Chapter 7

1840 Kata
Tok... Tok... Tok... Navaya terjaga dari tidurnya ketika mendengar suara ketukan pintu. Lagi, pintu kamarnya diketuk. Tak butuh waktu lama, gadis itu pun beranjak dari tempat tidur dengan langkah sedikit gontai akibat nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Sebelum membuka pintu, Navaya mengusap wajahnya beberapa kali, serta memfokuskan pandangannya. Setelah itu, barulah ia membuka pintu. Dan begitu pintu terbuka, seorang pelayan berdiri di depan Navaya. “Ada apa?” tanya Navaya. “Nyonya ingin Anda segera bersiap-siap. Sebentar lagi Ibu Mertua Anda akan datang menjemput Anda,” jelas pelayan tersebut. “Datang menjemputku? Untuk apa?” tanya Navaya. “Saya juga kurang tahu, Nona,” jawab sang pelayan. “Baiklah. Aku akan segera bersiap-siap lalu turun ke bawah,” ucap Navaya. Setelahnya, pelayan tersebut pamit dari sana dan Navaya kembali menutup pintu kamarnya. “Tante Shanum akan datang menjemputku? Untuk apa?” gumam Navaya. Ia lalu melirik ke arah jam yang masih menunjukkan pukul 07.30 pagi. Di saat bersamaan, ponsel Navaya berdering. Sebuah panggilan masuk yang berasal dari Zoya. Tanpa pikir panjang, ia pun langsung menjawab panggilan sang sahabat. “Halo,” sapa Navaya. “Halo,” balas Zoya. “Hari ini kau sibuk? Aku ingin mengajakmu ke pesta ulang tahun Sepupu-ku.” “Maaf, Zozo. Aku tidak bisa. Hari ini, aku harus pergi dengan Ibu pria itu,” tolak Navaya. “Calon Ibu Mertua-mu? Untuk apa?” tanya Zoya yang dibenarkan oleh gadis itu. “Kalian mau ke mana?” “Aku juga ti-” “Ah! Kemarin kau bilang kalau pernikahan kalian akan diadakan awal bulan depan. Pasti calon Ibu Mertua-mu ingin mengajakmu fitting gaun pengantin!” seru Zoya yang membuat Navaya tersedak. “Ja, jangan bercanda. Ku, kupikir bukan itu,” bantah Navaya gagap. “Kalau bukan itu, lalu apa? Pernikahanmu tinggal 3 minggu lagi. Persiapannya tidak lama lagi. Jadi, hari ini kalian akan pergi fitting gaun pengantin dan memilih cincin pernikahan,” tutur Zoya. “Ci, ci, cincin?!” “Iya. Kau pikir, menikah tidak menggunakan cincin pernikahan?” Navaya membisu. Ia tak tahu kalau dirinya akan melakukan persiapan pernikahan secepat ini. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Dadaanya naik turun akibat napas yang tidak teratur. “Halo, Yaya? Kau di sana? Halo?” panggil Zoya yang membuyarkan lamunan Navaya. “Ah! I, iya. Su, sudah dulu, ya. A, aku harus segera bersiap-siap. Bye,” putus Navaya kemudian langsung mengusap dadaanya yang masih berdebar. Ia lalu menghela napas panjang beberapa kali untuk menstabilkan jantungnya. “Aku harus mandi,” tegasnya kemudian segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sebagai pengalihan dari jantungnya yang terus berdebar. Tak butuh waktu lama, Navaya telah selesai mandi dan bersiap-siap untuk pergi bersama Shanum. Hari ini, gadis itu mengenakan dress selutut berwarna biru dongker yang dipasangkan dengan flas shoes hitam. Rambut pendeknya ia biarkan terurai. Beberapa saat kemudian, Navaya mendengar suara mobil datang. Berbekal lipbalm sebagai penyelamat bibirnya, gadis itu bergegas keluar dari kamar. Ia tak ingin membuat calon Ibu Mertua-nya menunggu. Tepat di pertengahan tangga, Navaya mendengar suara Freya yang saling bersahutan dengan suara Shanum. “Silakan duduk dulu. Aku akan panggilkan Navaya sebentar,” ucap Freya. “Sepertinya tidak perlu,” ujar Shanum sembari melirik ke arah Navaya yang baru saja selesai menuruni tangga. Gadis itu lalu mengulas senyum tipis kemudian menghampiri Shanum. “Bagaimana kabar kamu hari ini?” tanya Shanum lembut. “Baik,” jawab Navaya. “Maaf, ya. Tante tidak mengabari sehari sebelumnya kalau hari ini Tante mau ajak kamu keluar. Kamu pasti buru-buru saat bersiap-siap,” ucap Shanum. “Tidak apa-apa, Tante,” ujar Navaya mengulas senyum. Shanum pun ikut mengulas senyum kemudian meraih tangan gadis itu lalu mengusapnya lembut. “Oh, iya. Di mana Chessy?” tanya Shanum. “Chessy sedang di luar. Katanya harus mengurus masalah penting, jadi harus pergi pagi-pagi sekali,” jawab Freya. Bohong. Itu hanya alasan yang Freya berikan pada Shanum. Karena nyatanya, sudah 2 hari Chessy tidak pulang ke rumah. Tepatnya setelah pertengkaran antara wanita itu dan Navaya. Bukan hanya Chessy, Devan pun ikut menghilang bersama sang Kakak. Navaya telah berusaha menghubungi kedua saudaranya tersebut. Namun, tidak ada satu pun dari mereka berdua yang menjawab panggilannya. Hingga membuat gadis itu khawatir. Sementara itu, Freya dan Arfan telah menyuruh orang untuk melacak kedua anaknya tersebut. Hasilnya, Chessy dan Devan sedang menginap di salah satu hotel yang berada cukup jauh dari rumah mereka. Mengetahui keberadaan keduanya, Navaya dan kedua orang tuanya pun merasa lega. Meski begitu, mereka sama sekali tak berniat membujuk Chessy dan Devan untuk pulang. Karena, mereka tahu kalau Chessy sedang butuh waktu untuk menyendiri. Dengan adanya Devan di sampingnya, wanita itu pasti akan tetap aman. Karena Devan merupakan orang paling bisa diandalkan untuk menjaga Chessy. “Sayang sekali. Padahal aku juga ingin mengajak Chessy pergi. Pasti suasananya akan lebih ramai,” gumam Shanum yang hanya dibalas senyum canggung oleh Freya. Sementara Navaya hanya bisa terus tersenyum seperti orang bodoh. “Ya, sudah. Kalau begitu, kami pergi dulu sebelum semakin siang,” pamit Shanum. “Navaya berangkat dulu, Ma,” sambung gadis itu. “Iya. Hati-hati di jalan,” ucap Freya. Setelahnya, Shanum dan Navaya pun beranjak dari rumah berlantai 2 tersebut. Di awal perjalanan, suasana mobil mereka terasa hening dan sedikit canggung. Sampai tak lama kemudian, suara Navaya terdengar. “Tante,” panggil Navaya. “Iya, Sayang,” sahut Shanum. “Apa Navaya boleh bertanya?” tanyanya. Shanum mengulas senyum, “Tentu saja, Sayang. Kamu mau bertanya apa?” “Mmm .... Sekarang kita mau ke mana?” tanya Navaya. “Oh, iya. Tante lupa kasih tahu kamu. Hari ini, kita akan fitting gaun pengantin kamu. Pernikahan kalian sudah semakin dekat, jadi kita harus segera fitting gaunnya sekarang. Sekalian juga, setelah itu kita akan pergi membeli cincin. Untuk sisanya, biar Tante yang urus,” tutur Shanum. Teng. Navaya membeku di tempatnya ketika ucapan Zoya menjadi kenyataan. Hari ini, ia akan pergi untuk fitting gaun pengantin dan membeli cincin. “Tapi, kamu tenang saja. Tante sudah menyuruh Azka untuk mengosongkan jadwalnya hari ini. Jadi, kalian bisa fitting baju sama-sama,” bisik Shanum yang justru membuat Navaya menjadi salah tingkah. ‘Tenanglah, Navaya. Ini hanya sekadar mencoba baju. Sama sekali tidak ada hal istimewa. Tidak ada salahnya jika kami bertemu. Lagi pula, pria itu pasti juga tidak memiliki perasaan padaku. Aku memang tidak alasannya memilihku. Tapi, aku bisa memastikan satu hal itu.’ Navaya membatin. Tak berapa lama kemudian, mobil berhenti di depan sebuah butik terkenal akan karya-karya gaunnya yang indah. Tanpa menunggu lama, Shanum langsung mengajak Navaya untuk masuk ke dalam. Sesampainya di dalam, mereka berdua segera disambut oleh seorang wanita berusia pertengahan 30 tahun. “Selamat datang, Shanum,” sambut wanita tersebut. Mia Wimala yang merupakan seorang desainer, sekaligus pemilik dari butik tersebut. “Hai, Mia,” balas Shanum kemudian memeluk wanita tersebut. “Apa kabar? Lama tidak bertemu denganmu,” ucap Mia hangat. “Kabar baik. Kau semakin cantik saja,” puji Shanum yang membuat Mia malu. “Ya, ampun. Kau juga semakin cantik,” balas Mia. Matanya lalu menangkap sosok Navaya yang berdiri tak jauh dari Shanum. “Oh, iya. Siapa gadis cantik itu?” “Ah. Perkenalkan, ini calon menantu-ku,” ucap Shanum sembari menarik Navaya ke sisinya. “Namanya Navaya.” “Halo,” sapa Navaya mengulas senyum. “Calon menantu?!” seru Mia terkejut yang diangguki oleh Shanum. “Wow! Ternyata putra-mu sudah mau menikah.” “Iya. Usianya sudah tidak muda lagi. Jadi, dia harus segera menikah. Dan kebetulan, aku mendapatkan