40. Protracted Anger

1452 Kata

“Wajar kalo dia labil, wajar kalo dia ngeselin, wajar kalo bisanya cuma bikin kamu gondok, wajar kalo dia masih pengin main, wajar … dia anak-anak. Mungkin nggak bisa masak, mungkin nggak bisa ngurus anak. Kamu ngerti maksud Ibu?” Sean mengerjap, dia mendesah. Petuah ibunya menyapa menembus ingatan. Sean pun mematikan ovennya ketika semua kue dan brownies sudah matang. Tinggal memberikan toping saja kepada mereka, namun sulit dilakukan sebab hatinya tidak tenang. Membuatnya harus mengintip Rahi terlebih dahulu sebelum merampungkan kegiatan. Sean membuka pintu kamar, melihat sosok istri kecilnya yang tidur memunggungi pintu, ada rasa tidak nyaman di hati ketika melihat Rahi seperti itu. Sean yakin, Rahi tidak sedang benar-benar terlelap. Diembuskannya napas berat. Lalu pintu kamarnya dia

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN