“Ney, lu kenapa?” Pertanyaan Pam diabaikan, Neysa masuk ke pondok dengan air mata yang menetes, mata merah memberi tanda kalau dia menangis cukup lama. Pam, teman yang punya mimpi sama dengan Neysa segera menyusul Neysa yang sudah tengkurap di atas ranjang, bahunya bergetar, isakan teredam dalam bantal. Keadaan Neysa yang seperti ini terjadi satu tahun lalu saat mendapati dirinya hamil, yang dipikir itu hanya sakit biasa dan kembung karena banyak makan, ternyata hamil dengan janin yang sudah berdetak. “Ada apa?” Tanya Pam mengusap rambut Neysa. “Dia disini, bapaknya Baby.” “Dia disini? Lagi ngapain? Mau apa? Nyusul lu?” Neysa membungkus kepalanya dengan selimut saat mendengar mobil memasuki pekarangan. “Itu dia,” ucapnya tanpa melihat, sebab tidak pernah ada kendaraan mobil masuk ke j