"Jangan mati dulu, hutang mu masih belum terbayar...
Degh
" Om Chris..
Chris maupun Naya sama-sama menjeda kalimatnya. Naya menjeda kalimatnya karena terkejut, sedangkan Chris menjeda kalimatnya karena mendengar gumaman Naya.
Naya langsung melepaskan pelukan Kris, setelah ia sadar dari keterkejutannya.
" Om Kris kenapa bisa ada di kamarku? " tanya Naya penasaran Kenapa Kris bisa masuk ke dalam kamarnya.
" Sudahlah. Aku tidak punya banyak waktu untuk meneladani pertanyaan receh mu. Aku kasih satu kesempatan saja, untuk memberi satu penawaran sama kamu. Mau ikut aku keluar dari sini, atau tetap di sini, atau sekalian kamu mati di sini, tapi kalau kamu mati di sini, kamu tidak bisa mati dengan begitu mudahnya. Bayar dulu hutangmu sebelum kamu memilih untuk mengakhiri hidupmu. "Ujar Chris yang membuat Naya langsung mendengus kesal karena mendengar ucapan Chris. Bisa-bisanya Chris Masih memikirkan soal hutang yang tidak penting itu di saat dirinya merasa frustasi sendiri karena masalahnya dengan Ezi dan juga Liora tidak kelar-kelar.
" Tentukan pilihanmu sekarang juga, mau ikut, atau mau tetap di sini dan sekalian mati? "ujar Chris mendesak Naya untuk segera menentukan pilihannya.
"Memangnya kalau aku memilih untuk pergi Om Chris punya jalan untuk keluar dari sini? "tanya Naya penasaran karena Naya tidak mendapat jawaban dari Chris saat Naya ingin tahu gimana caranya Chris bisa sampai di kamarnya.
" Aku meminta kamu untuk menentukan pilihanmu, bukan terus melempar kalimat tanya. "Ujar Chris dengan penuh ketegasan langsung mendekati jendela kamar Naya, membuat Naya langsung mengikuti langkah Chris, dan memegang lengan Chris.
"Kalau memang Om Chris beneran bisa bawa aku keluar dari rumahku sendiri, aku ingin ikut. Bawa aku keluar dari rumah ini sekarang juga." Ujar Naya dengan penuh keyakinan, karena Naya bener-bener tidak ingin setiap hari menyaksikan apa yang dilakukan oleh kakaknya dengan mantan suaminya Chris mendengar ucapan Naya langsung mendorong punggung Naya hingga tubuh Naya berdempet pada tubuh Chris.
" Om mau apa? "tanya Naya dengan bingungnya.
" Bukankah kamu ingin ikut keluar dari rumah ini? Jadi tidak perlu cerewet. "Ujar Chris yang langsung menahan tubuh Naya, dan naik ke jendela, membuat Naya langsung berontak ingin melepaskan diri dari Chris.
" Om Jangan Gila ya! Kalau Om Chris mau mati, mati aja sendiri tidak perlu ngajak aku untuk menemani Om Chris mati. Aku masih ingin hidup, karena aku masih belum punya suami dan aku masih ingin merasakan menjadi seorang istri yang sesungguhnya, agar. ..
Chris yang mendengar ocehan Naya langsung menjepit bibir atas dan bawah Naya, hingga Naya tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena kesusahan.
"Bisa tidak, tidak nyerocos Terus. Kalau mau keluar dari rumah ini, Ayo berpegangan, tapi kalau kamu mau tetap di sini, bilang, biar aku tidak buang-buang waktu." Ujar Chris Seraya melepaskan tangannya yang sejak tadi membungkam mulut Naya.
" Tapi om Chris yakin kan, aku akan tetap hidup? " Tanya Naya yang merasa ragu untuk loncat dari jendela kamarnya yang super tinggi.
"Hemm." Hanya jawaban itulah yang keluar dari mulut Chris sebagai Jawaban dari pertanyaan Naya.
Chris mulai mempersiapkan diri untuk loncat dari jendela kamar Naya.
"Ini beneran kita loncat Om? Nggak ada pegangan atau tali apa gitu?" tanya Naya yang merasa ngeri melihat tingginya posisi dirinya saat ini.
Yah, Chris memang ingin loncat dari kamar Naya, dan itu tanpa tali dan memang tanpa alat apapun, hingga membuat Naya merasa ragu untuk ikut Chris keluar dari kamarnya. Naya khawatir, setelah ia loncat dari gedung rumahnya sendiri, ia tidak bisa lagi melihat dunia. Tanpa menjawab pertanyaan Naya, Chris langsung loncat dari kamar Naya dengan posisi tangan memeluk Naya, hingga Naya yang merasa tubuhnya seakan-akan terjun bebas begitu saja langsung memejamkan matanya, dan Chris melihat wajah Naya mulai terlihat sangat pucat, dan itu mungkin karena efek dari Naya yang merasa ketakutan.
Chris yang melihat Naya memejamkan matanya dan Detik berikutnya Chris merasa tubuh Naya semakin lemas, akhirnya Chris memutuskan untuk memeluk Naya dengan menggunakan kedua tangannya, hingga Naya semakin mengeratkan pelukannya, dan tidak berselang lama, tubuh Naya langsung ambruk bertepatan dengan kaki Chris yang sudah menyentuh halaman rumah Naya.
" Buka matamu, kamu masih belum mati. "Ujar Chris dengan nada dinginnya saat melihat Naya masih memejamkan matanya, padahal Chris tau Naya tidak pingsan. Dengan cepat Naya langsung membuka matanya, dan tidak dipungkiri Ternyata wajah Naya memang benar-benar sangat pucat. Naya yang merasa pusing, dan merasa tubuhnya sangat lemas, lalu bertanya apakah dirinya benar-benar masih hidup, ingin memastikan kalau dirinya benar-benar masih hidup.
"Ini beneran aku masih hidup?" tanya Naya merasa tidak percaya kalau dirinya masih hidup.
" Sudah kubilang, Aku tidak akan membiarkan mu mati dengan begitu mudahnya, karena kamu masih belum membayar hutangmu. " Ujar Chris yang lagi-lagi membuat Naya merasa kesal. Chris ingin meninggalkan Naya sendirian, tapi dengan cepat Naya berlari mengejar Chris, karena Naya ingin kembali ke rumah yang sudah ia beli, lebih tepatnya rumah yang ada di samping rumah Chris.
"Mau ke mana?" tanya Chris dengan nada dinginnya.
"Om kalau mau nolongin orang itu jangan nanggung-nanggung Om. Sekalian aja Om anterin aku pulang. Kita kan tetangga. Kita kan searah. Om kan juga mau pulang. Jadi ya sudah, sekalian kita pulang bersama. " Ujar Naya dengan memperlihatkan wajah imutnya, mencoba untuk merayu Chris untuk membawa dirinya juga, agar dirinya bisa keluar dari rumah yang di mana rumah itu ada Liora dan juga Ezi.
Menurut Naya , Chris yang memang mantan mafia, pantas untuk dijadikan sebagai perlindungan, karena posisi kamarnya yang berada di lantai 2, mampu Chris loncati atau lewati tanpa alat bantuan apapun, dan ternyata mereka baik-baik saja, tidak ada luka atau lecet di sebagaian tubuhnya, hingga membuat Naya merasa yakin kalau dirinya bisa kembali ke rumah yang seharusnya menjadi tempat tinggalnya itu dengan mudah tanpa diketahui oleh orang-orang Ezi apalagi diketahui oleh Ezi sendiri. Makanya Naya memutuskan untuk mengajak Chris untuk pulang bareng, karena sudah dipastikan ia akan merasa aman, kalau Chris sudah bisa melewati ketinggian seperti tadi, sudah pasti Chris bisa melewati jalan untuk menuju ke rumahnya dengan mudah juga.
" Hutangmu Sudah berapa banyak, dan itu belum terbayarkan meski hanya sepeser saja, tapi sekarang kamu masih minta tolong lagi, menambah hutang lagi, terus kapan mau bayarnya? "tanya Chris panjang lebar yang membuat Naya benar-benar semakin merasa kesal.
" Kalau memang Om tidak mau menolongku, Untuk apa Om Chris menolong aku untuk keluar dari rumah ini. Semuanya sia-sia dong. " Ujar Naya dengan wajah cemberutnya, dan Chris langsung membawa langkahnya untuk menuju mobilnya, tanpa mengajak Naya, tapi meski Naya tidak diajak, Naya tetap berlari mengejar langkah lebar Chris dan bahkan sampai ikut masuk ke dalam mobil Chris tanpa disuruh juga, membuat Chris geleng-geleng kepala.
Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam saja, tidak ada salah satu di antara mereka yang memulai untuk bicara. Keduanya sama-sama terdiam hingga mobil Chris berhenti di halaman rumahnya sendiri.
"Mau ke mana?" tanya Chris saat melihat Naya buru-buru Ingin turun dari mobilnya.
"Mau turun. Mau ke mana lagi?" jawab Naya yang dengan santainya malah mengakhiri dengan kalimat tanya.
" Sudah kukatakan, hutangmu sangat banyak, dan kamu masih belum membayarnya meski hanya sepeserpun. Jadi sekarang menginap di rumahku, karena aku tidak mau ranjangku kedinginan. "Ujar Chris yang langsung mencekal tangan Naya, lalu membawa Naya masuk ke dalam rumahnya.
Naya mengerti apa maksud kalimat Chris, dan Naya menolaknya karena Naya tau seperti apa kekejaman Chris di ranjang.
" Om, aku tidak mau. Tolong kali ini lepaskan aku dulu, " kata Naya saat Chris menarik dirinya untuk masuk ke dalam rumah tetangganya itu, untuk jadi penghangat ranjangnya.
"Perjanjian kita, kamu jadi penghangat ranjangku Tampa harus di tentukan itu kapan. Jadi kalau aku ingin nya sekarang, kamu bisa apa. " Ujar Chris seraya melempar tubuh kecil Naya ke atas ranjangnya.
"Kemari! " titah Chris dengan penuh ketegasan meminta Naya untuk mendekatinya. Naya dengan gerakan pelan beringsut mendekati Chris yang sudah terbaring di atas ranjang, lebih tepatnya di dekat dirinya.
"Buka! " hanya satu kalimat, sebuah perintah, mampu membuat Naya kesulitan untuk menelan air liurnya sendiri, karena Naya harus membuka resleting celana Chris.
Karena saat ini Chris dalam mode serius, Naya tidak bisa mundur, karena Naya tidak ingin bernasib sama dengan orang yang ada di foto yang pernah Naya lihat.
Dengan tangan genetaran, Naya membuka resleting celana Chris, dan..
Degh