BAB 21. Mengintip

1022 Kata

Tiba-tiba saja Ayara sudah terbenam dalam pelukan Anggara. Beberapa detik lamanya keduanya terdiam, hanya suara napas yang terdengar. Ayara mati-matian berusaha menahan supaya napasnya tidak menderu. Dia tidak ingin Anggara tahu kalau dirinya saat ini sangat deg-degan. Kacau sekali rasanya. Tapi tentu saja Anggara tahu. Detak jantung Ayara bagaikan bedug yang ditabuh berulang kali. Lagi-lagi aroma khas maskulin Anggara membuat Ayara ingin menarik napas dalam-dalam. “Tuan Anggara.” “Sebentar lagi Ayara. Aku rindu Freya.” Deg. Kedua bola mata Ayara terbuka lebar. Entah kenapa hatinya sakit sekali mendengar kalimat Anggara. Padahal dia punya hak apa melarang sang bos rindu pada mendiang istrinya. Anggara merasakan sesuatu yang mendesak dalam pelukannya. Itu adalah sepasang aset kembar mi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN