Chapter 8

911 Kata
Xavier menggeram. Dan mengeluarkan kuku beracunnya ke d**a Darius. Srettt... Bugh... *** Tubuh Darius terjatuh setelah mendapat cakaran dari Xavier. "Kau!" seru Darius. Darius terlihat tengah menahan sakit di dadanya. Sial! Ternyata Serigala nya Diego memiliki racun di kukunya. Melihat Darius yang sudah tumbang membuat Xavier menyeringai. Serigala itu tampak puas, dan ia yakin bahwa Darius akan mati. Sebab kukunya memiliki racun yang mematikan. Melihat Darius yang terduduk diam sambil memegang dadanya, Xavier tersenyum mengejek dan mengubah wujudnya kembali menjadi Diego. "Sebaiknya kau pergi dari sini! Dan perintahkan pada bawahanmu untuk tidak mengganggu wilayah kekuasaan ku lagi!" seru Diego, dia tidak peduli pada dirinya yang hanya tertutup oleh celana pendek selutut. Dan bagian atasnya yang terbuka. Perlahan pasukan Vampire mundur teratur dan tak lupa mereka memapah tubuh Lord mereka yang sudah tergeletak tak berdaya. "Aku pasti akan membalasmu," gumam Darius yang masih bisa di dengar oleh Diego karena indra pendengarannya sangat tajam. Diego tersenyum mengejek, tidak mempedulikan gumaman Darius tadi. Leon mendekat ke arah Diego dan memberikan satu kaos lengan pendek pada Diego. "Ini pakaiannya Alpha." Diego menerima pakaian itu dan memakainya dengan cepat. "Ayo kita kembali," ujar Diego. Leon mengangguk dan memberi isyarat pada pasukan nya untuk segera kembali ke pack. Malam itu, pasukan yang dipimpin oleh Diego kembali pulang dengan selamat walaupun ada beberapa warrior yang tidak selamat. Saat pulang Alpha Diego dikejutkan oleh tangisan bayi di kamarnya. Mendengar itu ia langsung melesat menuju kamarnya. Betapa terkejutnya ia saat mendapati sang istri tengah menyusui anaknya, putranya. Ya tuhan, putranya telah lahir. Dan ia lahir tepat saat kemenangan nya melawan bangsa vampire. Alpha Diego langsung menghampiri Luna Sandra, dan mengucapkan beberapa kata dan tentunya ucapan syukur karena putra dan istrinya baik-baik saja. Alpha Diego saat itu berpikir pack dan keluarganya akan hidup damai seterusnya. Tapi ia salah. Klan Vampire sangat geram pada Alpha itu, karena Diego Lord mereka tiada dan meninggalkan seorang pangeran kecil yang masih berusia 6 tahun bernama Richard. Dan saat itu putra Darius sudah paham akan kematian, dan kematian menjemput ayahnya. Saat itu Richard berjanji di depan jasad ayahnya, ia akan membunuh keturunan Alpha Diego. Dan ia pasti akan segera membalasnya. Ia berjanji! Flashback off... *** Xander hanya terdiam, mendengar seluruh kisah yang diceritakan Daddynya membuatnya cukup terkejut akan dendam klan Vampire pada pack mereka. "Kalau begitu, di mana batu merah itu Dad?" tanya Xander. "Kalung mu, baru merah itu Daddy selipkan di liontin mu," ujar Diego. Alis Xander terpaut, kemudian ia mengeluarkan liontin yang selalu ia pakai di lehernya. Matanya membelalak kaget, tidak menyangka batu merah yang diceritakan ada padanya. "Batu merah yang di tengah kalung ku ini adalah batu yang daddy ceritakan tadi?" tanya Xander tak percaya. Diego mengangguk. "Mulai sekrang berhati-hati lah, keturunan Darius tidak mengetahui bagaimana rupa batu itu, dan jaga batu itu," ujarnya. Xander mengangguk paham. "Omong-omong, bagaimana kau menemukan matemu, Nak?" "Aku melihatnya jatuh dari jurang perbatasan, Dad," jawab Xander. Dahi Diego mengernyit. "Ceritakan," titah nya. Xander mengangguk dan menceritakan pertemuannya dengan Aurora beberapa hari yang lalu. Ia menceritakan semuanya. Tanpa ada bagian yang tertinggal. *** Alpha Diego dan Luna Sandra sudah meninggalkan istana Redmoon Pack sejak satu jam yang lalu. Mereka berdua memang tidak tinggal bersama Xander di istana. Mereka memilih tinggal di dunia manusia, karena mereka menyukai dunia manusia dan ingin menghabiskan sisa umur di sana. Sejak tadi Aurora menjadi murung, ia mengingat percakapan nya dengan Luna Sandra tadi. Ia memang sudah tidak memiliki keluarga lagi. Tapi ia memiliki Anna. Sedang apa Anna sekarang? Aurora sangat merindukan nya. Apakah Anna mengira ia sudah tiada? Memikirkan itu membuatnya kembali sedih. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Xander, ia sangat bingung dengan perubahan sikap Aurora setelah kedua orangtuanya pergi. Aurora menggeleng. "Tidak ada." Xander tau Aurora bohong, pasti ada yang disembunyikan oleh matenya itu. Xander menarik tangan Aurora dan mendudukkannya di sebelahnya, ruang kursi yang kosong. "Jangan bohong, aku tau pasti ada yang kaus sembunyikan." Xander berucap, dengan nada lembut. Aurora menarik napasnya. "Apa aku memang tidak boleh keluar dari sini?" Xander terlihat diam, kemudian pria itu menghela napasnya. "Apa kau sangat ingin pergi dari sini?" Xander balik bertanya. Aurora mengangguk. "Aku merindukan sahabatku, Anna." "Baiklah, kau boleh pergi. Tapi aku harus ikut denganmu," ujar Xander. Aurora membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar. "Benarkah? Aku boleh pergi?" Xander mengangguk. "Tapi setelah itu kita harus kembali ke sini." Aurora mengangguk semangat. "Tidak apa! Yang penting aku bisa melihat Anna!" pekiknya girang. Xander tersenyum melihat wajah Aurora yang kembali ceria. "Sekarang sudah sore, apa kita akan pergi hari ini?" tanya Xander. Aurora menggeleng. "Kita pergi besok saja! Agar lebih lama sedikit," ucapnya. Xander mengangguk. "Baiklah, sekarang ayo ikut aku. Akan ku tunjukkan tempat yang bagus di istana ini." Aurora mengangguk dan mengikuti Xander. Tak butuh waktu lama, mereka berdua tiba di sebuah ruangan yang tertutup pintu yang menjulang tinggi. "Ruangan apa ini?" tanya Aurora. "Ayo masuk!" Tanpa menjawab pertanyaan Aurora, Xander menarik tangan gadis itu. Cklek! "Wah, besar sekali! Dan di sini banyak terdapat buku," decak Aurora kagum dengan interior perpustakaan di istana ini. Aurora sangat menyukai buku, dan ia pastikan jika tidak akan kebosanan karena di sini terdapat banyak buku. "Selagi menunggu malam tiba, kita habiskan waktu di sini. Aku yakin kau pasti suka," ujar Xander. Aurora mengangguk. Iya sangat suka dengan perpustakaan apalagi saat melihat banyaknya buku yang tersusun di rak dengan rapi. "Aku akan mencari buku novel dulu." Aurora berucap, tanpa menunggu Xander membalas ucapannya gadis itu sudah berlalu meninggalkan Xander yang masih berdiri diambang pintu masuk. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN