Ayara menghela napas. Hemm … mau bagaimana lagi. Daripada aku tidak bekerja sama sekali dan tinggal di jalanan. Aku sungguh nggak mau ketemu dengan Mas Ryan dan ibu lagi! Akhirnya Ayara membaca pasal berikutnya. Semakin banyak yang Ayara baca, maka semakin pusing kepalanya. Banyak sekali persyaratan dari Anggara yang menurutnya berat sebelah. Hanya pihak Anggara saja yang diuntungkan atau boleh memberi syarat. Tapi lagi-lagi urusan kebutuhan ekonomi yang membuat Ayara tidak mampu berkutik. Dia menghela napas dalam lalu menyerahkan kemballi lembaran surat kontrak itu pada Anggara. “Baiklah Tuan, aku setuju.” Anggara tersenyum tipis. “Bagus. Sekarang kamu tanda tangan. Aku sendiri sudah tanda tangan.” Ayara segera menandatangani surat kontrak itu. Dia tidak mau banyak pikiran lagi, bagi

