Pagi itu suasana rumah sudah panas sejak awal. Giana berdiri di halaman dengan wajah muram, menatap ban mobilnya yang kempes. Ia baru saja akan berangkat kuliah, tapi kini rencananya berantakan. Gadis itu mendengus keras, menendang kecil sisi mobilnya, penuh emosi. Mark muncul dari arah garasi, bersiul santai seolah tidak tahu apa-apa. "Sayang sekali ya, banmu bocor. Kau tidak mungkin ke kampus dengan kondisi begini," katanya dengan nada menggoda. Giana menoleh tajam, matanya menyipit penuh curiga. "Kau lagi yang melakukannya, kan?" suaranya dingin, penuh tuduhan. Mark hanya tertawa kecil, menutup wajahnya dengan tangan seolah berpura-pura tidak bersalah. "Astaga, masa pamannya sendiri dituduh begitu? Tapi kebetulan sekali aku sedang punya waktu luang. Aku bisa mengantarmu ke kampus."

