Yasmin membuka matanya, sebuah kamar bernuansa biru muda dengan hiasan ala-ala kerajaan zaman dulu sedikit membuat Yasmin merasa lega, kejadian bersama Shen Amun Ra di sungai Nil tadi benar-benar menguras tenaganya, Yasmin sangat lelah, badannya terasa aneh. Entah bagaimana caranya Yasmin bisa berada di rumah sepi ini?! Seingatnya dia bersama Shen Amun Ra atau pemilik nama asli Amenophis itu di sungai Nil yang letaknya berada di dalam bawah tanah.
"Uhh ... " rintihnya, memegangi bahunya.
Pria tua dengan usia sekitar tujuh puluh tahun tersenyum menatapnya. "Selamat sore, Nak. Kau sudah sadar?" tanya-nya, pelan.
"Em ... selamat sore--" Yasmin bingung harus memanggilnya apa? Ini baru pertama kali mereka berjumpa.
"Robert Davidson, Nak. Aku adalah pria yang kau tunggu dari kemaren, siang."
"Oh!! Anda?! Maaf, aku ... "
"Panggil aku kakek, Nak. Jangan terlalu formal. Bisa, kan?" ramah tamahnya membuat Yasmin tersenyum ringan.
"Tentu saja, Kakek. Nama saya Yasmin. Saya asal Indonesia."
"Saya tahu, Nak. Maaf telah membuatmu kesusahan kemaren."
"Tidak apa-apa, Kakek. Yasmin sudah baik-baik saja. Hanya saja ..." Yasmin menghentikan ucapannya, haruskah dia mengadu soal Shen Amun Ra padanya?! Bagaimana kalau pria ini membelanya? Bagaimanapun juga, Shen adalah putra angkatnya.
"Kenapa, Nak? Katakanlah," pinta Robert, menatap gadis yang saat ini tengah gelisah.
"Hanya saja ... "
"Shen Amun Ra?!" tebak Robert Davidson, seperti tahu apa yang ada di pikiran Yasmin.
Yasmin salah tingkah. "Iya, Kakek. Di mana dia sekarang? Apakah di sini?!" tanya Yasmin, membenarkan posisi tidurnya.
"Shen lagi dalam masa pemulihan, Nak. Aku baru saja selesai mengoperasi atau lebih tepatnya memasangkan mata yang kudapat dari luar kota untuknya. Aku juga merawat luka di wajahnya, setelah ini kau tidak perlu takut lagi. Wajahnya akan sama seperti manusia pada umumnya, tampan," jelasnya membuat Yasmin heran sekaligus kagum dengan sikapnya. Bagaimana bisa orang sebaik dia membangkitkan mahkluk jahat seperti Shen Amun Ra.
"Bagaimana dengan lukamu, Nak? Apa sudah baikan?" tanya Robert, membuat Yasmin kebingungan, seingatnya dia tidak terluka.
"Luka?! Luka yang mana, Kakek?Yasmin baik-baik saja!" ucapnya membuat sang kakek tersenyum ramah.
"Shen bilang punggungmu menghantam batu saat mandi di sungai Nil. Itulah sebabnya aku memberikan suntikan pereda rasa sakit di tubuhmu," ucap Robert dan lagi-lagi Yasmin dibuat bingung oleh ucapannya.
"Menghantam batu?! Tidak!! Yasmin tidak menghantam batu, Kakek!! Justru Shen Amun Ra menempelkan sesuatu di punggung Yasmin, rasanya sangat sakit, seolah semua nyawaku berkumpul jadi satu dalam tanda itu, bahkan sampai sekarang sakitnya masih terasa," ucap Yasmin, sementara Robert Davidson tersenyum mendengar ucapannya. Dia mengambil air putih dan mendekat ke arah Yasmin.
"Boleh aku lihat?" pinta Robert Davidson, penasaran.
"Tentu saja, Kakek." Yasmin membelakanginya dan menunjukkan sesuatu di punggungnya.
"Astaga!!" gelas di tangan Robert Davidson terjatuh, dia membulatkan kedua matanya tidak percaya! Wajahnya pucat, dahinya berkeringat! Tubuhnya bergetar hebat.
"Tato emas berbentuk kalajengking?! Bagaimana bisa Amenophis memberikan tanda ini padamu?! Apa yang kau lakukan padanya?! Anak itu sudah melewati batas!" Seru Robert mencari tempat duduk dan menjatuhnya badannya di sana.
"Me-memangnya kenapa, Kakek?! Jangan membuatku takut?!" tanya Yasmin, berdetak jantungnya.
