Pagi datang dengan cahaya matahari yang menembus tirai kamar Giana. Gadis itu duduk di balkon kamarnya, mengenakan piyama sederhana berwarna lembut. Di tangannya ada segelas s**u cokelat hangat, uapnya tipis mengepul ke udara. Pandangannya kosong, pikirannya masih digelayuti kegelisahan yang tak bisa ia ungkapkan. Malam tadi ia tidur dengan gelisah, merasa ada sesuatu yang aneh. Seakan ada bayangan yang masuk ke kamarnya, seakan ia tak benar-benar sendirian. Namun ketika bangun, semuanya tampak normal. Ia mencoba menepis pikiran itu, meyakinkan dirinya kalau mungkin hanya mimpi buruk akibat kelelahan. Giana menyandarkan punggungnya ke kursi balkon. Ia menyeruput s**u cokelatnya pelan, mencoba menenangkan diri. Tapi pandangan matanya tiba-tiba tertarik ke halaman bawah. Di sana, ia meliha

