Giana berdiri terpaku di ruang tamu, masih menenteng tas Dior yang tadi ia pamerkan di kampus. Senyum manis yang sejak tadi menghiasi wajahnya langsung memudar ketika mendengar suara siulan Mark, yang terdengar santai namun jelas-jelas bernada menggoda. Ia menghentikan langkahnya, menoleh dengan tatapan tajam, satu alisnya terangkat tinggi. Lelaki itu bangkit dari sofa dengan sikap penuh percaya diri, mendekat perlahan seperti pemangsa yang sudah menemukan buruannya. “Tidak ada yang gratis di dunia ini, Giana,” ucap Mark sambil tersenyum miring. Nada bicaranya penuh arti, membuat udara di ruang itu seakan mengental. “Kamu pikir tas Dior itu cuma hadiah tanpa maksud? Sebagai imbalan, bagaimana kalau kamu makan malam denganku? Anggap saja… kompensasi kecil.” Giana menatapnya lekat, mencoba

