Secepat kilat Akara pergi setelah konferensi berakhir. Ia hanya menjawab sapaan rekanan sesama dokternya dengan anggukkan kepala dan sisanya ia memilih mengabaikan. Akara menaiki taksi pertama yang dilihatnya dan langsung memerintahkannya untuk pergi ke bandara. Berharap ia bisa mendapatkan jadwal penerbangan tercepat. Sesampainya di Soekarno Hatta, Akara kembali dengan terburu-buru mencari taksi. Dia masih belum tenang jika belum sampai di kediamannya dan melihat bagaimana kondisi Rianna. Meskipun istrinya mencoba menenangkannya, Akara sendiri tahu bahwa istrinya pun sebenarnya merasa cemas dan takut dengan kondisi kehamilan yang kini sedang dialaminya. Akara sampai ke rumah tepat saat adzan magrib berkumandang. Di depan apartemen, Akara berdiri dan mencoba menetralkan napasnya sebelu