Suasana rumah sore itu berubah begitu cepat ketika suara pintu depan terbuka. Giana yang masih kesal di kamarnya langsung mendengar suara berat yang sangat ia rindukan. “Papa!” seru Giana begitu kakinya menjejak lantai bawah. Gadis itu berlari menuruni tangga, gaun santainya ikut bergoyang, wajahnya langsung berubah manis penuh kerinduan. Begitu melihat Arka, sang Papa, berdiri di ruang tamu dengan koper di sisi kakinya, Giana langsung berlari memeluknya erat. Arka tertawa kecil, memeluk balik putrinya. “Sayang, pelan-pelan. Papa kan baru sampai. Bisa-bisa Papa jatuh kalau kamu nabrak gini.” “Papa, aku kangen banget!” Giana mengusap wajahnya ke d**a Arka seperti anak kecil, padahal usianya sudah 21 tahun. Ia tampak benar-benar manja. “Papa kemana aja lama banget di China. Giana sendiria

