Mark keluar dari ruang praktek dokter dengan wajah muram. Meski diagnosa yang diterimanya tidak terlalu serius, hanya gangguan lambung akibat konsumsi sesuatu yang tidak bersahabat dengan tubuhnya, tetapi perasaan Mark lebih berat daripada sekadar sakit fisik. Itu semua gara-gara Giana. Gadis kecil yang selama ini ia kira bisa ditundukkan dengan uang dan rayuan murahan, ternyata berani melawan dengan cara licik. Rasa sakit di perutnya bukan hanya karena obat yang bercampur di kopi, tapi juga karena harga dirinya seolah dipermainkan. Ia mengemudi dengan lemah, lalu akhirnya sampai di apartemen mewahnya yang terletak di pusat kota. Begitu pintu otomatis terbuka, hawa dingin AC menyambut tubuhnya yang berkeringat. Mark menjatuhkan jas ke lantai tanpa peduli, lalu rebah di sofa empuk dengan e