"Kau tidak masalah, Nak. Justru anak angkatku-lah yang bermasalah!" jawab Robert, melemah. Nafasnya terengah-engah! Memang apa hebatnya tanda ini hingga membuat Robert gelisah?! Yasmin dibuat penasaran olehnya.
"Maksud, Kakek?!" seru Yasmin, kebingungan.
"Itu adalah tanda atau nyawanya Amenophis, Nak. Bisa dibilang kau akan jadi penentu hidup dan matinya, kalau kau hidup, maka dia akan hidup, tapi kalau kau tiada, maka dia juga akan tiada."
"Apa?! Bagaimana bisa begitu, Kakek?!" Yasmin semakin penasaran dan cemas.
"Entahlah, Nak. Aku pernah meminta tanda itu agar aku pasang di tubuhnya dan dia bisa hidup abadi, tapi Shen menolak. Dia bilang dia hanya akan mempersatukan makam orangtuanya dan setelah itu mengakhiri hidupnya. Dia bilang percuma hidup abadi kalau tidak ada teman sejati, dan sekarang! Entah kenapa dia meletakkan nyawanya di tubuhmu?! Itu adalah tanda dari Raja-raja terdahulu, lebih tepatnya ... King kalajengking yang membuatnya, itu benda paling rahasia dan berharga, hanya Fir'aun tertentu yang mendapatkannya, itulah kenapa ada yang sampai mengaku Tuhan, tapi setelah benda itu dihilangkan, hanya Fir'aun tertentu yang mendapatkannya, bentuknya seperti kristal tapi jika ditempelkan ke tubuh, akan merasuk ke dalam darah dan tatonya berbentuk kalajengking emas. Para Firaun zaman dulu selalu berebut dan ingin mendapatkannya, tapi pengkhianatan, penipuan, dan peperangan membuat barang itu disembunyikan. Tapi Ahmose 1 menemukannya, ayahnya Shen. Karna tidak mau hidup abadi, Ahmose1 menyerahkan barang itu pada putranya, Firaun generasi ke delapan belas. Orang yang saat ini ada bersama kita, Shen Amun Ra." penjelasan Robert sukar dipercaya tapi juga tidak mudah untuk disanggah, orang zaman dulu selain hebat juga sukar untuk ditumbangkan, itulah sebabnya kenapa ada yang sampai berusia ratusan tahun dan kadang hidup kembali. Bahkan mengawetkan jasad dalam bentuk MUMMY.
"Itu artinya ... apa aku akan hidup abadi, Kakek?!" Yasmin gemetar ketakutan.
"Tidak pasti, Nak. Orang yang mempunyai tanda itu hanya akan mati oleh tombak King kalajengking sendiri! Beliaulah yang membuat tanda itu! Entah dengan cara apa logika seperti kita sukar untuk menerimanya! Dan untuk saat ini, tombak itu tidak bisa ditemukan."
"Astaga! Aku tidak mau hidup abadi, Kakek."
"Itulah yang jadi kekhawatiranku, Nak. Entah kenapa Shen Amun Ra ingin kau menemaninya?! Dia akan tiada jika kau juga tiada. Tapi ketentuan yang Maha Kuasa, tidak ada satu pun manusia yang bisa menolaknya."
Yasmin gemetar tubuhnya, dia semakin putus asa. Bagaimana kalau kakaknya, Yoanna, bertanya?! Tapi entahlah! Yasmin kehabisan kata-kata. Membayangkan hidup abadi tanpa kakak dan orang-orang yang dicintainya saja sudah membuatnya merana.
"Tapi, Kakek. Yasmin masih tidak percaya! Bagaimana bisa nyawa Shen ada bersamaku, bukankah hanya aku yang mempunyai tanda itu?!" kepala Yasmin seakan ingin meledak dengan berbagai pertanyaan di otaknya. Dia meremas rambutnya mengurasi rasa sakit di kepalanya.
"Sebelum tanda itu ada di tubuhmu, tanda itu sudah ada di dalam tubuh Shen Amun Ra, Nak. Dia melepaskannya dari tubuhnya dan memberikannya padamu, secara otomatis nyawanya ada bersamamu! Itulah sebabnya tadi aku bilang! Logika kita dengan logika manusia zaman dahulu sangatlah jauh berbeda! Misal seperti kisah Dewa-Dewi Yunani, Vampir-vampir China, bahkan kisah para Nabi bagi umat muslim yang sangat hebat dan sukar dilawan itu juga tidak masuk akal, bukan?! Tapi sejarahnya ada! Seperti Piramida, itu juga kenangan dari masa mereka. Hanya kita yang mau mempercayainya atau tidak. Tergantung pilihan atau kepercayaan."
