Setelah tragedi seblak, Pandu masih teringat akan mimpinya bersama Zea. Pria itu lebih sering berada di kamarnya berkutat dengan laptop dan pekerjaannya tapi terus tersenyum karena membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi, dia dan Zea semalam bukan hanya mimpi. Satu saat, ketika Gisel tanpa sengaja melewati kamar Pandu, dia melihat sang ayah tersenyum dengan melihat layar ponselnya sedangkan laptopnya pun menyala. “Pa, kenapa senyum gitu? Menang tender?” tanya Gisel ingin tahu. Sontak hal itu membuat Pandu gugup dan tersenyum aneh pada anaknya. Pandu mencari alasan pada Gisel agar tidak dicurigai. “Ti-tidak, bukan itu. Papa sedang menerima hasil laporan pekerjaan. Semua berjalan dengan baik di Belanda. Karena itu Papa senang.” “Oh, mana? Gisel boleh lihat?” Seketika Pandu menutu