Pagi itu udara masih dingin, matahari baru saja naik, sinarnya menyelinap lewat tirai kamar Giana. Gadis itu sedang sibuk menata buku kuliahnya di meja belajar ketika tiba-tiba pintunya terbuka pelan. Mark masuk begitu saja dengan handuk tersampir di bahunya, tubuh bagian atasnya telanjang, masih ada tetesan air di kulitnya seolah ia baru saja mencoba menyalakan keran air. “Gi, aku mau numpang mandi di sini,” ucap Mark santai, seolah itu hal yang wajar. “Kamar mandiku rusak, airnya mati.” Giana sontak menoleh dengan alis terangkat tinggi, lalu mendengus sinis. “Lucu sekali alasanmu. Rumah sebesar ini ada banyak kamar tamu, ada kamar mandi di bawah, tapi kenapa harus di kamarku?” Mark menyeringai, melangkah masuk lebih jauh. “Kamar tamu terlalu dingin, airnya kecil. Lagian, kamar mandi k