"Huft ... baiklah! Lalu bagaimana mungkin Ahmose1 memberikannya pada Fir'aun generasi ke delapan belas?! Bukankah Ahmose1 itu bisa hidup abadi?!"
"Ahmose1 sangat mencintai Istrinya, Nak, namanya Ahmose Nefertari, saat Ahmose1 menemukan benda itu, Ahmose Nefertari sudah tiada. Itulah sebabnya Ahmose1 memberikan benda itu pada putranya, dia ingin cepat-cepat tiada dan menyusul istri tercintanya, tidak mau hidup di dunia, setidaknya ... itulah kata Shen Amun Ra, putra mereka," jawab Robert Davidson, menjelaskan pada Yasmin apa yang pernah Shen ceritakan padanya sebelum bertemu dengan Yasmin.
"Ya sudah. Lupakan tanda itu, Kakek. Yang pasti! Aku akan tiada karna ketentuan dari yang Maha Kuasa. Bukan Fir'aun kejam seperti dia!!" Yasmin menunduk berusaha menenangkan hatinya.
"Kau benar, Nak. Sebaiknya kita bahas masalah lain saja. Tubuhmu masih lemah, tanda itu banyak menguras tenagamu."
"Iya, Kakek. Rasanya masih sakit."
"Aku akan merawatmu, Nak."
"Terima kasih, Kakek. Oh ya! Bagaimana Kakek bisa bahasa Indonesia?" tanya Yasmin, berusaha mengalihkan pembicaraan. Baru pertama berjumpa dengan atasannya Yasmin merasa nyaman.
"Karna istriku orang Indonesia, Nak."
"Wah! Benarkah?! Lalu Shen?! Bagaimana bisa dia paham bahasa Indonesia?! Bukankah dia berasal dari masa lalu?!" tanya Yasmin, ingin tahu.
"Putraku paham segala macam bahasa, Nak. Saat menjadi Firaun, beragam orang dari belahan dunia datang padanya dan berniaga dengannya. Shen atau pemilik nama asli Amenophis itu memperlajari bahasa mereka, dia sangat cerdas bahkan saat usianya masih sangat muda," jelas Robert membuat Yasmin tiba-tiba kagum padanya. Selain penguasa tanah mesir. Dia bisa bahasa dari negara manapun.
"Astaga," gumam Yasmin, tanpa sengaja.
"Kenapa, Nak?"
"Eh!! Tidak ada apa-apa, Kakek!" seru Yasmin, salah tingkah. "Oh ya! Satu lagi, Kakek. Bagaimana mungkin Shen akan menyatukan jasad kedua orangtuanya?! Bukankah mereka sudah dimuseum-kan?!" lagi-lagi Yasmin bertanya demi memuaskan rasa ingin tahunya.
"Mummy yang ada di museum belum tentu milik orangtuanya, Nak. Apa kau pernah dengar? Tentang Firaun yang tenggelam di lautan merah?!"
"Pernah, Kakek. Tapi apa hubungannya?! Kalau tidak salah, dia ditenggelamkan oleh Nabi Musa menurut kepercayaan orang Muslim," jelas Yasmin, apa adanya.
"Itulah, Nak. Kita tidak tahu Firaun yang manakah yang tenggelam di sana? Apa generasi pertama? Kedua? Ketiga? Atau entah ke berapa? Hanya Tuhan saja yang tahu. Tapi yang jelas, kita hormati saja apa yang dikatakan oleh dunia. Soal kepercayaan, kita simpan dalam hati saja."
"Kau sangat bijaksana, Kakek. Dan dari yang aku dengar, orangtua Shen, berada dalam salah satu museum terkenal di dunia. Entah benar atau tidak! Semoga suatu saat makam mereka bisa bersama disatukan oleh Shen Amun Ra." doa Yasmin, tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam.
"Semoga, Nak. Aku kagum pada kisah cinta mereka berdua."
"Sama, Kakek. Ratu Nefertari adalah Ratu mesir favoritku setelah Cleopatra."
"Kau ini ada-ada saja," Robert tertawa, sementara Yasmin jadi terhibur karna keramahannya.
****
Hanya fiksi belaka, boleh percaya boleh tidak, yang penting nikmatin ajjaaaahhh ... wkwkwwkwkkw
Tekan tombol love, dan komen ya, Sayang.
Terima kasih ...
TBC.