“Ohh ada Nona, itu.” Ayara mengikuti arah pandangan sang pelayan. Keningnya mengernyit. “Mana Mbak?” “Itu Nona, yang di atas meja kaca.” “Itu kan bukan baju Mbak?” Pelayan itu tersenyum. “Memang bukan Nona, bros itu seharga seratus sembilan puluh sembilan ribu.” “Hah?! Gila! Bros saja dua ratus ribu?!” “Tidak sampai, Nona. Harganya seratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah.” Pelayan tetap konsisten dengan senyum iklan pasta gigi. Ayara memutar kedua bola mata dengan malas, lalu melirik jam di dinding dan langsung melotot. Dia telah menghabiskan waktu lima belas menit pertama dan baru hanya mengambil satu piyama saja. Bisa-bisa kena hukum pancung nanti sama pak bos! Segera dia berjalan menuju lorong display dress. Ya, pikirnya, dia juga akan butuh dress, terlebih yang memiliki kanc