menantu yang baik untuknya,” tutur Shanum. “Kau benar-benar mendapatkan menantu yang baik. Lihat wajahnya yang sangat cantik dan polos. Kulitnya yang putih dan halus, terlihat sangat terawat. Suaranya juga sangat lembut. Belum lagi tubuhnya yang sangat ramping, meskipun tidak terlalu tinggi. Benar-benar perfect,” puji Mia membuat Navaya menjadi malu. Sementara Shanum yang mendengar hanya mengulas senyum. Apa yang Mia katakan memang benar. Wanita itu tidak sedang melebih-lebihkan. “Jadi, kalian datang untuk fitting gaun pengantin?” tanya Mia yang dibenarkan oleh Shanum. “Kalian sangat beruntung datang hari ini. Telat sehari saja, kita tidak akan bisa bertemu. Karena, besok aku harus berangkat ke Bali untuk menghadiri pernikahan salah satu klien-ku.” “Baguslah. Kami tidak datang sia-sia hari ini,” ujar Shanum. “Ayo, masuk. Aku akan memperlihatkan beberapa gaun yang baru-baru ini kubuat,” ucap Mia. Wanita itu lalu mengajak Navaya dan Shanum masuk ke dalam sebuah ruangan pergi yang cukup besar. Di mana terdapat beberapa gaun berwarna putih yang semuanya terlihat sangat indah hingga membuat Navaya terpukau. “Silakan, Navaya. Kamu mau yang mana? Aku yakin, gaun mana pun yang kamu pilih, ukurannya pasti akan pas di tubuhmu. Kalau tidak ada yang kamu suka, bilang saja. Aku akan membuatkan gaun yang sesuai dengan keinginanmu,” tutur Mia yang hanya diangguki oleh Navaya. Setelahnya, gadis itu mulai memilah beberapa gaun pengantin yang terpajang. Semua gaun tersebut sangat indah dan mewah sampai membuat Navaya bingung harus memilih yang mana. Sampai akhirnya, mata gadis itu jatuh pada sebuah gaun off shoulder dengan motif bunga. “Apa aku boleh pilih yang ini?” tanya Navaya. Mia mengulas senyum lebar kemudian bergegas menghampiri Navaya bersama Shanum. “Pilihan yang tepat. Ini adalah salah satu gaun terbaik yang kubuat. “Ayo, cobalah. Gaunnya pasti akan akan sangat bagus saat kamu pakai,” pinta Mia kemudian membawa Navaya masuk ke balik tirai besar untuk membantu gadis itu memakai gaun tersebut. Sementara itu, Shanum yang tak sabar untuk melihat penampilan Navaya hanya bisa duduk di sofa. Sampai tak berapa lama kemudian, tirai terbuka dan Navaya telah siap dalam balutan gaun pilihannya. Motif bunga yang terdapat pada gaun hingga lengan gaun tersebut membuat penampilan Navaya terlihat dreamy dan feminim. Bawahan yang lebar dan lengan yang berbentuk lonceng sangat sempurna di tubuh gadis itu. Tak lupa dengan bando bunga yang terpasang di rambut Navaya. Meskipun hanya sebagai pemanis tambahan sementara, tapi gadis itu terlihat sangat cantik dibuatnya. “Ya, Tuhan! Navaya, kamu terlihat sangat cantik, Sayang,” seru Shanum memuji. Wanita paru baya itu lantas beranjak dari duduknya menghampiri sang calon menantu. Meneliti penampilan Navaya yang terlihat sangat sempurna. “Benar, ‘kan? Sudah kubilang kalau gaun ini akan sangat pas di tubuhnya,” sahut Mia bangga yang diangguki oleh Shanum. Sementara itu, Navaya hanya bisa terdiam malu dan membiarkan kedua orang tersebut terus memuji penampilannya. Meskipun jauh di hati gadis itu, ia merasa sangat malu mendapat pujian tersebut. Walau begitu, Navaya juga tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya ketika melihat pantulan dirinya sendiri pada kaca. Ia bahkan sampai tak bisa mengenali dirinya sendiri dalam balutan gaun tersebut. Suara ketukan pintu lantas mengalihkan perhatian mereka. Tak lama setelahnya, pintu terbuka dan salah satu pegawai butik masuk. “Ada apa?” tanya Mia. “Ada pria yang datang mencari Ibu Shanum, Bu,” jawab sang pegawai. “Itu pasti Azka. Akhirnya, dia datang juga,” ujar Shanum tersenyum yang entah mengapa membuat jantung Navaya mulai berdebar. “Persilakan dia masuk,” pinta Mia. “Baik,” ucap pegawai tersebut kemudian pamit dari ruangan tersebut. Tak berapa lama kemudian, seorang pria pun masuk ke dalam. ------- Love you guys~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN