39

2834 Kata

Pagi itu, matahari masuk lembut lewat jendela kamar. Harum baru saja terbangun, tubuhnya masih terasa berat. Perutnya yang besar membuatnya sulit bangun dari posisi berbaring. Sebelum ia sempat berusaha, Roy sudah datang dengan sigap, membantunya perlahan duduk. "Pelan -pelan, Rum. Jangan maksain," ucap Roy sambil menyelipkan bantal di belakang punggung istrinya. Harum tersenyum samar, meski wajahnya pucat. "Aku merasa kayak nenek -nenek, Roy. Semua jadi serba lambat." Roy terkekeh, lalu duduk di sampingnya. "Nenek- nenek paling cantik yang pernah aku lihat. Dan … yang sedang bawa hadiah terindah buat kita." Tangannya mengusap lembut perut Harum, lalu menempelkan bibirnya di sana. Harum menunduk, menatap adegan itu dengan mata basah. "Kamu nggak pernah capek ya, Roy? Semua ini kelihata

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN