperti yang Xander katakan? Tok... tok... tok... Aurora tersentak dari lamunannya dan menatap pintu kamar yang di ketuk dari luar. "Masuk!" Dua orang Maid pun masuk dengan membawakan satu nampan berisi makanan dan satunya lagi membawa baju dan sepatu. "Kenapa?" tanya Aurora. "Alpha menyuruh saya mengantar makanan ini dan beliau menyuruh saya agar anda segera bersiap-siap, Luna," ujar salah satu maid itu. Aurora menautkan alisnya. "Harus?" Maid itu mengangguk. "Iya, Luna." Aurora mengangguk. "Ya sudah kalian bisa keluar, aku akan mandi dulu," ujarnya. Dua Maid itu mengangguk dan membungkukkan badan mereka sebelum meninggalkan kamar Aurora. Apa yang akan dilakukan Xander? Bersiap-siap? Memang nya ke mana mereka akan pergi? batin Aurora. Aurora mengedikkan bahunya dan mengambil handuk dan baju ganti yang dibawakan Maid tadi dan membawanya ke kamar mandi. Aurora memilih berendam untuk merilekskan tubuhnya, lama atau tidak ia tidak peduli. Saat Aurora merasa cukup akan kegiatan berendam nya, Aurora pun segera berhenti dan memasang pakaiannya. Ceklek! "Lama sekali," keluh Xander pada Aurora yang baru saja keluar dari kamar mandi. Aurora terjungkal ke belakang saat mendengar suara Xander. "Kau mengagetkan diriku!" Xander mengedikkan bahunya. "Ayo kemarilah, sarapan dulu! Kau tahu aku sampai mengganti sarapan dengan yang hangat, karena tau kau lama sekali di kamar mandi." Aurora memilih untuk menurut, ia mendekat ke Xander yang duduk di sisi ranjang. "Kita akan ke mana?" tanya Aurora. Tangan nya sibuk memisahkan sayur dengan makanan yang ada di piring nya. "Sayur nya jangan dipisah! Dimakan semuanya," ujar Xander. Aurora memajukan bibir bawahnya sebal. "Iya-iya, sekarang jawab pertanyaanku," ujarnya. Xander tersenyum saat melihat Aurora menurut untuk memakan sayur yang ia sengaja taruh lebih banyak di piring makan gadis itu. "Kita tidak akan kemana-mana, aku menyuruh mu bersiap karena kedua orangtuaku akan datang," ujar Xander. Aurora mengangguk mengerti, tapi kemudian wajahnya memucat. "Kedua orangtuamu?" Xander mengangguk. "Apa ada yang salah?" Aurora mengangguk. "Ayolah, aku tidak berani. Bagaimana kalau mereka jahat? Ya tuhan, hanya aku di sini yang manusia dan kalian semua adalah makhluk immortal. Bagaimana kalau mereka malah menyakitiku? Di sini aku hanya percaya sama dirimu," ujar Aurora panjang lebar, raut wajahnya terlihat cemas. "Mereka adalah orangtuaku, dan mereka tidak akan berbuat jahat padamu karena kau adalah mateku," ujar Xander, mendelik menatap Aurora. Xander sebenarnya tidak bisa menahan rasa bahagia saat mendengar Aurora percaya padanya, tapi ia juga tidak suka saat Aurora menebak kedua orangtuanya jahat. 'Jangan pelototi dia Xander, lihatlah, wajahnya semakin pucat!' seru Jack tiba-tiba di pikiran Xander. Xander menghela napas, "Hei! Jangan dipikirkan, mereka tidak akan jahat padamu. Mereka pasti menyukaimu," ujar Xander menenangkan diri Aurora. Aurora hanya diam, ia ragu. "Sudah jangan dipikirkan lagi, habiskan makananmu." Aurora memilih menurut dan kembali memakan makanannya. *** "Selamat datang, Alpha Diego dan Luna Sandra," sambut Alden. Alpha Diego adalah ayah Xander dan Luna Sandra adalah Ibunya. "Terimakasih, Alden. Di mana putraku?" ujar dan tanya Luna Sandra. "Alpha Xander masih di kamar Luna, akan saya panggilkan," ujar Alden. Luna Sandra mengangguk. "Ah tunggu Alden, apakah Xander benar sudah menemukan matenya?" tanya Luna Sandra. Alden mengangguk. "Sudah Luna, Alpha sudah menemukan Luna." Luna Sandra terkekeh mendengar kalimat Alden yang lucu menurutnya. "Alden, panggilkan saja Xander dan suruh dia ke bawah," titah Alpha Diego. Alden mengangguk. "Baik, Alpha." Alden membungkukkan badannya sedikit sebelum dirinya pergi meninggalkan mantan Alpha dan Luna Redmoon Pack. Tok... tok... tok... "Alpha, Alpha Diego dan Luna Sandra menunggu anda di bawah," ujar Alden dari luar kamar Aurora. Ceklek! Xander membuka pintu kamar dan menatap datar Alden. "Baiklah, kau duluan saja ke bawah Alden. Aku akan ke bawah sebentar lagi," ujar Xander. Alden mengangguk. "Baik, Alpha." Xander pun menutup pintu tu kembali. "Ara, ayo! Ayah dan ibuku sudah tiba," ajak Xander. Aurora mengangguk meyakinkan pada hatinya bahwa kedua orangtua Xander tidak akan menyakitinya. Aurora mengikuti Xander yang sudah berjalan duluan. Tak lama mereka sampai di depan pintu ruang keluarga. Xander menarik lengan Aurora agar berdiri di dekatnya. "Jangan cemas, kau jadi terlihat lucu jika seperti itu," ujar Xander dengan kekehannya. Aurora mendengus. Xander tidak ingin lama berdiri di depan pintu, ia pun membuka pintu ruangan dan masuk ke dalam dengan mengaitkan tangannya di telapak tangan Aurora. "Dad, Mom, kalian sudah sampai? Maaf aku sedikit terlambat," ujar Xander menyesal. Alpha Diego dan Luna Sandra tersenyum maklum. "Tidak apa-apa," ujar Luna Sandra. "Ah, apa dia matemu Xander?" tanya Ibu Xander, Luna Sandra. Xander mengangguk. "Yes, Mom." "Ah dia cantik sekali dan terlihat lucu jika sedang berdiri di belakangmu," ujar Luna Sandra. Xander terkekeh. "Mateku memang pemalu, Mom." Aurora mengernyitkan dahinya. Mommy Xander tidak terlihat menyeramkan apalagi raut wajah Mommy Xander tidak menampakkan kesan tidak suka pada Aurora. Aurora pun memberanikan diri untuk keluar dari bahu Xander yang sejak tadi menjadi tempat persembunyian wajahnya. "Ha-halo, Aunty. Saya Aurora." Aurora memperkenalkan dirinya dengan nada canggung. Xander tersenyum tipis. Aurora ternyata mau memperkenalkan dirinya sendiri tanpa bantuannya. "Halo Aurora, panggil Mom saja. Dan ini suamiku, Diego. Panggil Dad saja," ujar Luna Sandra ramah. "Ck, aku bisa memperkenalkan diriku sendiri Sandra," protes Alpha Diego. Luna Sandra hanya mengangkat bahu. "Daritadi kalian hanya berdiri saja, duduklah," ujar Alpha Diego, mempersilakan Xander dan Aurora duduk di hadapannya dan sang istri. Xander dan Aurora berjalan ke arah sofa di hadapan Alpha Diego dan Luna Sandra.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN