05 - MY WEDDING DRESS & GROOM

1753 Kata
MWDG.05 KEMBALI MEMBUKA LUKA LAMA Setahun yang lalu... Setelah tiga kali mengalami kegagalan pernikahan dengan berbagai alasan, aku yang merasa patah hati tidak ingin membuka hati untuk makhluk Tuhan yang bernama pria. Bukannya aku tidak lagi tertarik pada pria atau berubah menjadi wanita yang tidak normal. Namun aku yang tidak ingin lagi berhubungan dengan urusan perasaan, memilih untuk menyibukan diri dengan karierku. Bahkan setiap kali ada pria yang ingin mendekatiku, aku akan bersikap kaku agar mereka menjauh dariku. Aku tidak peduli dengan berbagai tanggapan dan penilaian para pria itu terhadapku. Karena kegagalan pernikahanku dua tahun lalu, sudah cukup membuatku dan keluargaku malu. Mungkin dulu aku pernah berpikir bahwa aku tidak akan bisa hidup tanpa cinta. Aku juga berpikir, tanpa cinta hidup akan terasa hampa. Namun semakin dewasa, pengalaman mengajarkanku bahwa cinta bukanlah segalanya dalam hidup. Buktinya aku masih bisa hidup dengan baik selama dua tahun terakhir walau tanpa sosok pria yang mendampingiku. Aku masih bisa berkarya dengan baik dan membahagiakan orang lain dengan berbagai gaun yang ciptakan. Dan aku bisa lebih fokus seutuhnya pada karierku tanpa harus merasakan yang namanya patah hati, kecewa, marah, dan perasaan lainnya yang diakibatkan oleh cinta. Bahkan hidupku terasa begitu tenang setelah bisa berdamai dengan keadaan. Awalnya memang terasa sulit menjalani hidup dengan dibayang-bayangi oleh masa lalu tentang cinta yang cukup membuatku malu. Apalagi hampir semua orang yang ada di Macau ini tahu bahwa aku telah mengalami 3 kali gagal menikah dengan berbagai alasan yang cukup kontorversial. Hal itu dikarenakan ketenaran keluargaku dengan status tingginya yang sangat diperhitungkan, serta kota Macau ini yang tidak terlalu luas. Sehingga berita baik maupun buruk tentang orang-orang yang terkenal di kota ini dengan mudah menyebar ke berbagai kalangan. Dan untungnya aku masih memiliki keluarga yang selalu mendukungku. Sehingga aku yang awalnya pernah merasa terpuruk, dapat bangkit kembali dalam waktu yang cukup singkat. Selama dua tahun terakhir ini, aku merasa hidupku begitu tenang tanpa ada permasalahan hidup yang berarti. Namun ketenangan itu terusik setelah aku mendengar berita mengejutkan tentang Daddy Damian Chen dari salah seorang sosialita Macau yang datang ke butik bridalku. Beliau adalah Nyonya Li Mei, istri dari Tuan Li yang merupakan rekan bisnis Daddy Damian Chen. Sambil melihat beberapa model gaun yang telah aku design untuknya, Nyonya Li Mei berkata, "Kai, aku menyukai semua design gaun yang telah kamu buat ini. Dan yang paling aku sukai adalah gaun ini. En... Tapi apakah model gaun ini bisa direvisi pada bagian lengannya?" "Ya, Aunty. Tentu saja boleh. Aunty ingin aku merevisi lengannya seperti apa?" Sambil menunjuk bagian lengan gaun pada salah satu design gaun yang telah aku buat, Nyonya Li Mei menjawab, "Aku ingin kamu menghilangkan lengan puff pada gaun ini lalu diganti dengan lengan cape. Aku ingin tampil menawan di pesta pernikahan Daddy mu." Seketika aku merasa kaget mendengar ucapan Nyonya Li Mei yang membicarakan tentang pernikahan Daddy Damian Chen. Puluhan tahun lalu Mommy ku Nyonya Besar Debora telah meninggal dunia karena sakit. Beberapa tahun lalu Daddy Damian Chen juga telah menikahi kekasih lamanya yang merupakan ibu dari Xaviera Zhou yang bernama Bibi Xiao Ling. Namun sayang, Bibi Xiao Ling mengalami depresi dan meninggal dunia setahun yang lalu. Dan kini aku mendengar bahwa Daddy Damian Chen akan menikah lagi. Membuatku yang merupakan putri beliau yang tidak tahu apa-apa tentang hal itu, merasa kaget dan bertanya, "Aunty, apa aku tidak salah dengar? Daddy ku akan menikah?" "Ya, benar. Memangnya kenapa, Kai? Kenapa kamu terlihat begitu kaget? Apa kamu tidak mengetahuinya?" "Tidak, Aunty. Aku tidak mengetahuinya. Dan Daddy pun tidak pernah bercerita kepadaku. By the way... Dengan siapa Daddy ku akan menikah, Aunty? Apakah Aunty mengenal wanita tersebut?" "Aku tidak mengenal dekat wanita yang akan menjadi calon ibu sambungmu itu, Kai. Tapi aku pernah bertemu dengannya di beberapa kesempatan saat Tuan Besar Chen membawanya ikut bersamanya menghadiri acara. Wanita itu terlihat cukup muda. Kira-kira seumuran dengan Drex." Aku semakin kaget mendengar jawaban dari Nyonya Li Mei tersebut. Selama ini Daddy Damian tidak pernah membawa wanita lain ke mansion. Apalagi memperkenalkannya kepadaku dan juga kakakku Drex Chen. Jika apa yang dikatakan oleh Nyonya Li Mei itu benar, siapa wanita yang tengah dekat dengan Daddy itu? Jika benar seumuran dengan kakakku Drex Chen, gadis mana yang akan menjadi ibu sambungku? Berita tentang Daddy Damian yang baru saja aku dengar ini benar-benar membuatku merasa pemasaran. "Kai... Kai... Kaili..." Nyonya Li Mei kembali bersuara sambil melambaikan tangannya di hadapanku. Aku yang baru saja tersadar dari lamunan singkatku, dengan segera menatap beliau yang masih duduk di hadapanku. Kemudian aku bersuara, "Ya, Aunty? Maaf..." "Apakah tadi kamu melamun, Cantik?" "En... Sedikit melamun. Hehe..." Aku menjawabnya dengan gugup. Kemudian aku yang tidak ingin melanjutkan pembahasan tentang Daddy Damian kembali bersuara, "Apa ada lagi yang mau direvisi, Aunty?" "En... Aku rasa cukup itu saja. Yang lainnya sudah OK." "Baiklah. Kalau begitu mari kita fitting dulu." "Oke." Nyonya Li Mei berkata sambil bangkit dari kursinya. Tadinya aku berpikir Nyonya Li Mei akan diam sampai di situ saja setelah aku mengalihkan pembicaraan seolah-olah tidak tertarik dengan pembicaraannya tentang Daddy Damian Chen. Namun setelah kami berdua berdiri saling berhadapan dan aku mulai mengukur tubuh beliau untuk memastikan ukuran pakaian yang beliau inginkan, Nyonya Li Mei kembali bersuara, "Kai..." "Ya, Aunty..." Aku menjawab sambil fokus pada angka yang tertera di meteran tubuh yang melingkar di pinggang beliau. "Aku tidak habis pikir dengan Daddy mu itu." "Memangnya ada apa dengan Daddy ku, Aunty?" "Beliau sekarang sudah menua dan sudah pernah dua kali menikah. Selain itu dari muda beliau juga sudah sering didekati oleh banyak wanita. Setidaknya untuk hal dunia, beliau sudah mencoba asam garam kehidupan." "Lalu?" "Kenapa Daddy mu begitu egois? Beliau memilih untuk menikah kembali dengan wanita yang seumuran dengan kakakmu. Tapi tidak berpikir untuk mencarikan jodoh yang terbaik untukmu yang sudah beberapa kali gagal menikah." Nyonya Li Mei berbicara dengan wajah santai tanpa memikirkan perasaanku. Seketika tanganku yang dari tadi mengukur beberapa bagian tubuh beliau terhenti. Ekspresi wajahku yang tadinya santai saat beliau membicarakan Daddy Damian Chen, kini berubah kaku saat beliau membicarakan tentang kehidupan pribadiku. Bukannya aku merasa tersinggung dengan apa yang beliau katakan. Sebagai orang tua dan cukup dekat dengan keluarga Chen, aku menghormati pendapat beliau yang mungkin saja menaruh rasa khawatir terhadapku. Namun sebagai seorang wanita yang sudah berulang kali mengalami kegagalan cinta, rasa sedih kembali muncul di hatiku. Bukannya aku menyesali apa yang telah terjadi terhadapku beberapa tahun terakahir ini. Juga bukan karena aku tidak bisa menerima kenyataan hidupku yang selalu gagal dalam urusan cinta. Karena aku yakin, pria yang telah aku temui di masa lalu bukanlah pria yang tepat untukku. Itu sebabnya Tuhan memisahkan kami dengan berbagai cara dan berbagai permasalahan berarti yang cukup menyayat hati. Namun dengan kembalinya Nyonya Li Mei membicarakan masa lalu cukup pahit itu, bagi ku sama saja dengan kembali membuka luka lama yang semestinya tidak perlu dibicarakan lagi. Aku yang saat ini sedang berjongkok, menarik nafas dalam untuk menekan rasa sedihku. Kemudian aku yang kebetulan juga baru saja selesai mengukur tubuh beliau, dengan segera bangkit sambil menghembuskan nafasa dengan lembut. Belum sempat aku berkata apa-apa untuk menanggapi ucapan beliau, Nyonya Li