Perawat mengantarkan Anggara ke bed Ayara. “Pak, saya tinggal dulu, nanti setelah Bapak mengurus kamar inapnya, bisa tolong temui saya lagi di depan. Saya yang akan membantu mengurus perpindahan Nyonya Ayara nanti.” “Baik Suster. Terima kasih.” Anggara berdiri di sana. Di dalam tirai ruang bed Ayara yang tertutup. Dilihatnya Ayara telah berganti dengan pakaian pasien. Lalu kedua matanya terbuka perlahan. “Tuan Axel?” Suaranya begitu lirih. Lemah sekali. Axel perlahan mendekati bed. Senyumnya canggung. “Ayara, apa kamu sakit? Uhh … maksud ku … kamu akan membaik. Tenang saja. Kamu sudah diobati.” Ayara mengangguk lemah. “Terima kasih, Tuan. Aku kira aku sudah meninggal.” Anggara menghela napas dalam. Dia menggeser satu kursi di sana, duduk di samping bed. “Ayara, apa sifat suamimu mem

