Udara pagi masih lembap, embun tipis menempel di dedaunan sepanjang jalan kompleks perumahan. Giana berlari dengan langkah cepat, rambutnya terikat ekor kuda yang bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya. Nafasnya teratur, matanya lurus menatap jalan di depan. Ia berusaha keras untuk mengabaikan suara-suara di belakangnya. Namun, dari belakang terdengar siulan yang memecah kesunyian pagi. Nada ringan dan santai, seolah-olah orang itu sedang benar-benar menikmati pemandangan indah. “Lihat kau, Giana,” suara berat Mark terdengar jelas, penuh ejekan yang dilapisi kekaguman. “Dengan setelan olahraga ketat begini… kau benar-benar seksi sekali. Pemandangan yang membuatku semangat lari pagi.” Giana langsung memperlambat langkahnya, menoleh ke belakang dengan mata membelalak kesal. Wajahnya memerah