Mei kembali bersuara dengan wajah bersalah, "Kai... Maafkan aku. Mungkin apa yang baru saja aku ucapkan menyakiti perasaanmu. Tapi percayalah, sedikit pun aku tidak bermaksud untuk melakukan itu. Sebagai sahabat dari mendiang Mommy mu Debora, aku sangat peduli padamu. Bahkan saat beberapa kali kamu mengalami gagal menikah, aku ikut merasa sedih. Tapi maaf, aku tidak bisa dan tidak tahu harus berbuat apa. Saat Daddy mu menikahi Xiao Ling, aku pun tidak setuju. Karena aku tahu betapa cintanya Debora terhadap Damian hingga ia mau menahan lukanya sendiri agar kalian bisa hidup dalam keluarga utuh. Apa yang Aunty katakan tadi, semata-mata hanya karena Aunty peduli padamu." Aku tersenyum tipis kepada Nyonya Li Mei sambil melangkah kembali ke mejaku lalu berkata, "Tidak apa-apa, Aunty. Jangan merasa bersalah seperti itu. Aku tahu maksud baik dari Aunty. Meski aku ditinggalkan Mommy Debora saat bayi dan hanya merasakan kasih sayang beliau yang begitu singkat, sebagai temannya aku yakin Aunty juga menganggapku sebagai anak Aunty sendiri. Tapi bisakah kedepannya kita tidak membicarakan tentang jodohku? Aku sudah bahagia hidup seperti sekarang ini, Aunty. Aku bisa fokus dengan pekerjaanku tanpa harus memikirkan tentang cinta yang mungkin saja akan menyakitiku." "Syukurlah, jika kamu bisa berdamai dengan mudah. Aunty hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu." "Terima kasih, Aunty." Aku tersenyum tipis kepada beliau dan kembali berkata, "Dan untuk kisah cinta Daddy dan Bibi Xiao Ling, tidak usah diungkit lagi Aunty. Bibi Xiao Ling sudah tiada, alangkah baiknya kita mengaitkannya lagi dengan urusan dunia kita." "Ya, maafkan aku. Aku hanya terlalu emosional." "Mungkin memang bekas luka itu tidak akan hilang dengan mudah. Bahkan ada bekas luka yang seumur hidup tidak pernah hilang walau sudah diobati dengan apa pun selain operasi plastik. Tapi bekas luka yang sudah kering itu tidak akan kembali terbuka, jika kita tidak melukainya kembali. Semua sudah berlalu, Aunty. Lebih baik kita menatap masa depan yang lebih cerah." Baru saja aku selesai berkata, Fen Lian asistenku tiba-tiba muncul menghampiriku dan berkata, "Maaf, Nona. Pasangan pengantin dari keluarga Tuan Ming yang membuat janji temu hari ini sejak dua hari yang lalu sudah datang. Sekarang mereka telah berada di lobby bawah." Seketika aku merasa lega mendengar kedatangan calon pengantin yang sebelumnya telah membuat janji denganku. Bukan hanya karena aku akan mendapatkan keuntungan dari mereka. Juga bukan karena aku yang sangat suka membuat gaun untuk para wanita yang ingin tampil cantik lewat karyaku. Tapi aku juga merasa lega karena tanpa alasan apa pun, aku bisa mengakhiri pertamuanku dengan Nyonya Li Mei hari ini. Jika tidak, mungkin pembicaraan kami akan semakin dalam dan membahas berbagai hal. Karena aku tidak mungkin bersikap tidak sopan kepada beliau dengan meninggalkan pebicaraan begitu saja atau menyuruh beliau pergi. Jadi ini adalah alasan tersopan yang bisa aku gunakan untuk mengakhiri pembicaraan dan pertemuan dengan beliau. Aku menoleh ke arah Fen Lian dan berkata, "Baik. Mohon tunggu sebentar. Sebentar lagi aku akan menemui mereka." "Baik, Nona. Kalau begitu aku bawah dulu untuk memberi tahunya." "En..." Aku bersuara menanggapi ucapannya sambil menganggukan kepala. Kemudian aku kembali menatap Nyonya Li Mei yang masih duduk di hadapanku dan berkata, "Aunty, apa masih ada hal lain yang ingin di revisi?" "Tidak, Kai." "Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku harus menemui klien ku yang lainnya yang sudah menunggu." "Ya, silahkan. Aku juga harus pergi sekarang. Teman-temanku juga sudah menungguku untuk makan siang bersama di Macau Tower." "Baik, Aunty. Untuk gaun yang Aunty inginkan akan selesai dalam 3 hari kedepan. Jika gaunnya selesai lebih awal, Fen Lian akan menghubungi Aunty segera." "Baik. Terima kasih, Kai." "Sama-sama, Aunty. Hati-hati di jalan."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN