37

2626 Kata

Beberapa hari setelah kejadian di kafe, suasana rumah mereka seperti perang dingin. Harum sering diam berjam -jam, enggan bicara. Roy tetap berusaha melayani, menemaninya makan, memijat kakinya yang bengkak, bahkan tetap menyiapkan kebutuhan Harum. Namun, setiap kali ia mendekat, tatapan curiga itu masih saja muncul di mata istrinya. Suatu malam, ketika hujan deras mengguyur, Harum duduk di kursi goyang dekat jendela. Tangannya mengelus perutnya yang semakin besar. Air mata diam-diam menetes, meski ia berusaha menghapusnya cepat -cepat. Roy, yang baru keluar dari kamar mandi, melihat pemandangan itu. Ia berdiri lama di ambang pintu, bingung apakah harus menghampiri atau membiarkan istrinya sendiri. Tapi akhirnya, ia melangkah pelan, lalu berlutut di depan Harum. "Rum … aku tahu kamu bel

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN