Restoran itu berada di pusat kota. Tempatnya tidak terlalu besar, tapi pemilihan interiornya patut diacungi jempol. Tenang, nyaman, dan estetik. Satria memilih sebuah meja dengan dua kursi di dekat jendela. Seorang pelayan mendatangi mereka segera setelah mereka duduk. "Bagaimana?" Satria berusaha mencari tahu pendapat Fira tentang tempat baru ini. Fira tersenyum dan mengangguk. "Cukup bagus. Kalau makanannya juga oke, aku tidak keberatan kembali lagi suatu hari." Satria tidak bisa menahan senyumnya. "Oke, aku akan mengajakmu lagi. Katakan saja kapan kamu punya waktu. Aku siap!" Senyum Fira mendadak kaku, terkejut dengan kalimat Satria yang baginya memiliki makna ganda. Matanya yang indah menatap Satria tanpa kedip. Pupilnya bergerak memindai wajah tampannya. Pria ini...... Apa dia

