“Git, kamu aja yang ngasih makan siang pak direktur, ya? Dia ‘kan suami kamu. Aku nggak berani ngadep pak direktur, mukanya ditekuk bangat.” Salah seorang staf sekretaris menyodorkan nampan berisi makan siang Reymond. Gita mengangguk, menerima nampan itu. Sebenarnya memang biasanya ia yang melakukan tugas itu. Tapi karena kejadian semalam, ia jadi tak bisa bersikap manis seperti biasanya di depan Reymond. Seperti pagi tadi, Gita memang menyiapkan sarapan seperti hari-hari sebelumnya. Mereka makan bersama sebelum berangkat ke kantor, tapi meja makan itu senyap. “Enak makanannya, Mas? Kamu suka?” tanya Gita di sela-sela sarapan, tak tahan dengan keheningan yang tercipta. Reymond mendongak, mengangguk kecil. “Iya.” Itulah satu-satunya interaksi yang terjadi di meja makan saat sarapan tadi